KOPI TIBALIK

Ternyata ihtiar berbeda itu menegangkan…

SOREANG, akwnulis.id. Jemari bergetar disaat kembali bercengkerama dengan keyboard virtual untuk membuat sebuah tulisan sederhana yang selama ini menjadi jembatan penyeimbang jiwa dikala berhadapan dengan kenyataan yang sedang  menanti kepastian. Padahal selama mingu – minggu ini jemari tetap menari dan berusaha menuliskan fenomena yang terjadi. Namun bukan dalam posisi penyeimbang jiwa tetapi mencatat serpihan – serpihan kehidupan dan merajutnya menjadi kumpulan kebaikan dimana esok lusa menjadi sejarah yang hadir tanpa amarah.

Bergelas kopi hitam tanpa gula sebetulnya sudah tak terhitung menemani tarian jemari ini. Namun catatan yang hadir bukan bagaimana kopi hitam tanpa gula itu memiliki body – acidity dan aftertaste yang istimewa. Tetapi betul – betul sebagai teman saja yang terdiam tanpa ekspresi dan menyaksikan jemari ini menari tanpa diiringi musik yang mendayu. Cukup dibersamai desau keresahan dan denting kekhawatiran yang bersuara lirih namun terasa perih padahal bukan luka, hanya kumpulan kata – kata.

Maka kembali mengapa jemari ini bergetar saat ini, karena yang tertuang dalam tulisan adalah sebuah syukur nikmat yang selama 2 minggu ini tidak sempat tercatat karena suatu sebab.

Namanya KOPI TIBALIK alias kopi terbalik. “Menarik khan nama kopinya?”
Tentu membuat penasaran. Karena jika dirunut dari biji maka tidak ada yang aneh, dibolak balik ya tetep biji kopi. Jikalau menggeliat disaat hangat dan panas di roasting, pada akhirnya tetap biji kopi tidak terbalik sampai akhirnya di grinder, diseduh dan dinikmati.

Ternyata istilah terbalik ini merupakan metode penyajian saja. Simpel sekali, meskipun ternyata tidak sederhana pada saat menikmatinya. Kopi yang dibuat ternyata biasa saja, kopi base espresso yakni americano. Hanya saja penyajiannya dibalik dimana pisin tutup gelas itu berubah menjadi alas gelas. Sudah deh, tidak menarik.

Tapi ternyata ini baru permulaan karena tantangannya hadir pada momentum menikmatinya.

Mau dibalik lagi gelasnya dibawah, nggak lucu ah. Maka dengan konsentrasi penuh gelas dan pisin atau tatakan ini diangkat perlahan dan buka celah gelas dengan hati – hati. Karena jika bukanya terlalu lebar, air kopinya keluar semua dan dijamin akan tumpah karena pisinnya kecil.

Maka harus konsentrasi, terukur dan diangkat perlahan tapi pasti…. wadduh menegangkan kawan. Lalu monyongkan bibir menyentuh pisin dan sruput perlahan, agak ribet memang. Tetapi sensasinya menghadirkan suasana rasa tersendiri. Tetap rasanya pahit namun diperkaya dengan manisnya rasa ihtiar termasuk memonyongkan bibir agak ke depan agar hasil maksimal.

Setelah 7 kali prosesi membuka gelas kupi terbalik ini akhirnya bisa habis meskipun bibir kok terasa lebih maju dari biasanya. Resiko untuk meraih kenikmatan yang berbeda. Maka jemari bergetar disaat menuliskannya karena terasa menjadi penyeimbang jiwa dalam gempuran ketidakpastian yang berkelindan dengan harapan banyak pihak terhadap raga sederhana ini untuk berkhidmat dalam memposisikan sebagai bagian dari solusi.

Sebagai penghormatan terakhir maka gelas terbalik dan pisin serta ampas kopi diberikan anggukan hormat takzim karena telah memberi kesempatan untuk sedikit menghela nafas dan kembali ke jalur penikmat kohitala dengan cara yang berbeda.

Padahal sebenarnya dalam sejarah tradisional di kampung halaman, menikmati kopi dengan menggunakan pisin atau tatakan itu adalah hal yang lumrah dengan tujuan membuat suhu air kopi panas itu segera turun. Kopinya di gelas biasa tapi pas mau diminum dituangkan ke pisin. Namun sekarang yang berbeda adalah posisi gelasnya yang disajikan sudah terbalik dan nyepot ke pisin. Sehingga perlu spesial effort pada saat membukanya perlahan.

Selamat mensyukuri hadirnya malam karena berarti besok insyaalloh akan kembali berjumpa dengan pagi berseri dan siang yang benderang. Salam kohitala gelas kebalik, Wassalam (AKW).

Berat Badan & Kohitala.

Sehat itu perlu ihtiar, kohitala jalan terus.

KLATEN, akwnulis.id. Seiring waktu yang tak mau berhenti sedetikpun meskipun panggilan dan permintaan selalu terdengar, karena waktu itu ditakdirkan begitu. Maka perubahan dan suka duka dalam kehidupan akan terus bergerak tanpa bisa dihentikan.

