Kopi & Ramadhan

Perjalanan menikmati kopi di bulan penuh bonus pahala dari Illahi Robbi…

Photo : Espresso with flower / dokpri.

CIUMBULEUIT, akwnulis.com. Bulan Ramadhan yang penuh rahmat serta double-triple bonus pahala dibandingkan 11 bulan lainnya plus grand prize Lailatul qodar adalah momen tahunan yang sangat penting dan jangan dilewatkan. Karena belum tentu di tahun depan bisa berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan… (klo doa dan harapan pastinya pengen panjang umur dan setiap tahun bisa bersua dengan bulan ramadhan ini, panjang usia berkah dan bahagia tea geuning).

Meskipun tantangan dan godaan untuk bisa melaksanakan aneka ibadah dengan baik itu berrrat bangeet…. setelah sahur bawaannya ngantuuuk, padahal sebaiknya shalat shubuh lanjut tadarus.

Trus masuk kantor, maka bergumul dengan rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Termasuk dinas luar yang cukup menguras stamina. Meskipun selama jam kerja dipersingkat, dari jam 07.30 dan jam pulang kantor pukul 14.30 wib, kenyataannya ternyata tiba di rumah jam 21.00 wib atau malah tengah malam karena harus mengikuti jadwal agenda tarling (taraweh keliling) di luar kota.

Tapi itulah indahnya kehidupan, bagaimana kita mampu mengatur ritme waktu yang ada dan menyeimbangkan prioritas ibadah di bulan penuh berkah dengan beban tugas pekerjaan yang tak kenal ini bulan mei atau bulan ramadhan. Jadi, seni mengatur waktu dan mengatur diri yang menjadi strategi.

“Trus gimana cara ngatur urusan prosesi kopi?”

Sebuah pertanyaan sederhana yang memiliki esensi dasar, di mana selama ini keberadaan kopi menjadi mood booster sekaligus alat diplomasi yang efektif di jam kerja ataupun di luar jam kerja.

Photo : Salah satu sajian bukber / dokpri.

Permasalahan yang muncul adalah, di bulan ramadhan ini nggak bisa nyeduh kopi siang hari dan disajikan dengan prosesi v60 dan basa basi. Atau ngajak kongkow dan ngopi di siang hari karena akan menjadi pembatal bagi ibadah puasa yang sedang di jalani.

Ini kembali kepada rumus seni menyesuaikan, jadi ngopinya tentu setelah berbuka puasa dan lebih banyak dilakukan sendiri di rumah… eh bersama anak cantik yang selalu nempel jikalau tahu ayahnya di rumah, seperti yang tertuang dalam tulisan ‘Kopi Arabica Bali Banyuatis. Ada juga prosesi kopi yang dibuat di rumah, tetapi tidak sempet ditulis.. eh kopinya keburu diminum sampai habiiss….. maklum puasaa.

Photo : Meeting dilanjut bukber / dokpri.

Nah klo diluar rumah, tetep rumusnya adalah dalam balutan semangat bekerja. Tetapi meetingnya digeser mendekati waktu berbuka puasa, yaa mulai sekitar jam 16.00 wib dan berakhir sesaat sebelum adzan magrib berkumandang.

Soalnya klo setelah adzan masih membahas urusan kerjaan, yakinlah akan bercampur dengan pembahasan korma, kolak, bubur kacang, kolang kaling, bubur lemu, bala-bala, gehu, pacar cina, agar-agar, puding dan sebangsanya… dijamin tidak efektif.

Setelah tuntas shalat magrib, baru makan berat dan dikala adzan isya berkumandang, meeting bubar. Diriku bergeser ke lokasi mesjid tempat taraweh keliling.

“Lho kok bisa?”
“Bisa masbro, cari tempat meetingnya berupa kedai atau resto yang dekat dengan lokasi tarling, berees dech”
“Pinter juga kamu”
“Alhamdulillahirobbil alamin”

Apalagi di bulan ramadhan ini, mentraktir berbuka puasa itu besar banget pahalanya…. so jangan segan mentraktir berbuka puasa…. seperti yang kemarin kami rasakan.. rapatnya lancar, bukbernya seru, makanan dan minumannya ajiib dan… dibayarin pula. Hatur nuhun bu Ev dan mr Dan.

Photo : Mesjid yang bersiap menerima jemaah shalat tarawih / dokpri.

Jadi kuncinya adalah sebuah seni menyesuaikan, serta tenang dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan meeting ditempat tertentu.

Selamat menunaikan ibadah puasa, sambil menjalani dan menyelesaikan tugas-tugas negara. Wassalam (AKW).

