Harimau Belenuk*)

Nilai kehidupan hadir dari Boneka Harimau belenuk.

Photo Wajah macan tampak depan | lucu | dokpri.

“Ayah beli Boneka Harimau yaa..” Sebuah permohonan sederhana dari anak semata wayangku.
“Siap, Ayah kerja ke luar kota dulu yaaa”
“Oke Ayah, eh jangan lupa sama lolipop ya, dua” sambil kedua tangan terbuka semua, jarinya jadi sepuluh.
“Iya sayangku, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”

Dialog singkat disaat akan kembali berdinas ke pulau dewata dalam rangka pendidikan dan pelatihan yang sedang dijalani dengan pola on-off ini menjadi sebuah kontrak pribadi yang miliki konsekuensi serta hak dan kewajiban. Permintaan sederhana dari seorang anak kecil yang ternyata memberi hikmah besar dalam memandang dan mencoba memahami nilai kehidupan.

***

Di sela-sela istirahat sore ataupun malam hari, video call menjadi keharusan. Kemajuan teknologi yang memutus jarak ratusan kilometer menjadi sebatas jengkal, bisa bercengkerama, bercanda sambil melihat wajah masing-masing di layar smartphone. Ah indahnya kemajuan jaman, meskipun ada beberapa rekan yang tidak suka video call sama istrinya, entah karena apa. Mereka lebih suka telepon suara saja. Ya gpp juga, silahkan itu mah urusan masing-masing.

Photo macan nyamping | belenuk | dokpri.

Setiap kontak baik video call ataupun telepon biasa, pertanyaan tentang oleh-oleh boneka harimau menjadi pertanyaan utama sehingga menjadi kewajiban untuk membelinya.

“Sayang anak… sayang anak…” jadi teringat ucapan pedagang asongan mainan anak di bis, dulu jaman masih muda.

***

Hari ketiga acara di Bali, akhirnya ada kesempatan untuk meluangkan waktu mencari boneka ‘cheetah ceetah bang bang’ sebelum bertolak ke bandara. Ternyata lokasi Bali Safari bertolak belakang dengan arah bandara. Ya sudah jajal aja. Ditemani sopir taksi kenalan yang baik hati dan sopan, kami meluncur ke Bali Safari demi membeli sejumput janji untuk anak penyejuk hati.

***

33 menit berlalu, tiba di gerbang depan Bali Marine & Safari. Masuk melewati pos penjagaan dan taksi mengantar hingga ke loket pembayaran. Disitulah bersemayam eh terdapat jualan souvenir binatang-binatang.

“Ada boneka harimau mbak?”
“Ada pak, ada yang kecil 60 ribu, yang berbentuk topi 160 ribu dan ini agak besaran 135 ribu”

Boneka topi kayaknya nggak mungkin, trus yang ukuran kecil kayaknya terlalu kecil, nah berarti ini mungkin yang menjadi pilihan, boneka harimau lucu.

Tapi, sebelum memastikan membeli, agak tertegun karena wajahnya harimau lucu sementara badannya agak aneh, buntet eh bantet nggak jelas gitu. Badannya lebih mirip binatang hamster dech atau anak kelinci. Jadi klo dilihat dari samping memang tampilannya aneh tapi tetep lucu.

“Duh gimana ya?, udah beli ternyata anaknya nggak suka. Tapi beli aja ah, daripada jauh-jauh nggak dapet apa-apa”

Diskusi dalam hati karena kondisi boneka yang badannya nggak mirip harimau. Malah kepikiran beli juga yang ukuran mini, tapi ntar pemborosan, ya sudah lah. Belum lagi kalau diitung sama ongkos taksinya.

***

Ternyata, setelah mendarat dengan keras di runway Bandara Husein dan dijemput hingga tiba di rumah. Boneka harimau dan lolipop yang menjadi pertanyaan.

Perlahan tapi pasti boneka harimau buntet (belenuk, bhs sunda) diambil dari koper, daan….