Begitupun raga ini berusaha meniti waktu dengan segala variasi. Tentu harapannya adalah perubahan ke arah yang lebih baik, sekecil apapun perubahannya.

Kalau minum kopi nggak berubah ya?.”

Minum kopipun alias menikmati kohitalapun berubah, baik tempat, bean kopinya, dengan siapa ngopinya dan siapa yang bayarnya hehehe. Satu hal dalam ngopi atau minum kopi ini tidak berubah itu hanya dari sisi dimulai dari mana minum kopinya tidak berubah?….. tentu dimulai dari mulut. Mulut tetap mulutku ini yang memulai meneguk sajian kopi tanpa gula, bukan mulut orang lain. Catat itu.

Kedua adalah yang tidak berubah yakni kohitala, kopi hitam tanpa gula. Ini dipertahankan atas nama prinsip perkontenan dan juga menjaga kesehatan dengan menghindari unsur lain selain biji kopi asli.

Ada juga tentang istilah ngopi ini mendapat komplen, karena dalam bahasa sunda ternyata NGOPI itu artinya menikmati kudapan, snack ringan dan dinikmati dengan teh hangat, kopi, wedang jahe, bandrek, bajigur, gula sereh dan juga susu. Jadi bukan ansich minum kopi doang… banyak yang dikunyah – kunyah.

Tapi ada hal penting dalam kehidupanku tentang ngopi eh minum kopi hitam tanpa gula ini, yakni menjadi teman setia dikala mengikuti program penurunan berat badan dengan labelnya TWS alias Tong Waka Sombong (jangan dulu sombong).

Maksudnya bagaimana?”
“Jangan sombong gimana?”

Maksudnya dalam program diet ini jangan dulu sombong pada saat berat badan menurun dan bentuk tubuh membaik. Karena tantangan terbesar sebuah program penurunan berat badan adalah di masa setelah program berakhir. Apakah mampu mempertahankan dengan berat badan ideal atau malah dengan cepat kembali ke asal, malah lebih berat dari awal program diet. Gatot itu, gagal total.

Sekarang diri ini masih dalam program penurunan berat badan tersebut. Meskipun sekarang godaan begitu kencang apalagi dalam pelaksanaannya harus menjalankan tugas perjalanan dinas luar kota. Begitu berat tantangan yang dihadapi karena tidak bisa leluasa memilih makanan yang akan dinikmati terutama untuk menu makan siang.

Sarapan relatif aman karena mayoritas hotel menyediakan sarapan dengan berbagai pilihan telur, buah potong dan roti. Meskipun lebih secure membawa roti gandum sendiri. Salah satunya roti gandum yang recomended adalah produk roti gandum Mom’s di jalan progo Kota Bandung.

Maka marilah mencintai diri sendiri dengan berbagai ihtiar agar umur raga ini sesuai dengan umur yang tertera di kartu tanda pengenal. Salah satu usaha adalah mengembalikan lagi proporsi berat tubuh baik dari sisi pengurangan lemak tubuh dan penguatan massa otot. Berdoa sehat selalu adalah utama tetapi ihtiar menjadi penyempurna sementara menyruput kopi hitam tanpa gula adalah pendukung setia. Selamat berkarya hari ini, Wassalam (AKW).

Nongki di Kopitotomi.

Yuk ah… ngopi dulu di Kopitotomi

BANDUNG, akwnulis.com. Kebiasaan ngopi tanpa gula dengan metode seduh manual tetap bertahan hingga saat ini. Seduhan yang favorit tentu dengan menggunakan corong dan kertas filter V60. Banyak metode seduh yang lain, namun ternyata dengan corong V60 ini terasa hasilnya apa adanya. Bukan berarti metode seduh manual lainnya hasilnya tidak apa adanya, tetapi lebih kepada pendekatan selera serta kebiasaan saja.

Beda dengan sajian kopi yang dibuatkan oleh orang lain baik barista atau mbakristi, silahkan metode seduh manual apapun dibuat ataupun berbasis mesin. Yang terpenting adalah falsafah diri tentang KOHITALA (kopi hitam tanpa gula).

Kesempatan kali inipun adalah catatan singkat tentang sebuah suasana menikmati kopi tanpa gula di sebuah kedai atau cafe yang memberi kejutan berbeda. Sebetulnya tidak sengaja menemukannya, namun pas masuk ternyata cafenya cozy dan terdapat beberapa sudut tempat yang menyenangkan untuk menikmati kopi. Baik yang Ududer (tukang ngudud/merokok) ataupun non-Ududer tersedia zona nyaman. Hal penting lainnya adalah tersedia mushola yang mungil namun bersih. Jadi aman berlama-lama nongki di cafe ini, pas adzan berkumandang bisa langsung menunaikan ibadah shalat.