***

Perjalanan berdinas di Bulan Ramadhan

Rehat sejenak di rumah-Mu.

Photo : Mesjid Omar Nuril Barokah, Rest area km101-102 Tol Cipali arah ke Cirebon / dokpri.

BANDUNG coret, akwnulis.com. Perjalanan shaum hari kelima beraneka rupa dan penuh dinamika. Yang paling terasa tentu menjaga stamina apalagi berturut-turut perjalanan ke luar kota.

Tujuan perjalanannya ke kota dan kabupaten di wilayah provinsi jawa barat, dengan menggunakan transportasi darat, dan dibiasakan satu mobil bersama-sama biar hemat, serta di perjalanan juga bisa jadi ajang curhat.. meskipun lebih sering para penumpang tidur terlelap, tinggal pengemudi konsentrasi dan phisiknya harus kuat…. semangaaat.

Yang menarik ternyata anggapan pihak diluar kita.. sangat variatif, mirip cerita sahibul hikayat tentang ‘keledai dan penunggangnya‘…

Ada yang komen, “Semangat ya, biarpun shaum tetap bertugas ke luar kota demi melaksanakan tugas dinas. Semoga lancar di perjalanan”

Ada juga, “Ah itu mah alasan, supaya bisa beredar dengan biaya dinas”

… dan banyak lagi yang memberi support juga sedikit sindiran.

Padahal yang tahu sebenarnya adalah kita yang menjalani, betapa berbedanya diskusi di luar kota, tanpa snack dan makan minum di siang hari bulan ramadhan.

Menapaki jalan tol dan jalan lainnya yang melelahkan.

Perjalanan yang panjang via tol cipali hingga ke perbatasan jawa tengah sana…. atau bermacet ria di tol cikampek arah jakarta. Semua di jalani bersama tim, PP.. pulang pergi dalam 1 hari.

Photo : Mesjid Jami Al Ishlah Jayamukti – Banyusari – Karawang / dokpri.

Capek?… iya, tapi ini adalah tuntutan tugas.

Jadi?….

Cukup satu kata saja, JASUNI. Jalani-Syukuri dan Nikmati.

Salah satu cara istirahat dan rehat sejenak dalam perjalanan berdinas di bulan ramadhan ini tentu singgah duluuu…… abadikanlah tempat yang disinggahi dengan photo terbaikmu. Lalu upload di medsos tanpa perlu berpikir berapa jempol yang akan muncul di Instagram atau halaman facebookmu.

Tapi menjadi pictogram, alias agenda bergambar yang mungkin besok lusa menjadi pengingat sekaligus bukti bahwa memang tanggal segitu pernah beredar ke daerah situh…. atau bukti pernah mampir di situ sebelum tiba di tempat yang menjadi tujuan.

Selamat menjalani ramadhan dengan khidmat dan tugas tetap bisa dilaksanakan dengan tepat. Wassalam (AKW).

Kolam Renang Hotel Puri Khatulistiwa

Menikmati segarnya air setelah peristiwa menegangkan.

SUMEDANG, akwnulis.com. Beningnya airmu agak mengganggu konsentrasi meeting hari ini. Apalagi suasana bulan puasa yang berbeda dengan hari-hari biasa, semakin besar dorongan jiwa untuk segera bercengkerama. Meeting eh workshop tugas negara tetap terlaksana dan harus pintar-pintar mensiasati waktu serta menjaga stamina jangan sampai kendor sebelum waktu adzan magrib tiba.

“Tahu workshop nggak?”

“Tauuuu……. bapaknya work dan ibunya shop.. shopping”

“Ah… ngacoo itu, udah ah”

Memasuki ruang workshop terkait tingkat kesehatan perbankan, langsung membahas angka… lieuur.

Membahas angka di bulan puasa terasa berbeda. Baik rasa juga suasana. Tidak ada snack di meja juga sajian makan siang dengan menu aneka rupa. Tetapi itulah tantangannya… ayoo semangaaat.

Di mulai dengan pemaparan angka-angka yang awalnya begitu enak di pandang, tetapi lama kelamaan berubah menjadi liukan cacing kecil hitam yang terus bertumbuh. Rupa ular tiba-tiba terpampang nyata, king cobra dan black mamba…. oh my good, snake.

Keduanya mendesis dan siap menyerang tanpa ampun, apalagi racunnya yang bisa mengakibatkan kebekuan syaraf dan kematian dengan cepat, begitu menakutkan.