Reaksi senangnya terpancar dari wajah anak semata wayangku. “Makasih Ayaah” dengan sumringah boneka harimaunya dipeluk-peluk, dibelai dan dipamerin sama nenek serta ibunya.

Anak tidak terganggu dengan tampilan badan yang belenuk (buntet) karena imajinasi mereka tentang harimau lebih melihat muka dan belangnya saja. Tidak perlu berfikir detail tentang bentuk hewan yang proporsional, semua itu cukup dan menyenangkan.

Tiba-tiba tersadar bahwa terkadang diri ini sering mengharapkan suatu barang atau seseorang itu sempurna untuk membantu kita sesuai harapan kita. Sehingga mudah dihinggapi rasa kecewa disaat kenyataan tidak sesuai harapan.

Padahal, semua barang dan juga seseorang pasti ada kekurangan atau kelemahan masing-masing. Sikap ikhlas menerima dari diri kita lah yang memberi warna sehingga rasa syukur akan muncul bahwa ini semua adalah takdir yang harus kita jalani dan syukuri.

Anak kecilku memberi contoh bagaimana menerima sebuah mainan yang bentuknya tidak proporsional meskipun harganya lumayan. Dengan gaya penerimaan yang senang, ikhlas serta apa adanya, menghilangkan rasa cape, melupakan berapa biaya taksi tambahan, berganti aura kebahagian yang menjadi bekal kehidupan.

“Hai Ayah, jangan bengong, ayo kita joget bersama bonekaku, Cheetah cheetah bang bang” Suara anakku membuyarkan lamunan ini. Segera berganti senyuman dan langsung melarut dengan permainannya.

Terima kasih atas pelajaran sederhana ini. Wassalam (AKW).

***

Belenuk*) : Buntet atau Bantat.

Kematian itu…

Kematian itu sebuah Kepastian bagi semua mahluk.

Bali | akwnulis.com. Kematian itu pasti tetapi waktunya datang adalah rahasia Illahi Robbi, Allah Subhanahu Wataala.

Kematian itu pasti bagi semua mahluk fana yaitu manusia. Alquran sudah menyebutkan bahwa ‘Manusia pasti mati.’

Manusia tidak diberikan kesempatan untuk tahu kapan, untuk tahu bagaimana caranya, untuk tahu dimana saat-saat terakhirnya ataupun mengapa arus terjadi. Karena itu rahasia kehidupan yang menjadi hak mutlak Allah Subhanahu Wataala.

Mengapa?

Pertanyaan yang akan menjadi hikmah berbeda bagi masing-masing individu.

Yup… dua poin penting itu adalah : hikmah setelahnya dan bagaimana persiapan menghadapi saat-saat kematian itu tiba, “Siapkah kita?”

Dari sisi pasangan hidup, ada beberapa pandangan berbeda. Yang satu terus bersedih padahal sudah ditinggalkan mati 5 tahun lalu oleh suaminya, karena meninggal mendadak, “Andaikan dulu Bapak meninggalnya sakit dulu, bisa merawat dulu, mungkin tidak merasa kehilangan yang menyakitkan ini, serasa tiba-tiba sandaran hidup pergi dan menghilang tanpa pesan.”

Sementara disamping ibu tersebut, duduk seorang laki-laki yang juga kehilangan pasangan hidupnya akibat penyakit kanker berbicara dalam hati, “Kasian ibu ini begitu kehilangan, padahal merawat dulu pasangan hidup yang sakit butuh perjuangan dan pengorbanan serta keikhlasan yang luar biasa. Mungkin lebih sederhana kalau tiba-tiba meninggal, terhindar dari penderitaan.”

Itu baru dua pendapat, beratus alasan dan komentar lain pasti dimiliki setiap kepala manusia. Itulah dinamika kehidupan.

Yang pasti sebagai mahluk yang sedang antri menuju kematian, jangan lupa senantiasa ingat dan berpegang pada ajaran agama. Sebagai muslim, aku yakin akherat itu ada, kehidupan setelah kematian itu adalah nyata, disana asa surga dan neraka

Hikmah yang utama setelah meyakini tentang kematian dan kehidupan setelah mati adalah sebuah langkah taktis persiapan… yup PERSIAPAN.