Namanya cafe KOPITOTOMI yang berlokasi di Jl. Sadewa 18 Kota Bandung.

Ada juga yang menarik adalah terdapat sebuah pintu mini yang menghubungkan ruang tengah ke halaman belakang yang juga ditata dengan warna menyegarkan. Jadi melewati pintu itu harus dongko atau merunduk, jadi bisa disebut ‘pintu sopan’ karena semua yang melewatinya akan merunduk. Kalau mau coba sombong, jangan merunduk, dijamin nggak bisa melewati pintu itu.

Terdapat juga tempat di ruang tengah untuk live musik. Hanya karena datangnya siang hari jadi tidak ada penampilan live musik, tapi yang penting live eh a life show must go on.

Baik lagi ke urusan kopi hitam tanpa gula dan dengan metode seduh manual maka pilihannya tetap sederhana. Ada menu manual brew V60 arabica wine gununghalu untukku dan juga japanese kopi yang dinikmati oleh rekan kami. Sajian yang dibuat sang barista begitu menggugah selera dan tentunya sambil menikmati sajian kohitala juga menikmati suasana damai yang menenangkan rasa.

Sruput bray….

Sebetulnya banyak menu lainnya tetapii karena waktu yang terbatas maka tidak bisa banyak diulas. Gampang besok lusa kesini lagi kawan, agar nongkrong dan sruput kopi serta makam dan minumnya tuntas. Wassalam (AKW).

NGOPI DI TMP CIKUTRA 2024

Ngopi sebelum renungan suci, hayuu…

CIKUTRA. akwnulis.com. Sudah lama nggak sempet menulis tema kopi ataupun ngopi. Padahal ngopinya terus lho, meskipun tetap dijaga minumnya kohitala, kopi hitam tanpa gula. Baik sajian kopi manual brew V60 versi racikan pribadi ataupun sesekali di kafe atau kedai kopi manakala dompet sedang berisi. Bisa juga pilihannya americano ataupun kopi tubruk sekalipun.

Nah tadi malam itu ada momentum yang menarik jika dikaitkan dengan ngopi. Yakni mewakili pimpinan untuk hadir dalam rangkaian peringatan Hari Ulang tahun Ke-79 Kemerdekaan republik indonesia tingkat provinsi jawa barat yaitu Apel Renungan Suci (ARS) di taman makam pahlawan Cikutra Bandung.

Dalam benak sudah tersusun rencana bahwa setelah tiba di rumah maka akan menyeduh kopi manual dengan stok kopi yang ada dari Toko Seribu Kopi yakni arabica halu banana. Lalu dibawa ke acara di taman makam pahlawan lalu ‘ngonten‘ disana.
Eh ternyata rencana tinggal rencana, karena dengan segala kesibukan pekerjaan di hari jumat begitu banyak tugas sehingga baru bisa tiba di rumah itu tepat jam delapan malam. Bersegera mandi, langsung ganti baju dan bercanda sama anak tercinta juga pasti sama ibunya sambil menunggu kawan menjemput untuk berangkat bersama. Maklum acaranya tengah malam, jadi jika bersama-sama minimal ada kawan untuk tidak mengantuk.

Jam sembilan malam ternyata sang kawan sudah datang menjemput, maka setelah mengantar anak kesayangan untuk tidur, barulah berangkat dengan sedikit tergesa. Tapi ternyata itu tadi, sesuatu yang direncanakan terlupa.

Aduh buat kopi nggak keburu, lupa dech!”

Gerutu singkat tapi dalam hati, lalu sebagai antisipasinya coba kontak – kontak kolega pengelola taman makam pahlawan cikutra, minimal segelas kopi tanpa gula ada disana dan bisa digunakan membuat video konten dengan latar belakang batu nisan para pahlawan.

Perjalanan dari rumah hingga sampai ke area Taman Makam Pahlawan sekitar 35 menit dan ternyata benar saja disambut bukan hanya kohitala tetapi di mulai dari minuman bandrek dan bajigur, teh dan kopi serta berbagai kudapan rebus-rebusan yang lengkap. Ada pisang rebus, ubi rebus, jagung rebus, kacang rebus lalu makanan berkuahnya ada bakso panas yang menggiurkan.

Khusus kohitala atau kopi hitam tanpa gula, dibuatkan juga versi tanpa ampas dengan kopinya nescafe sachet. Lumayanlah buat konten meskipun terus terang saja karena lambung sudah terbiasa dengan kopi asli yang benar-benar alami, ini beresiko menghadirkan reaksi di perut nanti.

Nah, pada saat secangkir kohitala ini sudah hadir di hadapan mata, maka segera bergerak dengan membawa cangkir tersebut dengan tujuan mau minum kopi hitam di dekat jajaran pusara makam sambil di video.

Ternyata, 2 pihak langsung mendekat dan melarang dengan tegas.
Pertama, pihak dari  TNI terkait disiplin dan khidmatnya seremoni, tentu ini ditanggapi dengan loyalitas dan penghormatan. Mundur teratur. Tetapi larangan kedua lebih menguatkan untuk mengurungkan niat membuat konten ngopi di taman makam pahlawan ini. Hanya dengan satu kalimat sederhana, “Jangan, nanti menyesal!.”