Raga sudah tidak bisa menghindar, karena ternyata terikat dengan aneka angka yang berubah menjadi borgol lembut tapi kuat, sehingga hanya mata dan otak yang masih bisa bergerak.

Di saat kedua ular berbisa berwarna hitam legam keperakan semakin mendekat, keringat dingin ketakutan mengucur deras. Badan digerakkan sekuat tenaga tidak bergeming sedikitpun.

Tolooong……

Di kala kepasrahan tiba, teringat sebuah ayat Alquran, ‘Ud uni astaziblakum‘ …. berdoalah pada-Ku maka akan Aku kabulkan. (Al Mukmin 60).

Tolong hambamu yaaa Alloooh”…. sebuah ucapan doa meluncur indah di puncak ketakutan dan kepasrahan, menembus ujung langit pengharapan.

Byaar…. selarik cahaya membutakan mata.

Sekejap saja semua hilang dari pandangan, ular king kobra dan black mamba serta borgol yang menelikung raga sudah tidak ada bekasnya.

Mas, bangun mas, itu peserta workshop pada ngeliatin” bisikan halus di telinga kiri mengembalikan ingatan dan kondisi yang dihadapi. Ternyata ketiduran di saat workshop hingga terjerembab ke bawah meja…. itulah yang menimbulkan suara berisik dan memancing rasa ingin tahu peserta workshop lainnya.

Sambil nyengir menahan sakit dan malu hati, segera beringsut keluar dari ruang pertemuan. Melarikan diri dari kenyataan, menghambur menuju kolam renang biru yang sedari tadi menunggu dengan setia.

Tanpa membuka baju, segera meloncat ke dalam kolam renang yang begitu segar. Berkelindan mesra dalam kecipak air bening penuh kasih sayang.

Kolam renang berbentuk ujung melengkung dengan kedalaman variatif menjadi pilihan menyenangkan, setiap ujung ovalnya dengan kedalaman 1,2 meter dan ke arah tengah lebih dalam menjadi 1,4 meter. Untuk kolam renang anak terpisah dengan kedalaman 60 cm.

Buat yang nginep tinggal nyebur aja, tapi klo yang cuman moo berenang tinggal bayar 40ribu per orang baik weekday atau weekend. Langsung dapet air seger sekolam renang sama pinjeman handuk serta loker.

Lokasinya strategis di area kampus-kampus ternama di Jatinangor, Sumedang.

Sambil berendam kembali teringat king kobra dan black mamba tadi… wuiiiih untung cuman sebatas mimpi… meskipun malu karena ketiduran dan terjatuh ke lantai tapi dua poin penting adalah : pertama, bisa selamat dari serangan ular yang mematikan dan kedua, menjalani shaum dengan kesegaran setelah berenang.

Selamat menjalani hari-hari puasa dengan segala aktifitasnya. Kerja tetap terlaksana dan ibadah bisa menjadi penyempurna, Wassalam (AKW).

***

Catatan : Tempatnya nyata tapi ceritanya fiksi ya mas bro, lumayan sambil ngabuburit.

Lokasinya di Hotel Puri Khatulistiwa, beralamat di Jl. Raya Jatinangor No.KM, Cibeusi, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363.

.

Kolam Renang Santika Hotel Tasikmalaya.

Pengennya berenang, tapi ternyata….

Photo : Kolam renang Santika Hotel Tasikmalaya / dokpri.

TASIKMALAYA, akwnulis.com. Lantai mezanin menjadi tujuan kali ini, bergegas untuk menemui sang riak segar air di kolam renang mumpung meetingnya belum di mulai.

Tepat pintu lift terbuka, langsung belok kiri. Ternyata terdapat ruang meeting…. ada 2 ruang meeting kecil dan 1 ruang meeting besar daan…. di ruang meeting besar lagi ada acara yang pesertanya anak-anak sekolah dasar atau smp…. terlihat dari pintunya yang terbuka. Sementara kolam renang berada di luar area tersebut di batasi pintu kaca.

Segera melewati pintu kaca dan ada undakan sedikit, di sinilah sang kolam renang berada. Kolam renang Hotel Santika Tasikmalaya.

Kolam renangnya ukuran kecil, lumayan untuk fasilitas hotel. Kedalaman 1,5 meter untuk yang dewasa dan buat anak-anak ada kolam lebih kecil dengan kedalaman 80 cm. Airnya jernih banget dengan lantai keramiknya yang biru bercorak, meskipun aroma kaporit terendus indra perasa tetapi tersamarkan oleh beningnya air dan suasana tenang di sini.

