KEHILANGAN : SEDIH & BAYAR

Ternyata Kesedihannya mendalam karena diharuskan juga membayar hehehehe…

JAKARTA, akwnulis.id, Pagi masih menggelayut manja diatas cakrawala sementara mentari tampak malas menampakkan cerianya. Pagi syahdu yang entah mengapa membuat jiwa ini rapuh dan meragu. Tetapi tidak ada jalan lain untuk menahan langkah dan kembali pulang untuk memeluk kenangan. Karena harapan ternyata menjadi bayang yang akan hadir dikala bentar bersinar terang.

Maka dengan segenap sisa kemampuan, dilawan perlahan semua keengganan dan kemalasan dengan cara tarik nafas panjang lalu berteriak spontan dengan semangat, “Alloooohu Akbarr!!”

Otot di raga tergerak dan semesta menemani perubahan sikap ini. Maka sebelum pelukan kemalasan kembali berkelindan, kaki melangkah penuh keyaminan untuk menuju sebuah tempat yang diharapkan memberikan kepastian.

Sebagai penguat sinyal dalam meyakinkan tentang rasa kehilangan ini maka kantor polsek terdekat bisa memberikan secercah harapan dengan menghadirkan sebuah kertas keterangan. Jelas sudah ada yang hilang karena judul surat yang diterbitkan di kantor polisi adalah SURAT KEHILANGAN.

Biarkan secara administrasi tercatat hilang, tapi kenanganmu tetap tak lekang oleh jaman”

Langkah kaki setengah berlari membawa bukti surat kehilangan. Menuju sebuah tempat yang berharap menjadi pengobat luka akibat kehilangan, namun ternyata kehilangan kali ini bukan sekedar kehilangan tetapi dilengkapi dengan keharusan menyediakan sejumlah uang.

Omay gad, ternyata kehilangan kali ini bukan hanya kesedihan dan kebingungan mencari kenangan dan bukti keberadaan tetapi juga perlu merogoh saku demi mengikuti sebuah aturan”

Jadi lengkap sudah, pertama hilang lalu kehilangan, diberi surat keterangan hilang dan dalam proses selanjutnya ternyata bukan hanya kehilangan tetapi harus bayar sejumlah uang. Huuuu huuuu huuuu huuu.

Memang anda kehilangan apa sampai bersedih tak tertahankan?” Sebuah pertanyaan hadir dari kumpulan orang yang jadi penasaran. Termasuk yang sedang baca tulisan ini. “Ya khan?”

Kehilangan ini” Dengan suara memelas memperlihatkan photo sebuah buku hijau kecil bergambar garuda emas.

Pantesan atuh, hilang pasport mah resiko, memang begitu aturannya”

Kamu betlebihan, hilang ginian tapi heboh sendiri cari simpati”

Raga terdiam dan sedikit senyum simpul. Dari awal khan hanya ingin cerita kehilangan dan ternyata kehilangan pasport memang harus berposes dan juga bayar 1 jura rupiah diluar biaya pembuatan pasportnya. “Kenapa orang – orang sewot?”

Jadi kesimpulannya :
1. Bagi yang sudah punya paspor maka dijaga baik – baik jangan hilang.
2. Jika hilang maka ada keharusan membawa surat dari kepolisian, BAP oleh Kantor Imigrasi lalu bayar dendanya.
3. Jika hilang dan tidak ada sama sekali photocopy atau file digital dari paspor yang hilang maka harus ke kantor imigrasi terdekat untuk meminta salinan dari paspor yang hilang ini. Harus datang pagi – pagi dan dengan ikhlas antri. Setelah dipanggil dan mengisi beberapa formulir serta wawancara maka diberikan copy-an berkas sebagai bahan untuk membuat surat keterangan kehilangan dari kepolisian.
4. Ke kantor polisi terdekat atau disarankan di daerah domisili dan inipun perlu waktu yang lumayan.
5. Kembali ke kantor Imigrasi dan berproses untuk pembuatan paspor baru dan selain harus mengantri lagi juga bersiap membayar denda kehilangan.
6. Waktu yang digunakan cukup banyak dalam prosesnya, jadi tetap semangat, bersabar dan fokus.