Sesaat terdiam dan belajar paham atas kemungkinan yang akan terjadi jika kedua larangan ini dilanggar. Sudahlah jangan buat konten macam – macam, buat suasana ngonten biasa saja. Akhirnya diputuskan untuk membuat kontenna di ruangan tempat ibu bos satuan pelayanan TMP ini berada. Tentu dengan permohonan ijin dan persetujuan secara lisan, akhirnya bisa merekam video ngopi disini.

Kebetulan juga ternyata terdapat kudapan jajan pasar tradisional dari mulai awug, lapis dan penganan lainnya dengan tema merah putih. Pinjam satu dan dilekatkan pada secangkir kopi…

Tadaa… kopi merah putih sudah tersaji.

Akhirnya waktu pelaksanaan apel renungan suci dimulai, tentu segera bergabung di barisan untuk memberikan penghormatan formal kepada arwah para pahlawan yang dipimpin langsung inspektur apel renungan sucinya adalah bapak Kapolda Jabar.

Jadi terkait membuat konten minum kopi harus dipikirkan masak – masak karena berbagai kemungkinan bisa terjadi. Juga tidak lupa selalu bertanya dan permisi kepada pihak yang berwenang atau siapapun yang akan kita rekam video di manapun. Pantesan males banget dan terlupa buat kopi dulu di rumah, sudah menjadi tanda bahwa janganlah ngonten minum kopi di tempat yang tidak seharusnya.

Itulah sekelumit kisah ngopi di acara renungan suci tahun ini. Sebuah rangkaian momentum bersejarah dalam memperingati HUT ke – 79 Kemerdekaan Republik Indonesia. Nusantara Baru Indonesia Maju. Wassalam (AKW).

MATIH – fbs

Hanya coretan kecil tentang masa lalu.

CIMAHI, akwnulis.com. Cerita kali ini didasari pengalaman masa kecil dan dibuat tadi malam tepat malam jumat, tetapi khawatir pembaca males meneruskan bacanya karena seolah cerita mistis, padahal cerita singkat biasa saja. Maka baru diposting dan diedarkan sekarang.

Genrenya tetap berbahasa sunda dan hanya 150 kata, cukup baca singkat maksimal 1 sampai 2 menit saja. Selamat membaca dan selamat berhari jumat.

Inilah ceritanya :….

FIKMIN # Matih #

Keur leumpang dina galengan tiluan, balik ngaji ti pasantren Ustad Ahmad. Poèk sabab geus ba’da isya. Aya saeutik caang tina oncor dina lengeun kènca, geus luak leok katebak angin peuting.

Sabot keur laleumpang, dihareupeun aya nu bodas nangtung. Gebeg tèh, hatè ratug tutunggulan. Dadè jeung Jaè mangprèt balik deui bari ngagorowok, “Juriiiig!!!”

Uing ngahuleng, suku ngadadak beurat, pageuh nincak galengan. Panon ngawanikeun mencrong, kaciri nu bodas tèh jiga pocong, aya talian dina luhur sirahna. Beungeutna teu kaciri. Inget kana papagah Ustad, jelema mah mahluk mulya.

Rumpu rampa deukeut suku aya batu, teu antaparah deui. Belewer dialungkeun ka nu ngabelegedeg bodas hareupeun. Bari ngagorowok, “Bismikalllohumma ahya wa  bismika amuuuut!!”

Lakadalah, batu ngeplos ngaliwatan nu bodas. Tetempoan poèk, les teu inget di bumi alam.

Jang Ibro, hudang. Naha bet sarè tibra di galengan?” Sora Wa Uca ngahudangkeun. Uing beunta culang cileung, di riung ku bapa bapa nu balik jamaahan subuh ti masjid wètan. Cag. (AKW).

SOSOK PUTIH DI SUAKA INDAH – Kisah nyata.

Mati lampu di perumahan ternyata menegangkan.

CIMAHI, akwnulis.com. Cerita kali ini adalah kisah nyata yang dialami langsung bersama istri sepulang kerja. Sungguh tidak menyangka akan mengalami suasana yang menegangkan dan cukup membuat jantung ini berolahraga mendadak.

Kejadiannya bukan tengah malam kok, tapi sekitar jam tujuh malam. Awalnya perjalanan pulang kerja itu biasa saja tidak ada hal – hal yang aneh. Baru mulai terasa berbeda adalah setelah melewati bundaran air mancur leuwigajah dan melewati jembatan lalu belok kanan. Ternyata suasana sepi dan agak gelap, jikalau terang itu karena lampu motor dan mobil yang sesekali lewat. Kendaraan terus melaju dan posisi di memegang setir sambil melihat pemandangan tidak biasa. Toko – toko gelap termasuk supermarket dan minimarket yang ada.