Sebagai muslim sudah jelas tuntunannya Alquran dan Hadits. Shahadat, Sholat, Puasa, Zakat & ibadah Haji menjadi rukun islam dilengkapi dengan rutin berwirid serta mengaji dan bersilaturahmi. Karena hubungan dengan Allah (hablum minallah) harus disertai hubhngsn baik dengan sesama (hablum minannas).

Sedih, kehilangan, berduka, sunyi, seakan tanpa pegangan, dunia menjadi hampa adalah rasa manusia. Jalani dan tafakuri, akan muncul secercah cahaya hikmah yang mendewasakan kita hingga bangkit, berdiri tegar menjalani kehidupan menyongsong batas akhir kehidupan kita sendiri, pada saatnya nanti. Wassalam (AKW).

Diudag Seuneu – fbs

Ari geus hayang téh meuni teu bisa dipungpang.

Leungeun seuneu ngarérab beungeut, mapay kana punduk tuluy pageuh ngagabrug tonggong.
Haté nu tagiwur karasa ngagolak, hégak kamelang pagaliwota jeung kanyaah.

Seuneu ngabebela ngarurub raga, ngabungkus nyawa nu geus teu walakaya. Tapi lain teu hayang balaka, hiji jangji kudu pengkuh dicepeng sanajan dina kaayaan pangweritna.

“Geus tong logay lur, lepaskeun wé. Tibatan Sia tiwas bari euweuh bukurna!!!” Handaruan sora seuneu ngaruntuhkeun kanyaah.

Raga gilig teu loba kahariwang, awak sideku sidakep bari balem. Padahal jangjawokeun tuluy diamat dina haté pangjero-jerona. Rasa pasrah nyaliara, méré tengtrem ngaguar rasa. Panasna seuneu jadi tiis saharita.

Seuneu nyereg pinuh napsu, Uing sumerah ngaraga meneng.

Jelegur!!!

Adu kasaktén tingkat luhur, Uing ngajengkang bari rada eungap. Seuneu nu ngabebela salin rupa….. jadi panékér. Tinggal nyekéskeun mun aya kabutuh.

“Beu!. boro dibaca, geuning keur hayang ngudud euweuh panyekés, jadi wé kaditu-kadieu. Meunggeus ah.” (AKW).

Mau nulis Indeks RB

Menulis sambil digoyang demo.

BANDUNG, Akwnulis.com. Pagi yang cerah sudah disibukkan dengan hinggar bingar para demonstran yang melantangkan aspirasinya via speaker didepan ruanganku. Memekakkan telinga sih tidak, tetapi perlu perjuangan berat untuk bisa berdamai dengan keramaian ini sementara target pembuatan surat telaahan menjadi tantangan tersendiri.

Sesaat jadi teringat sebuah buku mungil berjudul ‘Law Attraction’ yang di salahsatu halamannya membahas tentang ‘berdamai dengan keadaan’ sebuah situasi dimana kita harus menerima dengan ikhlas, suara-suara yang selama ini mengganggu kita, baik suara diluar tubuh ataupun yang selalu terdengar di dalam otak kita.

Jikalau berhasil berdamai maka rasa tenang akan merasuk di jiwa dan dipastikan raga lebih nyaman serta cenderung sehat dan bugar.

Tapi itu tadi, sungguh sulit berkonsentrasi ditengah teriakan para demonstran yang begitu berapi-api dalam lautan orasi. Menghanyutkan perasaan dan memecah konsentrasi sehingga begitu sulit mengetikkan jari di keyboard agar muncul menjadi tulisan dinas di layar monitor… OMG.

***

Akhirnya di switch aja, dari ngonsep nota dinas jadi urusan lain…

Trung!.

Eh salah… Tring!!!

Lebih baik buka-buka acara kemarin terkait Indeks Reformasi Birokrasi ah.