Begitu ceritanya yang penulis alami, semoga menjadi cerminan kehati-hatian bagi para pembaca yang baik hati dan tidak sombong serta teliti untuk berbagai hal. Selamat menjalani hari ini, penuh arti dan jangan lupa tafakur serta syukuri. Wassalam (AKW).

NASIB SIAL fbs

Terkadang memang nasib tidak berpihak. sabar ya dek.

INDRAMAYU, akwnulis.id. Sebuah cerita singkat yang terinspirasi dari diskusi santai berbagi pengalaman dengan bosnya Kanwil Kemenag Jabar di sela – sela persiapan akhir pelaksanaan Ibadah Haji 1446 H tahun ini.

FIKMIN # NASIB SIAL #

Geus saminggu mondok moèk di kantor. Pabeulit mulek jeung kertas, paspor ogè daptar jalma nu ŕèk indit munggah haji. Kabeneran boga dunungan beukina sosorongot, teu mingè. Gawè jeung gawè, kudu suhud jeung taliti. Sabab jadi urusan panjang lamun jamaah aya masalah di bandara diditu, barabè Jang.

Komo dua poè katukang mah ripuh pisan, teu pira kudu nèangan 2 ngaran calon jamaah nu leungit. Dina daptar tapi pasporna suwung. Atuh dibukaan deui sakabèh koper. Sanajan bangga, teu bisa kumaha.

Tèangan nepika panggih!!!” Sora handaruan dunungan, matak pegat jajantung.

Alhamdulillah jam sapuluh peuting, berkas kapanggih. Disuhun teu sirikna diciuman, beungeut dunungan marahmay.

Jig siah arulin, tong poho isuk – isuk ngumpul deui”

Bring, opatan mapay jalan sudirman. Sup ka hiji wangunan nu loba jelema. Sora musik handaruan matak ratug kana hatè.  Leguk nginum cihèrang nu asongkeun ku nu gareulis. Haneut dina tikoro, leng poèk.

Isukna ibur di kantor, Jang Usep saparakanca mabok.

***

Terima kasih berkenan meluangkan waktu 2 – 3 menit membaca tulisanku ini. Jangan lupa ini hanya cerita rekaan saja tetapi diambil dari sebuah ide yang hadir disaat ngobrol santai yang penuh keakraban. Salam semangat, salam literasi, salam ngamumulè basa indung, Sunda. Wassalam (AKW).

KUCING SANTAI

Setuju sama si kucing?

KUCING HITAM LAGI SANTAI.

Bersua tak sengaja sepulang dari shalat jumat. Terlihat si hitam sedang santai sambil menjilati badannya dengan tenang tidak pusing memikirkan dampak kebijakan perang dagang Donald Trumph yang membuka perlawanan terbuka China termasuk dampak langsung terhadap ekspor indonesia.

Si kucing hitam tidak terganggu meneruskan aktifitas jilat menjilatinnya. Sesekali wajahnya melihat ke sumber suara termasuk matanya memandang kamera hape ini. Sebuah sikap waspada atau memang si kucing ini golongan KSK (kucing sadar kamera).

Namun perjumpaan dengan kucing hitam ini tak bisa lama, cukup 19 detik saja di vedio yang tersimpan rapih pada memori hape. Selamat melanjutkan kehidupan ya kucing hitam.

Aktifitasnya dan jilatan santainya seolah berucap, “Hidup ini santai kawaan….”

Nuhun. (AKW).

FESTIVAL DULAG ISTIMEWA 1446 H – Catatan kecilku.