Photo : Kolam renang jernih membiru / dokpri.

Di sini tidak ada petugas lifeguard jadi jika bawa anak kecil harus bener-bener di jaga. Buat nunggu ada gajebo yang beratap rumbia, lalu buat bersantai setelah mandi-mandi atau main air di kolam renang ini terdapat kursi-kursi malas yang berjajar.

Di saat bersiap untuk mengganti dengan celana renang, terdengar suara ribut anak-anak. “Ada apa yach?”

Keluar dari ruang ganti, wajah terperangah karena kolam renang ini sudah dipenuhi anak-anak yang bergerombol. Ada yang duduk di kursi malas, di gazebo juga di pinggir-pinggir kolam renang sambil asyik berphoto atau selpi dan ketawa-ketiwi. Kayaknya acara di ruang pertemuan udah berakhir atau sedang istirahat.

Ada juga yang berkejar-kejaran hingga pinggir kolam renang, meskipun mayoritas cuman duduk bergerombol sambil menikmati kejernihan air kolam renang yang membiru.

Sreet……

Otomatis rencana berubah, nggak elok khan kita berenang tapi di tonton puluhan atau mungkin ratusan anak-anak yang mengelilingi kolam renang ini.

Photo : Kolam renang anak kedalaman 80 cm / dokpri.

Celana renang nggak jadi di pakai, kembali ke stelan casual dan…. akhirnya balik ke kamar…

Renangnya gatot.. gagal total.

Tapi tidak mengapa, manusia merencanakan tetapi takdir kehidupan berbeda. Akhirnya kembali buka-buka laptop, browsing sesuatu hingga menjelang sore. Lupakan berenang kali ini, karena ba’da magrib sudah mulai meetingnya termasuk esok hari.

Ternyata, ruang meetingnya pas depan kolam renang di lantai mezanin tadi. Heu heu heu, minimal meskipun nggak jadi berenang karena takut jadi objek tontonan anak-anak, tetap bisa menikmati suasana dan pemandangannya di sela meeting penting di hari esok. Selamat beraktifitas kawan, Wassalam (AKW).

***

Hotel Santika Tasikmalaya,

Jl. Yudanegara No.57, Cihideung, Tasikmalaya, Jawa Barat. 46121.

Gayo Pantan Mussara Japanesse iced.

Berkompromi dengan terik mentari bersama dinginnya sajian kopi.

Photo : Ice coffee latte / dokpri

CIMAHI, akwnulis.com. Siang yang terik makin mengukuhkan rasa dan mengganggu mood untuk keluar rumah. Pengennya santai bersama di rumah bersama anak istri bercanda dalam nuansa relax dan ceria. Tetapi… konsekuensi pekerjaan ibu negara yang tak kenal tanggal merah adalah juga komitmen yang harus dijalani dan… didukung tentunyah.

Lawan kemalasan, ambil konci mobil, nyalain.. Go.

***

Kembali ke suasana terik yang semakin mendera, badan jadi lemas itu biasa, tapi klo ditambah ngantuk bisa berabe karena posisi masih nyetir di jalan tol…. segera melawan dengan cara berdzikir… euh makin ngantuuk. Ganti cara…. bernyanyi lagu bathroom version…. Laaa… la.. laaaa… laaa.

“Akang teh kenapa teriak teriak nggak jelas?”

“Ini lagi nyanyiiii…. supaya nggak ngantuuk!!!”

“Oh lagi nyanyi?… Astagfirullohal adziim” Istri tertawa ditahan.

Alhamdulillah toll gate Barospun terlewati dan sebelum nyampe ke rumah nyempetin mampir di Cafe Kopi baruuu…. di deket rumaah. Namanya Cafe Otutu Cafe & Kitchen terletak di jalan Kerkof No. 72 leuwigajah.

Tempatnya tepat pinggir jalan dan juga bersatu dengan tempat cuci mobil motor… kayaknya ownernya sama dech.

Yang bikin seneng adalah sedia coffee manual brew… mantaaabs. Meskipun masih terbatas varian single origin coffee-nya tetapi terlihat kopi yang disajikan memiliki kualitas mumpuni. Ada arabica Manglayang Karlina, ada robustanya dan beberapa jenis kopi, cuman belum di cupping jadi belum berani menyajikan.

Karena stok manglayang karlina masih ada di rumah, jadi pilih yang lain… pilihannya jatuh pada kopi Arabica Gayo Pantan Mussara dengan metode manual brew V60 Japanesse Iced, tujuannya jelas untuk merebut kembali semangat dan kesegaran yang telah direnggut oleh panas teriknya siang hari ini. Istri tercinta pesan latte buat hindari bete, sehingga kembali ceria tanpa lungse.