Kok nggak pake genset ya? Giliran mati lampu jadi gelap semua”
“Iya jadi sepi banget” Istri menimpali.

Semakin mendekati komplek perumahan melewati pemakaman kerkof, suasana semakin sepi dan belok kanan memasuki komplek perumahan suaka indah. Fiks gelap gulita, kecuali lampu mobil yang menerangi kenyataan yang ada. Terasa berbeda sekali suasana komplek perumahan kami kali ini. Sepi dan berasa misterius saja, “Tidak seperti biasa”

Bersama istri sesekali berpandangan tapi tidak banyak kata yang terucap, apalagi gerimis yang sedari tadi menemani telah berubah menjadi hujan lebat yang melengkapi suasana gulita ini. Dingin tidak hanya diluar kendaraan saja, tetapi suasana di kabin kendaraanpun terasa senyap dan hampa.
Mobil kami bergerak perlahan dan belok kiri lurus, belok kiri lagi dan lurus hingga melewati taman RT 04 yang sedang direnovasi kembali.

Mendekat gerbang rumah di sebelah kiri ada gang, dan ketegangan di mulai. Diawali melihat sosok putih agak samar di pinggir gang tersebut, tapi dilewati saja perlahan. Mungkin hanya salah lihat saja.

Hanya saja karena penasaran, mencoba melihat suasana belakang kendaraan melalui spion depan. Deg, jantung sesaat terdiam, karena sosok putih tadi bergerak mendekati belakang mobil kami yang sudah berhenti depan gerbang rumah, menunggu gerbangnya dibuka.

Mata tajam melihat kaca spion tengah dan terlihat sosok putih tadi semakin dekat ke belakang mobil dan.. hilang.

Dilihat di spion tidak terlihat ada sosok putih tadi, hanya kegelapan menyelimuti belakang mobil kami.

Adrenalin terasa mengalir, dan nafas jadi memburu. Doa – doa dibacakan untuk memohon perlindungan Allah Subhana Wataala.

Dada semakin berdegup disaat sosok putih tadi semakin mendekat di kaca sebelah kanan. Mata coba terpejam beberapa kali sambil ucapkan doa tolak bala, tapi bayangan putih itu tetap ada. Diperhatikan sekilas, tetap tidak jelas karena kegelapan yang ada, hanya saja terlihat kilatan mata yang membuat suasana semakin menegangkan.

Tapi ya sudah daripada ketakutan berdua, segera kaca mobil dibuka…. dan, “Astagfirullohal adziiim!!!!” Mulut spontan berteriak sambil melihat seraut wajah dengan senyuman yang sudah dikenal selama ini. Lalu terdengar suara, “Ini kunci rumah pak, tadi saya lihat mobil bapak belok depan komplek”

Istri juga berteriak tapi sekaligus senang, karena yang disangka bayangan putih penuh ketegangan itu adalah Mang Jajang, Sopir kantor yang ditugaskan mengunci rumah yang sedang proses untuk dijual. Mang Jajang mengejar mobil kami dengan mengendarai motor, lalu perkir di gang karena bisa jalan pintas. Lalu mendekati mobil kami dengan menggunakan jas hujan berwarna krem terang.

Selamat malam para pembaca yang budiman, ini bukan kisah horor tapi kisah nyata yang berakhir dengan tertawa senang. Wassalam (AKW).

NENGOK ‘ABAH EMAK’ DI TELUK JAMBE

Sebuah kunjungan sarat makna.

KARAWANG, akwnulis.com. Cuaca panas di daerah Teluk Jambe Karaeang menyambut raga ini sesaat keluar dari kendaraan. Selanjutnya senyuman dari rekan mitra kerja di satuan pelayanan lansia Karawang membersamai kehadiran kami di tanah singaperbangsa ini dengan senyum tulus kekeluargaan dipimpin kepala satuan pelayanannya yang tinggi besar dan santun, bapak Harry.

Tanpa banyak basa – basi langkah langsung terayun menjelajahi areal satuan pelayanan lansia dengan satu tujuan utama, menemui Abah dan Emak.

Memangnya orangtuamu disini dirawat?”

Sebuah pertanyaan menyeruak tapi tidak harus reaktif dijawab. Biarkan sang waktu membuka pemahaman dan menghasilkan pemaknaan tentang arti sebutan abah dan emak ini.

Dalam terminologi bahasa sunda, istilah abah emak ini adalah sebutan anak kepada orangtua ataupun sebutan yang sopan dan hormat kepada orangtua lainnya. Jadi bukan ayah dan ibu kandung kami yang ada disini, tetapi para lansia telantar yang dirawat dan dilayani disatuan pelayanan ini. Secara jumlah terdapat 66 orang yang terdiri dari 36 orang emak dan 30 orang abah.