Sebuah catatan kecilku dalam membersamai even FDI (Festival Dulag Istimewa)

BANDUNG BARAT, akwnulis.id. Gema takbir silih berganti dengan sukacita menandakan hadirnya bulan syawal yang begitu gempita. Rasa sedih hadir karena bulan ramadhan segera betakhir, tetapi juga gembira karena bisa melewati satu bulan momentum hari – hari puasa dengan mengisinya beraneka aktifitas yang bukan hanya bicara tentang lapar dan dahaga tetapi yang terpenting adalah melatih diri untuk menjaga derajat taqwa serta mensucikan diri menguatkan niat untuk melakukan ibadah – ibadah terbaik di sebelas bulan yang terbentang dihadapan mata. Sebelum bersua dengan bulan ramadhan tahun depan, Insyaalloh.

Berawal dari diskusi sederhana bersama bapak bos kita, pak KDM, bapak Gubernur Jawa Barat tentang aktifitas memukul bedug di bulan puasa ternyata berlanjut dengan tantangan yang tidak biasa, inilah pwrcakapannya :

Ari nakol bedug sabaraha warna?”
“Tilu warna pak” (baca tiluarna)

Diartikan dalam bahasa indonesia menjadi :

Kalau memukul bedug berapa warna?”
“Tiga warna” (baca dari luarnya).

Sebuah tatarucingan eh tebak – tebakan sederhana yang sudah menjadi percakapan biasa bagi anak – anak dan remaja di lembur atau di kampung tentang memukul bedug. Tahu kan bedug?… itu yang  ada di mesjid, biasa digunakan atau dipukul menjelang berkumandangnya adzan. Bentuknya seperti tong besar yang terbuat dari berbagai bahan baik dari kayu, drum bekas yang dibungkus dengan kulit kambing atau sapi dan satu sisinya bolong / kosong sebagai tempat keluarnya suara.

Bedug ini dipukul menggunakan pemukul atau disebut panakol, bisa dari kayu yang dibentuk seperti korek api tapi ukuran besar atauapun kayu/besi yang ujungnya dililiti kain atau karet sehingga nyaman digunakan sebagai pemukul.

Nah aktifitas memukul bedug itu disebut dengan ngadulag. Malah baju lebaran juga sering disebut baju dulag. Sehingga bedug dan ngadulag adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Sekaligus menjadi dasar perintah bagi pak KDM, Kang Dedi Mulyadi memerintahkan kami agar merancang, merencanakan dan menghadirkan even FDI (festival dulag istimewa) 1446 H di halaman gedung pakuan Provinsi Jawa Barat.

Maka bergeraklah kami dengan segera, mempersiapkan pelaksanaan festival dulag istimewa ini dengan segenap kemampuan kami yang ada. Tentu tantangan pertama adalah ketidakpahaman kami bagaimana sebuah even ngadulag eh nakol bedug ini secara teknisnya, sementara mau bertanya lagi kepada pak KDM, masih takut takut kita. Maka langkah awal adalah mencari referensi melalui media online sekaligus bertanya kepada orang – orang atau pejabat di kabupaten purwakarta, bagaimana gelaran festival ngadulag dilaksanakan di alun – alun purwakarta semasa pak KDM menjabat sebagai bupati purwakarta beberapa waktu yang lalu.

Tentu ditengah – tengah tugas lain yang perlu konsentrasi. Maka langkah demi langkah persiapan yang diawali dengan pembagian tim, penentuan nama dan siapa berbuat apa. Lalu menyusun timeline dengan target akhir adalah pelaksanaan FDI festival dulag istimewa ini yang akan dilaksanakan pada malam takbiran atau hari terakhir bulan ramadhan.