***

Sajian pertama yang hadir adalah segelas coffee latte penghilang bete. Hadir ciamik dengan gelas tinggi dan cairan susu warna putih masih mendominasi… khan blum dikocok… eh dikudek. Ditambah secangkir kecil gula aren cair untuk memberi rasa manis.

Setelah diputar sendoknya dan dikudek, warna susu dan kopi bercampur dengan hasil akhirnya berwarna cokelat kopi sushuuu….
Kata istriku, kopinya enaak.

Tiba lah pesananku Arabica Gayo Pantan Mussara Japanesse iced, tersaji dengan botol templer dan gelas kaca sekaligus berfungsi sebagai penutup botol untuk menjaga suhu sajian kopi tetap sesuai harapan.

Tuangkan di gelas kecilnya… srupppuuut… wuiiih suegeeer.

Acidity khasnya yang sedikit menyengat bikin cenghar, tapi tidak terlalu lama nempel di ujung lidah jadi bisa meneguk lagiii….. bodynya agak ringan dan aroma lumayan. Oh iyyaa… after taste berrynya masih bisa dinikmati meskipun hanya sekilas tapi berbekas.

Photo : Gayo pantan mussara japanesse iced.

Srupuut lagiii….. Nikmaat, Alhamdulillah. Kesegaran dan mood kembali bergabung, suasana siang menjelang sore terasa lebih hangat. Ya iya atuh… kesempatan super berharga bisa kongkow ngopi bersama ibu negaraku (baca istriku). Eiit tapi nggak boleh lama-lama, anak cantik nungguin di rumah.

Harga coffee latte 20ribu dan Japanesse iced 25ribu rupiah.

Jadi yang pengen ngopi di sekitar leuwigajah bisa sempetin mampir disini. Nikmati kopi dan sekalian mencuci diri… eh mencuci mobil. Wassalam (AKW).

Munggahan.

Hayu ah balakécrakan…

ALAK PAUL, Ngajémprak dina samak ngurilingan rangginang jeung opak. Aya ogé Ma Nini nu geus pikun, nu lian émok tapi ieu mah ngadon ngadangkak.

Balakécrakan bari ocon, nyocolan peda beureum maké sangu tutug kurupuk jeung liwet kastrol, teu poho sambel dadak seuhah lata-lata pleus daun déwa ogé kulub pucuk gedang. Jéngkol jeung peuteuy mah geus nungguan dihuapkeun ti tatadi.

Sagala karungsing ngilang, bangbaluh hirup leungit. Kagantian ku kabungah bisa ngariung babarengan bari ngeusian beuteung séwang-sewangan.

Udud kéréték, bako molé jeung pahpir jagong atawa nu boga kawani gedé di sadiaan linting kucubung, kagok édan. Aya ogé udud togog nu badag enjum, eusina menyan bodas, bako, cengkéh jeung kayu manis.

“Meungpeung bisa kénéh godin” kitu ceuk Si Udut bari pelenyun kana linting kucubung. “Hayu béakkeun liwetna euy” Haji Alit mairan bari ngedukan kastrol. Nikmat pisan.

Teu hilap, kopi 3 sendok mucung ditinyuh ku cai ngagolak, matak ngahégak tur nikmat. “Tong digulaan euy, pamali”

Hatur nuhun.

Wilujeng munggah palawargi. (AKW).

Fiksi Dini Hari.

Sebuah cerita fiksimini tercipta, sambil menggendong anak tercinta.

CIMAHI, akwnulis.com. Tengah malam terbangun oleh rengekan si kecil yang badannya mendadak panas. Langsung semua posisi siaga, sesuai dengan posisi masing-masing. Pilihan digendong ayah adalah yang terbaik, meskipun ibundapun sibuk nyiapin obat, air minum hangat dan tetap terjaga hingga adzan shubuhpun tiba.

Sambil menggendong tubuh si kecil yang panas, terasa kekhawatiran menjalari sanubari. Berharap segera sembuh seperti sediakala dan sehat kembali.

Hampir 2 jam menggendong dan mengayun perlahan tubuh anak tercinta, sesekali ada rengekan dan sisanya memeluk erat leher ini, dia berusaha tidur tapi tidak nyaman karena tidak enak badan. Perlahan duduk di kursi dengan posisi tetap menggendong, anak kecil mulai terlelap.