“Weits naon eta?”

“Kalem mas bro, Ay juga lagi belajar, pelan-pelan yaa”

“Okey”

Salaman dulu, lalu buka-buka catatan kemarin. Ditulis di halaman buku saku kecil yang menjadi andalan sebagai alat pengingat tambahan di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat.

“Masih pake buku agenda gitu?. Ih kuno”

Sebuah cibiran yang menohok, tapi EGP ah. Ngapain juga ngeributin nyinyirin orang. Biarin aja, ntar berhenti sendiri. Lagian kalau mau ngikutin ya ngikutin aja. Gitu aja repot.

Kembali ingatan loncat ke 5 tahun lalu, dimana setiap rapat dan pertemuan sudah paperless style. Bermodal smartphone Samsung Note 3 ber stylus dan Samsung Tablet 10.1. Poin-poin penting segera di tulis digital menggunakan aplikasi note atau aplikasi lainnya, gaya weh.

Suatu hari, karena keteledoran, kedua gadget itu ‘tikunclung’ (jatuh ke ember berisi air), padahal hanya sepersekian detik. Keduanya kompak matot dan hilang semua catatan penting serta goresan stylusku hiks hiks hiks.

Apalagi belum jaman penyimpanan awan (cloud), hilang semua.

Sejak itulah, agenda kecil dan ballpoin senantiasa menemani aktifitas bekerja. Sebagai backup dikala smartphone ini abis batere ataupun kejadian ‘tikunclung‘ lagi.

“Lha mana tulisan indeks reformasi birokrasinya pa?”

“Oh iya, kok jadi nulis ini”

… dan demonstran masih berhasil mengganggu konsentrasiku hari ini. Wassalam (AKW).

Ulah Codéka – fbs

Balébat panggih teu kebat, pasosoré ngajaul hinis, peurih.

Akwnulis.com, Purwakarta. Teu pira nu jadi dareuda, teu hésé lain keur salsé. Ukur sakolépat natrat, indung suku panggih jeung batu, ngan hanjakal tarik meueusan. Antukna batu teuas népi ka bencar basa diteunggar indung suku sisi nu luar.

Sanajan kitu, indung suku ogé kudu aya cacadna. Réksak mah henteu, ngan getih kaluar ngabayabah minuhan haté nu keur teu puguh rasa. Méré tengtrem sanajan bau hangru jeung hanyir ngahiji, silih rontok silih bagéakeun, sono.

Indung suku répéh bari ngahaja diangin-angin. Sugan waé garing jeung cageur deui sakumaha mimitina. Sésa getih teu bisa leungit, natrat nétra jadi pusaka. Ciri utama aya kajadian nu matak gimir bari kudu ngakséni.

Laju ngahuleng, Indung suku ngagerendeng, “Euweuh mendingna ngalajur napsu, sanajan rasa mupuas minuhan dada ningali batur ngajongkéng. Tapi balesanna ogé sabanding”

Indung suku tungkul, peurih jeung longkèwang. Remuk suku lima buku. (AKW).

Sakit

Harus istirahat dulu. See you next time.

Setelah mencoba bertahan dengan segala kekuatan phisik yang tersisa, akhirnya harus nurut dan tunduk dengan sebuah alasan, “Kasihan jangan sampai nular lagi ke anak”

Itu memang sebuah asumsi, bahwa sakitnya anak karena ayahnya juga sedang sakit. Trus nggak sembuh-sembuh pun karena ayahnya sakit tapi nggak mau berobat. Meskipun mungkin ada penyebab lain yang kita tidak tahu. Tapi asumsi itu semakin kuat… dan sebagai ‘kambing hitam’ akhirnya harus mengalah, berobat resmi sama dokter di poliklinik kantor. Diperiksa itu ini hinggga di ‘uap‘ segala, demi sebuah proses kesembuhan.