Dua pertanyaan besar yang menghantui kami, yakni : “Bagaimana format sebenarnya yang diharapkan oleh pak Gubernur terkait festival dulag inj dan apakah pelaksanaan shalat idul fitri atau hari pertama lebaran itu tanggal 31 maret 2025 atau bisa saja tanggal 30 maret 2025 memgingat pemberitaan sidang isbat akan dilaksanakan di tanggal 29 maret 2025 oleh kementerian agama?…”

Suasana mulai menegang…
Teman – teman di Biro Kesra segera mempersiapkan segalanya. Tentu dengan segala ketidaktahuan, namun semangatnya sama. Ini adalah tantangan yang harus dan bisa diwujudkan bersama-sama. Dengan dikomandani oleh bapak Kabag TU (syeh) Ahmad dan ketua teknis Aa Sofyan dan tim TU tidak hanya humas namun kolaborasi semuanya untuk mewujudkan konsep awal even ini.

Begitupun dari Bos Sekda, intruksi teknis tentang festival dulag ini menjadi pedoman bagi kami dan dituangkan dalam Kerangka acuan kerja, paparan versi canva, konsep di media sosial konsep sertifikat juga beraneka surat menyurat baik dalam benfuk nota dinas di internal sekretariat daerah juga surat keluar yang ditujukan kepada berbagai OPD pendukung.

Seperti permohonan dewan juri ke Disparbud, dukungan tim kesehatan dari Dinkes, dukungan publikasi dan live streaming youtube ke Diskominfo, dukungan media luar ruamg termasuk LED outdoor dan yang pasti kehadiran pak Gubernur itu sendiri ke Biro Adpim serta permohonan mencetak undangan resmi plat merah. Juga Dinas Perrhubungan dan Satpol PP serta Polrestabes Bandung untuk pengamanan, ketertiban, pengaturan lalu lintas sekaligus jangan lupa tentang perijinan keramaian.

Karena jelas intruksi pak Sekda, disaat Panitia inti melakukan audiensi diminta seluruh OPD mengirimkan satu tim dulag yang berjumlah 4 orang serta perwakilan kabupaten / kota dari 27 daerah dengan 2 perwakilan yaitu kategori dewas dan kategori pemuda. Termasuk konsep performance dari masing – masing peserta dengan menggunakan kendaraan masing – masing untuk melewati tribun depan gedung pakuan. Lakukan penampilan, dinilai dan bergerak meninggalkan area halaman gedung pakuan.

Maka detailing waktu menjadi ketat karena diharapkan bisa tuntas di pukul 22.00 wib. Pasukan Kesra semua bahu membahu dengan dikawal para Ketua Tim dan jelas dikawal oleh Bapak Agis JF Madya satu – satunya di biro Kesra.

Rapat internal via zoom meeting menjadi kunci kebersamaan sehingga pergerakan teman – teman fokus kepada aneka persiapan dan juga disaat pelaksanaan. Kang Dadan mengkordinir hadiah dan piagam pontang – panting dibantu pak Juan, pak Asep Achyar juga Fahmi, Septian, Sakti dan maafkan nama – nama yang belum disebutkan. Ternyata piagam yang di tandatangan gubernur harus jelas usulannya, ada nota dinas, kajian, berita acara yang ternyata dengan jaringan kekompakan dengan BKD dan Biro Hukum dapat dituntaskan segera.

Tantangan hadir tentang besaran hadiah yang harus berjibaku dengan usulan perubahan komponen, pemotongan pajak hingga penyerahan hadiah tersebut apakah via transfer ataupun tunai. Seru pisan pokoknya, Neng Rani dan tim perencana berjuang belakang layar dikawal aa Sofyan serta Tim TU sementara waktu pelaksanaan terus mendekat tinggal menghitung hari.

Ada juga pak Haji Encep dan pak Damir sebagai tim pengendali cuaca yang bertugas memastikan dengan ihtiar dan doa agar di malam festival dulag istimewa ini tidak ada hujan dan langit tetap cerah. Nah ternyata dukungannya tidak main – main langsung BPBD, BNPB dan BMKG dalam pelaksanaan rekayasa cuaca sehingga curah hujan beberapa lokasi di jawa barat diihtiarkan agar turun di lautan sehingga mengurangi potensi bencana banjir di kawasan jawa barat.