Mereka ditempatkan di wisma yang terpisah dan menempati tempat tidur masing – masing, meskipun secara kondisi memang kecenderungannya terutama para emak lansia disini kondisinya renta dan butuh perhatian ekstra. Juga masing – masing memiliki kisah pilu yang seringkali membuat trenyuh para perawatnya. Ada beberapa emak yang cukup ‘cangker‘ (jasmani kuat) namun sisanya lebih akrab di bed masing – masing karena kondisi raga terbatas juga ada yang ditempatkan di dekat kamar mandi karena hobinya mandi hingga 15 kali sehari, untung saja persediaan air disini cukup memadai.

Sementara para abah relatif lebih sehat dan terlihat beraktifitas normal meskupun sebagian kecil ada yang tergolek lemah di bed masing – masing. Jumlah abah atau klien lansia lami – laki adalah 30 orang.

Disaat masing – masing didatangi dan disalami, terlihat wajah wajah emak dan abah yang begitu senang didatangi seakan ditengok oleh anaknya yang selama ini hilang atau malah menelantarkan orang tuanya. Ada emak yang memeluk erat sambil berucap tak jelas, tapi yang pasti ada isak tangis yang membuat mata ini ijut sembab, mungkin dia kangen berat sama keluarganya. Ada juga yang langsung menengadahkan tangan sambil bilang nggak punya duit dan belum makan, padahal dari perawat membisiki bahwa emak ini baru selesai makan.

Tetapi latar belakangnya emak ini adalah pengemis tua telantar yang terjaring razia oleh petugas dan akhirnya diantarkan oleh pemerintah kabupaten ke panti lansia ini.

Banyak lagi cerita lainnya hadir dari mulut renta mereka, meskipun terbata tetapi intinya adalah berharap perhatian dan jangan ditinggalkan karena mereka sudah tidak punya siapa – siapa. Sementara melihat para perawat, para pekerja sosial dan petugas lainnya begitu sigap dan akrab dalam memberikan pelayanan seolah seperti merawat orangtuanya sendiri sangat patut diberikan acungan jempol dan penghormatan. 

Sebuah bentuk pekerjaan yang perlu keikhlasan dan dedikasi tinggi karena tidak mengenal hari libur, untuk selalu merawat abah emak dengan ikhlas dan penuh ketelatenan.

Ada satu emak yang memeluk dengan erat tak mau melepas, karena teringat anak semata wayangnya yang entah dimana dan dibayangkan sudah sebesar raga ini. Ada juga yang minta tolong tagihkan utang ke seseorang, padahal itu adalah ingatan terakhirnya 10 tahun silam tetapi karena demensia, seolah itu baru saja terjadi kepadanya.

Ah kadang mata ini tak kuasa menjaga air mata, menghadapi kenyataan kehidupan yang begitu berbeda. Semoga hadirnya rekan – rekan yang ikhlas merawat mereka bukan hanya tentang hadirnya negara dalam merawat rakyatnya yang telantar dan menua tetapi juga memberi harapan kedamaian pada lansia abah emak telantar ini dalam menjalani sisa – sisa umur kehidupannya.

Itulah secuil hikmah kunjungan kami ke satuan pelayanan lansia dibawah koordinasi UPTD PPS Griya Lansia yang berkantor pusat di daerah Ciparay kabupaten bandung yang memiliki satuan pelayanan di Karawang, Garut dan di Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Satu hal lagi yang terpenting adalah jagalah orangtua kita, minimal jika tidak langsung merawat karena waktu dan jarak maka sempatkanlah rutin berkomunikasi via telepon atau videocall untuk memantau kondisi orangtua kita yang merupakan ‘jimat’ bagi anak menantunya. Tapi tetap secara berkala sempatkanlah menengok dan memohon doa terbaik untuk meniti kehidupan ini serta kesiapan kita berinvestasi akherat.

Bagi para pembaca yang ingin berbagi maka bisa DM di instagram dengan alamat @rslugriyalansia.dinsosjabar atau datang langsung ke lokasi Griya Lansia Ciparay dan satuan pelayanan lainnya. Untuk di karawang terletak di jalan rayaTeluk Jambe nomor 129  Kabupaten Karawang. Wassalam (AKW).

TEMANKU SENJA

Hangatmu menemaniku.

CISUMDAWU, akwnulis.com. Semburatmu membuatku terpaku, padahal sebentar lagi akan bersiap menghilang di mahligai ufuk barat atas nama siklus tugas kehidupan. Namun ternyata cengkeraman sinar kuning keemasan dan oranye begitu melekat dalam pandangan dan perasaan orang sekitar.

Pertemuan kita beberapa minggu ini begitu intens karena ternyata harus menyore dikala lalu lintas bergerak menuju tempat berbeda, kehangatanmu ada. Sebuah kehangatan hakiki yang menyilaukan sekaligus memberikan kenyamanan dalam mengubah galau menjadi cingcai dan menghapus pesimisme menjadi optimisme.