Maka beragam zat kimia bernama obat harus diakrabi kembali setelah hampir 2 tahun dihindari seiring pola hidup ketofastosis yang dijalani. Meskipun ada rasa malu dalam diri karena beberapa bulan belakangan ini pola ketofastosisnya juga nggak bener, banyak cheatingnya, tapi mengubah kembali sebuah kebiasaan perlu penyesuaian mendalam.

Maka rombongan Ambroxol, Sanmol, Salbutamol, Metilfrednica, Cefadroxil dan Cetirizine bersama-sama memasuki rongga mulut, lebur di aliran lambung dan hancur terserap aliran darah melaksanakan fungsi masing-masing dengan satu tujuan bersama adalah menyembuhkan penyakit batuk pilek yang begitu awet menemani aktifitas diri hingga hampir 1 bulan ini.

***

Dampaknya ke tubuh yang terasa nggak berapa lama adalah lemas, ngantuk dan tidak bertenaga. Makan sih nggak ada gangguan, tetapi rasa lemas dan pegal disaat antibiotik menyebar ke seluruh aliran darah untuk membasmi virus penyakit membuat malas bergerak dan aktifitas. Sementara istri tercinta bingung dan sedih karena anak semata wayang masih lemes dan mogok makan dan super rewel, nggak mau makan apapun kecuali ‘nenen‘ sama ibunya.

Sebuah perjuangan seorang ibu apalagi ayahnyapun terbaring lemas karena efek obat yang sedang bekerja, yang tabah ya istriku.

***

Semoga sembuh segera anakku Binar, ayah juga dan semuah-semuah-nya, Ibu, nenek dan semyanta senantiasa diberi kesembuhan dan kesehatan. Wassalam (AKW).

Hobiku Triatlon

Aktifitas masing-masing dan kegemaran itu berbeda-beda. Termasuk kecintaanku pada ‘Triatlon’, kamu gimana?

Akwnulis.com, Cimahi. Terkadang memang demi hobi, manusia bisa lupa dengan pemikiran rasional. Membiarkan terbawa aliran emosi tanpa mempertimbangkan olah fikir dan investasi waktu serta biaya yang dihamburkan.

“Bener nggak?”

Ah nggak perlu dijawab, biarkan menjadi tanya yang menggantung di langit angan. Memberi ruang untuk tersenyum simpul dengan segala pembenaran.

Dari mulai aneka olahraga seperti tenis meja, tenis lapangan, batminton, futsal, sepak bola, voli hingga olahraga ekstrem semisal terjun payung, paragliding, motorcross, diving dan banyaaak lagi. Ada juga yang seneng nyanyi, sehingga kalau ketemu mikropon langsung sambar dan berteriak, padahal harus dilihat dulu suasana sekeliling, jangan-jangan itu mikropon buat mengumandangkan adzan di mesjid… ups.

Ada juga yang senengnya membaca, buanyaak banget yang punya hobi ini. Hanya saja memang membacanya adalah membaca situasi atau membaca tulisan di medsos yang besar kemungkinan adalah hoax.

Membaca situasi butuh intuisi yang tajam, karena tidak bisa semua orang melalukan. Jurusnya bisa menggunakan ‘halimunan’ atau jurus ‘Sembunyi di tempat terang’. Dibutuhkan juga nalar yang kuat karena perlu analisa secara cepat dan multitasking, minimal prosesor i7, RaM 5 Gb ditambah dengan kebutuhan memori tidak terhingga… “Naon sih kok jadi spek komputer?”

***

“Sekarang hobiku apa?” Sebuah pertanyaan retorika dengan menunjuk diri sendiri.

“Aku mah atlet Triatlon!!” Sebuah jawaban tegas yang membuat sang penanya terdiam mematung, mata memandang terbelalak dan melihat sekujur tubuh dari atas ke bawah lalu terdiam tanpa bahana.

Tatapan komprehensif menganalisis bentuk tubuh yang sangat jauh dengan body atlet. Udah mah pendek gembrot lagi ditambah perut yang macung, lengkap sudah.

“Nggak percaya?”