Di kala akan ditidurkan, sang anak menolak dan merengek, akhirnya kembali diayun dan digendong untuk ke sekian kali… lalu kembali duduk di kursi.

Sambil duduk menggendong di kursi, tiba-tiba sebuah ide selarik tema hadir depan mata. Ide yang berbeda dengan basis ‘dilema‘, tak banyak tanya, sambil menggendong anak tercinta, segera menulis di smartphone sebuah cerita fiksi singkat dalam genre bahasa sunda.

Silahkan…..

Fikmin # Bagja Sulaya #

Peuting nu simpé ngajaul haté. Méré hariwang nu matak lewang. Sakedapeun ngarénghap, karasa beurat. Bangbaluh hirup beuki numpuk, abot nandangannana.

“Geura kulem Akang, tos ulah seueur émutan” soanten halimpu gigireun ngagedékeun haté. Tapi lain salsé kalah ka beuki lungsé. Gerentes téh, “Duh Gusti hampura.”

Garanyam ramona ngusapan kana tonggong, teras karaos angkeut kareueut napel kana lebah punduk, “I love u, darling”
“I love u too” Uing ngajawab rada ngageter, uteuk mah ngapung meuntasan sagara, ngeukeupan budak jeung indungna.

Saminggu campleng ngabaturan dunungan, bari kudu ngalayanan sapuratina. Iman jeung satia ukur jadi basa, nu penting bisa balik ka imah bari angkaribung dunya.

“Hatur nuhun Pah, usaha téh geuning mucekil, Si Ujang tiasa transfusi ogé kémoterapi, tuh segeran ayeuna mah” Jikan nyarios bari marahmay. Uing unggeuk bari imut, soca bareubeu neuteup raray murangkalih nu getihan deui sanajan masih teu walakaya. “Énggal damang Jalu.”

***

Itulah selintas kisah fiksi yang berhasil dibuat sekaligus menemani diri ini hingga pagi hari.

Jangan baper dengan jalan cerita yang ada, ini hanya fiksi, kisah rekaan yang idenya datang tiba-tiba dan datang begitu saja. Tak usah pula dihubung-hubungkan, ini hanya fiksi, baca dan nikmatilah.

Alhamdulillah, panas tubuh anak tercinta berangsur kembali ke suhu normal. Insyaalloh sehat kembali seperti sediakala. Wassalam (AKW).

Kopi Ngasuh

Nyeduh Arabica puntang & Gayo Wine sambil ngasuh… inilah hasilnya.

Photo : Paw Patrol & kopikuu / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Seduhan kopi di malam hari menjadi teman setia untuk mengisi sisa hari sebelum berganti menjadi esok yang penuh harapan.

Seduhan kopi ini juga yang membantu mata dan badan agar tetap segar sambil menemani sang anak kesayangan yang senantiasa begadang karena ingin main bersama ayah sebelum terlelap di peraduan.

Kopi gayo wine dan arabica puntang pemberian Mr MN menjadi andalan malam ini. Tetapi ada yang beda, suhu air yang digunakan diturunkan di 78° celcius. Tujuannya untuk mempertajam acidity yang dimiliki kopi ini, yang sebenernya memang karakter gayo wine ini sudah mengusung acidity yang cukup tinggi.

Di saat corong V60 sudah bertengger di gelas server, terdengar di samping kanan, “Ayah ini kertas penyaringnya” suara anak kesayangan sambil membawa kertas filter V60. “Makasih sayaang”
“Sama-sama”

Lalu anak kesayangan mengambil teko leher angsa dan berlari menuju kompor gas yang sedang bertugas memanaskan air untuk prosesi penyeduhan.

Reflek diriku mengejar dan menahan gerakan si kecil nan lincah ini. Bukan apa-apa, air panas dan anak umur 3 tahun itu sangat beresiko.

Akhirnya yang paling aman sambil digendong dech. Maka prosesi penyeduhan menggunakan pola 1 tangan. Karena tangan kirinya megangin badan anak kesayangan yang nggak mau diem.

Currr……. perlahan tapi pasti gayo wine terekstraksi, berikutnya arabica puntang… 2 sajian kopi berbeda dengan satu tangan… heuheuheu lumayan pegel.

Photo : Secangkir kopi dan pigure minni mouse dkk / dokpri

Akhirnya manual brew ala ala tercipta sambil terus mendengarkan celoteh anak kesayangan, “Hai guys, hari ini aku bantu ayah bikin kopi… harum guys…. eh gitu dulu ya guys.. jangan lupa like dan subscribe yaa” ini terilhami youtube, ampyuun dech.