Mentari senja kemarin lalu atau selumbari bersua di atas jembatan atau tepatnya jalan layang paspati Kota Bandung. Disaat kemacetan menjadi biasa, disitulah kesempatan mengabadikan rasa menjadi terbuka. Berbekal jari jemari dan ponsel hape yang ada maka dihasilkan sebuah gambar sederhana namun bermakna, karena disitu dapat dilihat bahwa semburat mentari sorè menghasilan elegi yang tak lekang oleh janji meskipun terkadang membersitkan serpihan sepi.

Begitupun dengan hari ini, disaat tadi pagi pergi menuju kertajati dan dilanjutkan memenuhi undangan di kediaman bapak bupati. Pada saat kembali ke tempat awal dimana selama ini ditinggali bukan di jembatan layang paspati tetapi pada ruas jalan tol Cisumdawu yang akhirnya bergabung dengan ruas tol padaleunyi.

Di tol Cisumdawu sore tadi, semburat hangatmu kembali menemani membawa semangat untuk tetap bersahaja dan berbagi ceria apalagi sebentar lagi berjumpa dengan keluarga setelah hari minggu terpotong oleh sebuah agenda luar kota. Maka dengan berbagai upaya mengabadikan momentum bersamamu sang pemancar sinar keemasan yang begitu perkasa.

Meskipun hanya bermodal kamera bawaan di hape saja tapi dengan ihtiar maksimal dan semangat menggebu maka puluhan jepretan momentum pendar cahayamu terus dibidik dan dijepret. Ya hasilnya banyak yang blur karena kendaraan terus bergerak sementara fokus lensa kamera terbatas. Tapi itu bukan halangan, terus saja dicoba dan akhirnya ada sebuah photo cahaya mentari senja di jalan tol cisumdawu.

Mentari tepat berada dihadapan seolah menyambut kepulangan kami menuju puncak harapan. Hangatnya cahaya sore sekaligus menyilaukan mata yang tak bisa terus terbuka tetapi sesekali berkedip agar memastikan fungsi matanya tetap terjaga.

Terima kasih semburatmu membersamai kami dalam kehangatan sore baik sore hari yang lalu juga hari ini seiring kepulangan raga ini dari majalengka  berjibaku dalam judul tugas dan pekerjaan yang dituntaskan di hari minggu ceria. Wassalam (AKW).

NGOPAY NGOJAY & GUNUNG LAWU.

Akhirnya Ngopay Ngojay terlaksana di kaki gunung… Segerr.

KARANGANYAR, akwnulis.com. Selamat bersua kembali dengan celoteh ringanku dalam bentuk tulisan sederhana namun bermakna. Tentu untuk tema tidak jauh – jauh dengan urusan si hitam nikmat yakni kopi. Karena konsistensi adalah janji, meskipun cukup janji kepada diri sendiri tapi marilah kita jaga sehingga tetap bertahan menulis dengan tema ini.

Meskipun kenyataannya tidak bisa menulis 100% tentang kopi, ada juga kerandoman trma lainnya khususnya penulisan cerita fiksi bahasa sunda yang tidak terlalu menyita halaman tulisan, karena cukup dengan 150 kata dan sudah membangun satu cerita maka tuntas sudah penulisannya yang disebut efbe-es FBS fiksmini basa sunda. Tantangannya adalah mencari kata dalam bahasa sunda untuk dikaitkan dengan kata lain sehingga menjadi bangunan cerita utuh yang tertata.

Nah kembali lagi ke tema tulisanku sebenarnya bukan hanya kopi tapi juga berkaitan dengan kolam renang atau berenang sehingga jika digabung dalam bahasa sunda menjadi tema yang murwakanti atau akhirannnya senada, yaitu NGOPAY & NGOJAY (menikmati kopi & berenang / kolam renang).

Beberapa tulisan terdahulu lebih banyak menuliskan secara terpisah. Jadi hanya membahas tema kopi saja atau bahas tentang berenang dan kolam renang saja. Ada 2 tulisan yang menggabungkan  NGOPAY & NGOJAY, mayoritasnya ngopi di pinggir kolam renang.

Jadi sekarang mau nulis bertema ngopay & ngojay?”

Benar sekali, tulisan kali ini bertema lengkap renang NGOPAY & NGOJAY ditambah kejutan lainnya adalah di tempat yang eksotis dan berlatar belakang momentum keindahan alam yang tiada tara. “Pasti penasaran deh!”

Maka perburuan momentum ini menjadi menantang, karena tentu dihadapkan dengan kondisi waktu yang terbatas. Disebut terbatas karena ada unsur alam yang bergerak dan tak pernah mau berhenti seperti takdir sang waktu. Bergerak terus dan bergerak terus.

Apakah itu?”
“Jadi penasaran”

Inilah jawabannya, jengjreeeng.

Sudah kelihatan khan?”

Berbicara keindahan itu adalah relatif tapi saya yakin sidang pembaca akan menyebut ini pemandangan indah dan memenuhi syarat sebagai tulisan bertema NGOPAY &  NGOJAY. tentu karena senua unsurnya terpenuhi.