Dia menggelengkan kepalanya, Aku tersenyum. “Nih lihat photo-photonya, ada lomba Teriak, lomba Sholat khusuk dan lomba nangkap balon, disingkat Triatlon”

Sang penanya terdiam dan berusaha senyum simpul ditemani cekikikan halus dari atap ‘kobong‘ (asrama putra) Pondok Pesantren Al fatah. Wassalam (AKW).

Saksi Bisu

Menjalani hari dalam suka dan duka ditemani saksi yang membisu.

Akwnulis.com, Bandung. Malam menjelang disaat hampir semua pegawai pulang. Tetapi segelintir manusia masih berada di gedung megah yang dibangun di tahun 1824 ini.

Memasuki pintu kecil disamping pintu utama langsung disambut dengan tampilan eleganmu. Berdiam anggun dengan balutan warna biru mudamu. Menjadi ciri hadirnya seseorang yang diamanatkan memimpin Jabar untuk 5 tahun ke depan.

Tertarik untuk melihat kawan sepertemananmu yang juga tampil gagah dalam balutan warna coklat stainless membalut sebagian permukaanmu. Memberi kesan garang tapi elegan.

Berjalan mondar mandir sambil mengamati secara seksama, bagian demi bagian yang saling menyatu membuat satu kesatuan yang memiliki kekuatan serta kelenturan.

“Lho kok diem disitu pak, ditunggu diatas” Suara satpam membuyarkan lamunan keakraban yang sedang berkelindan diantara neocortex dan amigdala serta menghentikan dopamin yang hampir saja terbentuk.

“Iya pak, makasih” raga ini bergerak meninggalkan saksi bisu malam ini. Berganti dengan sebuah urusan yang harus dituntaskan segera, Wassalam (AKW).

Teknologi & Kasih Sayang

Kemajuan jaman dan menjaga kedekatan adalah suatu tantangan.

Photo : Hasil make up anak kicik / dokpri

Semilir udara segar di Ibukota membawa gemuruh rindu kepada anak tercinta yang menapaki setengah waktu golden age-nya. Ada rasa kangen mendalam yang tak bisa dikatakan dengan sebaris kalimat indah yang sederhana.
Memang anak kecil itu memiliki takdir dan aura kehidupan yang menarik siapapun untuk menyenangi, mengasihi dan mencintainya. Apalagi orangtuanya yang ditugaskan Allah untuk menghadirkannya menjadi generasi penerus dimuka bumi ini.

Tiba-tiba sepenggal cerita kehidupan 4-5 tahun lalu hadir dihadapan, mempertontonkan wajah anak manusia yang berwajah muram hopless karena vonis dokter untuk dipaksa ikhlas tidak akan punya keturunan, ohh…. dunia serasa runtuh mendadak.

“Tuhan tidak adil, Allah pilih kasiih….” teriak histeris memenuhi ruang imagi, menyesakkan dada yang sudah luntur karena airmata ketidakberdayaan. Pada saat yang sama, sering bersua dengan teman sebaya bersenda gurau dengan anak-anaknya…. “Sungguh bahagia”.

***

Alhamdulillah dengan kasih sayang Allah SWT kepada hambanya, perlahan bisa bangkit kembali dari serpihan kesedihan jiwa dan meneguhkan kembali keyakinan serta menggenggam kebenaran bahwa : “Ketidakhadiran anak dalam kehidupan bukanlah segalanya, itu hanya fragmen kehidupan yang harus dijalani dalam waktu singkat di dunia fana. Nilai keikhlasan menerima kenyataanlah yang menjadi pengantar pahala dan menjadi nilai strategis untuk selalu bahagia.”

Itu dulu….

Sekarang sedang belajar untuk senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah Subhanahu Wataala, termasuk hadirnya Istri yang sholehah serta anak syantiek sholehah yang memasuki usia 2 tahun 6 bulan, Ayshaluna Binar Wardana.

Dan sekarang Merindukannya.. Sangatt..