“Ayah hayu sini minum, kopinya disiniii” rengekan tengah malam yang tidak bisa dinegoisasi. Hanya menurut saja yang bisa dilakukan, sambil menenteng segelas kopi kecil arabica puntang.

Kompromi belum selesai, karena gelas isi kopi inipun harus dikolaborasi dengan mainan kesayangannya, chase – paw patrol.

Ya…. sudah pasrah, yang penting bentar lagi anak kesayangan mau bobo sebelum tengah malam terlewati. Wassalam (AKW).

Meeting & Curug Jodo

Rapat yang padat menguras semangat, diteruskan dengan mencari (Curug) jodoh…

Photo : Curug Jodo / dokpri.

SUBANG, akwnulis.com. Tuntas shalat isya maka meeting dilanjutkan lagiii… “Cius meeting malem-malem, bukan meeting kali, tapi meuting (meuting=bermalam bhs sunda)?”

Ya iya memang harus bermalam karena meetingnya dimulai setelah waktu isya. Klo itung-itungan, baru tadi seharian menuntaskan urusan dan melatih kesabaran di Bekasi, monggo dibaca ‘Merajut Janji di Bekasi.‘ Tetapi itulah sebuah komitmen yang harus dijalani, JaSuNi tea geuning. Jadi… lets go, kita meeting.

Segeralah berdiskusi dengan penuh aksi dan aneka reaksi. Berbalas pantun dan saling melengkapi demi sebuah kesepahaman bersama yang saling memperkaya rasa. Malam beranjak menuju puncaknya, sementara pembahasan masih berlanjut. Sesi kami berakhir 5 menit sebelum tengah malam tiba, alias pukul 23.55. Sementara pasukan khusus dan para pengurus melanjutkan penyusunan administrasi yang menjadi pembahasan serius, hingga menjelang mentari muncul secara halus…. wow begadang…. ruar biasa.

Perjuangan belum berakhir….

Photo : Meeting & meeting / dokpri.

Setelah sarapan selesai dilakukan maka battle discuss continue.. ternyata rame, saling berbalas pantun, saling melengkapi dengan aneka argumen yang ketat dan padat.

Dari mulai UU 40/2007, PP 94/2017, Permendagri 94/2017, Permendagri 37/2018, hingga Anggaran Dasar perusahaan menjadi bahasan yang saling melengkapi. Hal mendasar yang bisa dipetik adalah, semua memiliki niat yang sama… we are happy to lesson together.

Mempertahankan argumen dengan kebersahajaan dan menerima argumentasi yang lain jikalau didasari tata regulasi dan tak lupa sejumput diplomasi plus selarik basa-basi…..

Perlahan tapi pasti sesi-sesi meeting bisa dilalui. Pencatatan yang pasti dengan hadirnya notaris semakin mengukuhkan eksistensi. Berucap hati-hati dan berkomentarpun perlu berfikir lebih dari dua kali…. takut masuk akta notaris hehehehehe.

Photo : Camping Park Merpati di sekitar Curug Jodo / dokpri.

Udah ah… cerita seriusnya. Sekarang mah mencari dulu suasana, menenangkan kepala yang terasa panas membara setelah dua hari ini berfikir dan berfikir, bekerja dan bekerja.

“Moo kemana looh?”

“Sini, kita ke Curug Jodoh”

“Hah… serius bro?… takut ah”

Jawabannya takut, tapi penasaran. Akhirnya kami bertiga bergerak dari ruang meeting menuju lobby dan keluar menapaki paving block dan lantai tembok tanpa alas kaki alas nyékèr.

“Kenapa nyeker, khan ada sandal hotel?”

Kami bertiga seolah sepakat, atau sama-sama linglung pasca marathon meeting. Ganti baju, lepas sepatu dan berjalanlah ke lobby tanpa alas kaki…. aya aya waé.

Tujuannya hanya satu, Curug Jodo. Petunjuk arah segera diikuti, naik turun dan belak belok juga dijalani hingga akhirnya tiba di pertigaan dan terpampang tulisan yang dicari.

Photo : Beningnya air panas alami di Curug Jodo / dokpri.

Nggak pake lama segera mengabadikan pemandangan yang ada. Trus buka celana… eh maksudnya celana panjangnya dan bercelana pendek turun ke area curug yang berair bening…. serta yang terpenting adalahh…. airnya panazz… panasss alami, water hot spring tea geuning.

Menapaki dasar kolam air panas begitu menyegarkan, suasana alam yang berangin sejuk membawa kedamaian dan mendinginkan otak dari rasa membara tiada hingga.