Pertama, NGOPAY atau ngopi sudah diwakili oleh sebejana kopi seduhan drip manual dengan kopi lokal arabica Jenawi anggramanis. Kopi ini sudah dipersiapkan dari pagi sekitar jam 06.00 wib dengan berharap bahwa tidak ada kabut yang menghalangi pandangan di dataran tinggi tawangmangu ini. Tepat pukul 06.17 wib bergegas ke luar area tenda tempat merebahkan diri tadi malam menuju lokasi kolam renang dengan sudut yang pas untuk memastikan pengambilan gambar yang tepat. Apalagi selain target kopi dan kolam renang juga elemen pentingnya adalah kehadiran sang mentari di balik punggung gunung Lawu yang terkenal.

KEDUA adalah SUNRISE. Disaat mentari  merayap perlahan dan pasti melewati punggung gunung Lawu maka momentum itu hadir untuk diabadikan. Tidak lupa refleksi semburat warna keemasan harus terpantul di permukaan kolam renang yang menjadi hamparan kaca bening menenangkan.

Cetrek!
Cetrek!

Alhamdulillahirobbil alamin, sebuah capture photo dengan smartphoneku bisa menangkap momen ini secara lengkap. Memang tidak sempurna jika dibandingkan kamera DSLR, tapi sebagai dokumentasi pribadi ini sangat berarti. Dimana selanjutnya akan dibagikan di media sosial demi menghadirkan eksistensi.

Rasa syukur adalah utama, karena atas ijin Allah SWT sebuah momentum takdir ini tercipta. Dimampukan untuk membidik momen photo secara lengkap yakni NGOPAY, NGOJAY, SUNRISE, REFLEKSI dan GUNUNG.

Selamat sruput ngopat di hari ini ditemani kehangatan sentuhan mentari yang terus meninggi.  Segelah sruput kohitalanya dilanjutkan dengan aktifitas penting. Apalagi lambaian dari riak kolam renang membuat raga ini tidak bisa menolak untuk segera bercumbu dengan kesegaran pagi di kawasan Glamping Atsiri RAI. Wassalam (AKW).

EMOSI & KOPI

Anda Emosi?.. bersabarlah, jangan lupa ngopi.

BANDUNG BARAT, akwnulis.com. Dikala sebuah kata berkembang menjadi kalimat, dilengkapi dengan nada bicara yang meyakinkan maka sebuah pengaruh halus akan merasuk perlahan tanpa disadari. Begitulah sebuah kekuatan informasi bekerja. Apalagi jika bernuansa tendensi suatu, maka akan semakin mudah memanaskan pemikiran, mendidihkan darah emosional dan akhirnya menutupi pikiran jernih rasional yang selama ini dipertahankan.

Hampir saja itu terjadi dan hadirkan sebuah momen pertunjukan arogansi. Mungkin akan puas untuk sesaat tetapi dampak lain bisa saja lebih dahsyat namun bukan dampak yang baik. Itulah hal yang terjadi puluhan tahun lalu namun begitu berbekas serta merobek – robek tali silaturahmi.

Lalu apa yang harus dilakukan?”

Apakah perlu menggunakan jurus Mark Manson atau cukup dengan diam sejenak, menarik nafas panjang dan balik kanan? atau mendatangi dan menggertak dengan gigi gemeretak dan berteriak?”

Tentu tidak harus berteriak kawan, sungguh sia-sia energi yang dimiliki jika ternyata masih terjebak dalam petakompli. Lebih aman menarik nafas dalam dalam, diam sejenak sambil mensyukuri hari ini yang dimudahkan kesehatan, waktu luang termasuk ketenangan dan kedamaian.

Lalu bergegas berdiri bukan berarti untuk menuntaskan gejolak emosi dan arogansi tapi menuju satu titik dimana ada obat penenang disitu. Tapi jangan berfikir bahwa yang dimaksud adalah amfetamin, alfazolam, diazepam dan xanak. Tetapi bubuk hitam yang sebagian besar orang mengatakan pahit rasanya padahal tersimpan rasa lain yang menenangkan dengan syarat metode penyeduhan yang pas di hati, biji kopinya juga harum sekali sehingga akhirnya memberikan sensasi nikmat tersendiri.

Apalagi dipadupadankan dengan sebuah bonsai kecil pusu buluh yang ciamik maka prosesi penyeduhannya semakin menyenangkan.

Urusan rasa beda lagi, itu dinikmati setelah penyeduhan manual berakhir. Dengan biji kopinya arabica halu banana dan diseduh dengan gramasi 19 gram plus panasnya kira-kira 92 derajat celcius maka diyakini rasa nikmatnya akan berkelas dan menghilangkan semua emosi juga arogansi berubah menjadi rasa ikhlas yang bebas.

Selamat menikmati hari ini, sambil menyeruput sajian kopi hasil karya sendiri dan bernilai hakiki karena menghilangkan emosi dengan menciptakan ketenangan hari ini. Wassalam (AKW).