Nggak pake lama, buka aplikasi Video call, banyak pilihannya. Yang udah biasa dipake ya whatsapps vidcall atau goggle duo. Trus klo lawan bicaranya pake Apple bisa manfaatin aplikasi facetime…. banyak pilihannya… ya inilah jaman kemajuan teknologi dan anak-anak tumbuh bersama kemajuan jaman ini.

“Hallo, Assalamualaikum!!!!… lagi apa anak cantik ayah?”
Dilayar handphone nggak ada jawaban, hanya wajah lucu anak kicik yang merengut, bibirnya tertutup, tangan dilipat dan wajah membesi…. ngambek dari sonohnya. Karena tau ayahnya nggak pulang malam ini karena harus tugas di Jakarta hingga esok hari.

“Sayangkuuu……”

Tetep nggak ada jawaban dan anak kicik bertahan dengan wajah cemberutnya.

Akhirnya sesi video callpun berakhir tanpa ada sebait kata dari anak tercinta. Hanya doa dari istri tercinta agar tuntas tugas dan pulang dengan segera.

***

Esok harinya, sore yang cerah menemani kembalinya raga ini ke rumah. Baru saja membuka pagar depan rumah.

Teriakan, “Ayaaaah!!!….” memberi rasa bahagia tiada tara. Tangan mungilnya terbuka sambil berlari menyongdong kahadiran ayah tercinta dengan wajah ceria.

Secepatnya dipeluk dan digendong, terasa kehangatan kasih sayang menyeruak dan menelusup direlung rasa, memenuhi syaraf dan pembuluh darah hingga akhirnya membuat dopamin bergerak di otak wujudkan sensasi bahagia yang harus disyukuri bersama.

Ternyata, kemajuan teknologi hanya menjadi pendukung atau sarana menjaga kedekatan dan pola asuh anak di usia golden age-nya. Karena kedekatan hakiki dan nyata yang akan menjaga stabilitas emosional anak dengan orangtuanya. Bukan gunakan gadget atau peralatan canggih lainnya sehingga anaknya ‘anteng’ sementara ayah ibunya juga sibuk dengan smartphonenya atau tv kabelnya.

Yuk luangkan waktu lebih banyak untuk menemani anak diwaktu senggang atau libur. Ajak bermain dan bercengkerama tanpa membawa atau memainkan jemari diatas kibod virtual di smartphone kita..

“Bisa?…. “
“Susah euy”
“Itulah tantangan kita”

Harus kita perjuangkan sodara-sodara, di Thailand sudah sejak tahun 2014 kampanye
‘Technology Will Never Replace Love’

“Caranya ??”
“Ya itu tadi, puasa hape… eh berenti sejenak mainin hape atau smartphone dan ajak bercanda serta bermain anak-anak kita semaksimal mungkin……”

Apalagi menurut penelitian, dimuat di The New York Post, November 2017, menyebutkan di Amrik sana, rata-rata 8 menit orang-orang mengecek Handphonenya.. bahkan studi lain menyebutkan 1 dari 10 orang mengecek handphonenya setiap 4 menit. Sementara studi di Inggris rata-rata warganya mengecek handphone 28 kali sehari… (The Great Shifting; hal 50;2018)

“Coba kita berapa menit sekali?… jangan-jangan lebih parah xixixixi.”

***

Jadi mulai sekarang, lawan ketergantungan kita kepada handphone atau smartphone kita. Kendalikanlah bukan kita yang dikendalikan…

Semangaaat!!!!
Selamat mencoba. Wassalam (AKW).

Move On RBI

Pengen curhat biar cepet move on…

Photo : The Grey Millenial

Jakarta. Disaat kawan lain Peserta RLAXIV di Kabupaten/Kota ikut bangga melihat kami sudah bersua dengan mentor sekaligus bos dan diposting di medsos bos, disitu ada rasa nyesek membara karena momen yang ditampilkan itu adalah dokumentasi patah hati, konsep ideal yang dicoba dikerjakan disela kesibukan masing-masing seakan musnah berganti kegalauan…. dan itu kenyataan yang musti dihadapi.