Tim pencari obor sekaligus persiapan untuk makan minum acarapun tak kalah sibuknya. Ada pak Juan, pak Mamat, pak Agis, bu Muftia yang sibuk mencari obor. Juga tim bu Amelia dan bu Imas BMS yang mengkordinasikan konsumsi dari mulai angka 550 pak menjadi 1000 pak disaat even berlangsung yang disupport full oleh Biro Umum Setda Jabar.

***

Sementara urusan kemungkinan hari lebaran kapan, berdasarkan perbandingan sederhana dengan melihat sidang isbat 5 tahun ke belakang, penanggalan 1 syawal selalu sejalan dengan rencana awal pemerintah. Dikaitkan juga dengan arahan pak Sekda di saat tim kami melaporkannya. Berarti jelas, pelaksanaan Festival Dulag Istimewa 1446 H akan dilaksanakan pada tanggal 30 maret 2025 setelah shalat isya sampai malam. Noted.

Terdapat kejutan yang membahagiakan keluarga besar Biro Kesra Jabar adalah dengan dilantiknya Bapak Syeh Kabag TU menadi Kepala Biro Adpim yang baru. Menjadi JPT Pejabat tinggi pratama atau level eselon II, Alhamdulillahirobbil Alamin… kami ikut bangga dan bahagia meskipun terselip kesedihan karena harus berpisah secara kedinasan. Tapi kerjasama tetap abadi, semoga pengganti beliau adalah orang yang berintegritas dan paripurna seperti beliau.

Balik lagi urusan FDI, waktu tersisa tinggal 2 hari. Tetapi ada hal yang masih mengganjal dalam hati yakni format atau konsep acara yang sudah kami susun, apakah sesuai dengan konsep dan harapan pak KDM, gubernur kami?..  ternyata karena Karo Adpimnya adalah alumni Biro Kesra maka kami diberikan slot waktu untuk menghadap.langsung kepada bapak Gubernur di kediaman pribadinya, di lembur pakuan Subang.

Benar saja, hari jumat siang menemui pak KDM dan ternyata format acara festival ngadulag yang diharapkan adalah nirkendaraan tetapi bedugnya dan para penakolnya eh petugasnya stanby di halaman gedung sate dan disuarakan bersama-sama. Lalu juri bergerak menilai satu persatu penampilan para peserta dan alhirnya merumuskan hasil penilaian yang dituangkan dalam 18 juara. Tanpa banyak basa – basi, pulang menemui pak Gubernur langsung di gelar rapat virtual marathon mulai dari dewan juri, para perwakilan OPD dan 27 kabupaten kota sebagai calon peserta serta petugas dan tim semuanya karena perubahannya sangat signifikan.

Maka bergeraklah bersama mempersiapkan segala hal dengan aneka perubahannya. Pak Agis menjadi koordinator absensi bagi teman – teman semua sekaligus didapuk sebagai plt Kabag TU melanjutkan tugas pak Ahmad. Pak Ahmad sendiri tetap mendukung kegiatan ini dengan kapasitasnya sebagai pejabat eselon 2 yang mengatur agenda Gubernur.

Pak Sofyan pontang – panting mengawal persiapan teknis kegiatan. Pak Dadan dan tim mempersiapkan piagam, trophy, souvenir dan hadiah. Bu muftia pabeulit sama obor dan tuntaa oleh pak agis, pak juan dan pak rahmat karena bukan hanya obornya saja yang harus ada tetapi lengkap dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Bu Oi dan tim penerima tamu sibuk wara – wiri. Apalagi tim registrasi, sudah ready dari minggu pagi demi menerima dan mengarahkan peserta hingga mengkordinasikan tanda tangan dan visum dari para peserta kabupaten / kota.