Awalnya penasaran dengan nama Curug Jodo, kirain klo dateng kesinih bakalan dapet jodoh…. ternyata bukan itu guys.

Asal muasal penamaan Curug Jodo itu karena air terjun atau curug berair panas ini terdiri dari dua curug yang berdampingan secara alami sehingga dianggap menjadi curug yang berpasangan dan akhirnya dinamakan Curug berJodoh eh Curug Jodo.

Urusan yang datang ke sinih terus dapet jodoh, ya itu mah sudah takdirnya. Karena jodoh itu di tangan Tuhan, jikalau kita yang belum punya jodoh maka harus berusaha meraihnya sekuat tenaga, niat dan usaha sehingga sang jodoh bisa direngkuh…. klo nggak berusaha… ya selamanya jodoh ditangan Tuhan alias Jomfer.. Jomblo forever.

Ah sudah ah, kok nglantur gini….. padahal otak udah stabil lagi karena rekreasi singkat ini. Selamat menjalani komitmen atas pekerjaan masing2 juga takdir perjodohan. Wassalam (AKW).

***

Catatan :
Lokasi Curug Jodo berada di lingkungan Sariater Hotel & Resort, Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Jawa Barat.

Merajut Janji di Bekasi

Sebuah perjalanan yang penuh kesabaran serta ketenangan…

Photo : Sarapan Ayam buah / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah rencana adalah ihtiar dalam kehidupan dan ketegaran menjalani kenyataan serta keikhlasan menerimanya, itu yang kereeen.

Hari kerja di minggu ini diuji dengan kemacetan tingkat dewa. Senin pagi dari Cimahi ke Bekasi ditempuh dalam waktu 6 jam 30 menit… atau 6 jam dech karena terpotong dengan sarapan di Rest area Love 72 ruas jalan tol Cipularang.

Kemungkinan besar yang bikin kemacetan semakin parah adalah barengan dengan para pemudik long wiken yang kembali ke jakarta setelah libur lumayan panjang. Aslinya ampe nggak bisa berkata-kata karena kezeeel bin pegeeel.

Photo : Truk pasir kepleset / dokpri.

Ada objek yang bisa di ambil photonya ternyata truk pasir yang terjerembab di pinggir jalan tol, kasian tapi gimana, bingung nolongnya, duh semoga tabah hadapi kenyataan yaaa….

Melihat ke depan, antrian begitu panjang dan memang sulit untuk memilih, meskipun akhirnya tak tahan dengan kemacetan, segera mengambil arah tol exit gate Cibitung.

Eeeh… ternyata diluar tolnya juga sama. “Nasibbb ….nasib”

Photo : Mesjid di Rest area 72 / dokpri

Untungnya para peserta meeting di Bekasinya penyabar dan pemaklum semua, acara yang sedianya dilangsungkan pukul 10.00 wib, musti molor tanpa batas waktu yang pasti, menunggu kami yang masih bertualang dalam pusaran kemacetan.

***

Setelah bermacet ria di jalan inspeksi kalimalang, lalu belok kanan menuju jalur jalan pantura, jalur lokal karawang -bekasi maka suasana perjalanan lebih berwarna karena di tengah kemacetan bisa mampir dulu ke minimarket, warung ataupun mesjid sehingga momen macet spesial ini bisa dinikmati.

Ruar biasa……

Akhirnya dengan bersusah payah bisa tiba di tempat meeting disambut dengan adzan dhuhur yang menenteramkan hati.

Photo : Suasana Meeting / dokpri.

Tuntas sholat jama qashar dimulailah meeting yang muram plus juga ACnya sedang bermasalah…. otomatis jadi sauna dadakan… keringat mulai bercucuran, apa mau dikata….. lanjutkaaaan.

Di sinilah kesabaran dilatih, ketenangan diuji. Bertabur kata diplomasi mengeratkan janji untuk bersama-sama menyelesaikan resesi yang sedang dihadapi. Satu kata yang menjadi niat, kata… Semangaaat.

Akhirnya jam 4 sore mulai bergeser dari bekasong menyongsong tol yang diharapkan lowong…. ternyata zonk.

Macet lagi… macet lagi… tapi tidak seberapa dibanding keberangkatan tadi. Perlahan tapi pasti, merayap menapaki hari di jalan tol cikapek menuju arah tol cipali.

Lha moo kemana?”

“Lanjut malam ini meeting di Subang

Woalah perjalanan masih berlanjut, tapi tidak usah jadi ribut. JASUNI saja, jalani syukuri dan nikmati. Wassalam (AKW).