‘Gudang Gandeng’ sudah menjadi konsumsi publik via medsos bos dan mungkin menjadi viral, sementara untuk itu, aku ikut bangga.

Tetapi tataran implementasinya harus dibangun kembali dari puing-puing keriuhan tadi pagi. Kembali menyusun puzzle dan mengubah mindset serta pandangan agar lupakan objek tempat awal dan menuju tempat sesuai arahan bos meskipun konsep idealis menjadi menjauh dan meringis, sadis.

***

Perencanaan harus dibuat day by day, karena sebelum 1 November adalah batas dari RBI harus tuntas. Maka :

1. Jangka pendek adalah manajemen even di Area GOR Saparua dengan tema anak muda, extreme sport, kuliner & leasure. Terdapat 5 poin yang harus kita cermati bersama :
a. Tempat dipinjemin ke Tim kang Eben by even;
b. Kebersihan dan keamanan disupport pemprov;
c. Perijinan even disupport pemprov;
d. Subsidi anggaran untuk even;
e. Manfaatkan sarana pemprov u branding even seperti di Medsos pemerintah, media luar ruang punya pemprov hingga bilboard di Bandara.

Berarti harus segera diputuskan segera dan bagaimana, karena pihak Kang Eben sudah siap bantu.

Termasuk pertanyaan terkait, “Apakah bisa, skateboard fasilitasnya dibangun di sudut kiri utara serta alihkan peralatan yang berada di area Taman Jomblo?”… belum berani jawab.

Konsep Kang Eben cs adalah mengembalikan peran saparua di barudak bandung (de javu) sebagai pusat kumpul para generasi millenial dan juga grey generation (generasi rambut abu2/huisan yang berjiwa muda… seperti peserta RLA XIV dari pemprov Jabar) dalam satu even yang akrab kekeluargaan tapi menghasilkan nilai kreatifitas, kebersamaan serta nilai ekonomis realistis.

2. Jangka menengah adalah rekomendasi Untuk mewujudkan ‘Gudang Gandeng’ di 7 titik Kab/kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data dari Bu Novi-BPKAD.

Pertanyaan mendasarnya adalah :
a. Bagaimana skema kerjasamanya? BOT, BTO, Sewa dan sebagainya;
b. Berapa lama masa kerjasamanya? Ini berhubungan dengan hitung-hitungan terhadap revenue;
c. Bagaimana tata hubungan selama kerjasama sehingga tidak muncul intervensi buta dari pemerintah?
d. Apakah harus serempak dilakukan atau bisa bertahap di 7 titik?

Diskusi masih berlanjut guys, tetapi yang pasti ada 1 nilai dari bu novi yang bisa diamini serta disepakati yaitu : Aset Pemprov diharapkan tetap terpelihara, terjaga dan termanfaatkan terutama bagi masyarakat sekitar serta pemprov jabar. Konsep ‘Gudang Gandeng’ ini kembali terasa menggaung, sebuah area yang lengkap, baik outdoor ataupun indoor dengan fungsi sebagai inkubator, co-working space makerspace dan creative space, yang menyisir generasi millenial dengan kelebihannya berupa connected, confident dan creativity.

3. Jangka panjang adalah merawat keberlanjutan ‘Gudang Gandeng’ di semua titik di kab/kota di Provinsi Jawa Barat dengan ragam dan cara pengelolaan sesuai dengan karakteristik daerah dan dikelola oleh OPD terkait sesuai tupoksi OPD masing-masing.

Udah dulu ah, sekarang sudah mulai #moveOn meskipun air mata masih menetes melewati pipi yang penuh harapan dan akhirnya harus disimpan dalam benak terdalam dengan filling data berkode ‘Pahlawan70’… Merdekaaa!!!!

Semangat perubahan.
Hidup RLAXIV
Hidup RBI Jabar
Hidup Gudang Gandeng.

Wassalam, 23:02 Jakarta. (AKW).

***
Catatan : Makasih yach, udah baca curhat ini. Amiin.