Pak rahmat dan pak Juan alih profesi menjadi sopir mobil bak demi mengangkut bedug besar dari mesjid raya Bandung ke halaman gedung pakuan. Tim dokumentasi humas terus bergerak, tim acara berkoordinasi intens dengan protokoler. Termasuk diri ini yang juga harus bersiap tampil menyampaikan laporan kegiatan. Sebuah mantra menjadi pembuka, hadirkan senyum bersama – sama : MOBIL FIAT MOBIL SEDAN, TEU KIAT HOYONG LAPORAN.

Akhirnya di malam takbiran tanggal 30 maret 2025 kegiatan Festival Dulag Istimewa 1446 Hinriah resmi dilaksanakan di halaman gedung pakuan. Total 70 tim hadir dari 27 kabupaten kota dan perwakilan OPD di lingkungan provinsi jawa barat.

Sukacita peserta dan warga menyatu dalam bahana suara bedug yang dipukul bersama begitu menggetarkan jiwa. Menggabungkan marwah nafas islami, tradisi budaya sunda serta makna mendalam tentang memukul bedug sebagai PENGINGAT bagi umat manusia khususnya muslim muslimah untuk selalu tepat waktu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala.

Metode penilaian dengan 3 kritetia utama yakni :

1. VOKAL (teknik vokal, ketepatan nada, penghayatan)
2. MUSIKAL (Aransemen, dinamika, variasi, tempo)
3. PENAMPILAN (adab kesopanan, dekorasi, kostum, kekompakan)

Menghasilkan 18 juara dari 3 kategori, yakni juara I, juara 2, juara 3, juara harapan 1, 2 dan 3. Dimana dalam prosesi penilaian yang dikawal ketat oleh Bu Neni dan tim BMS menyisakan juga sebuah pengorbanan dengan hilangnya smartphone bu Neni ditengah hiruk pikuk penilaian penampilan dulag dari masing-masing kelompok.

Terima kasih Bapak Gubernur Jabar atas tantangannya, Bapak Sekda yang selalu membimbing kami, seluruh pimpinan OPD serta Baznas Provinsj Jawa Barat yang mendukung terselenggaranya acara FDI ini. Para Dewan Juri yang berjibaku menilai secara objektif yang merupakan representasi dari akasemisi, praktisi dan seniman yakni ada kang Erlan – seniman, Abah Faruq – LASQI & Kang Rizky Hamdani – ISBI serta seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini.

Super thanks for Keluarga Besar Biro Kesra Setda jabar yang begitu kompak, militan, tetap bertahan dengan segala perubahan dan sampai lepas tengah malam menuntaskan even FDI ini hingga setuntas-tuntasnya. Bravo Biro Kesra. Wassalam (AKW).

PROTES SANTRI KECIL

Cerita protes di masa kecil.

*PROTES SANTRI KECIL*

Cerita bermula dari rasa kesal yang membuncah melihat bapak – bapak dan pemuda serta beberapa anak sibuk dengan kongkur, sebuah sebutan untuk memancing ikan berjamaah di satu kolam yang sudah disepakati bersama. Ya sebutannya kongkur, raga ini belum tahu pasti asal muasal istilah tersebut tetapi menjadi pelafalan umum dan semua yakin dengan pengertian dan pemahaman yang sama.

Mengapa dikau kesal adinda?”
Sebuah tanya menyeruak dan langsung fokus padaku. Seorang santri kecil yang sedang belajar agama. Sejenak terdiam tetapi selanjutnya jawaban lantang hadir untuk meraih keadilan, “Bukan tidak suka aktifitasnya, tetapi teriakan dan celoteh serta sumpah serapahnya yang mengganggu konsentrasi kami membaca dan menghafal kitab sapinah dan jurumiah. Padahal sebentar lagi Imtihan Guru”

Guruku, Ustad Saemul tersenyum. Wajahnya yang teduh dan kharismatik memberikan rasa damai padaku, kepada kami pada santri cilik yang berkumpul dihadapannya dalam formasi sorogan kitab kuning. Beliau berkata, “Bersabar dan bertawakal saja, kita doakan mereka tersadar untuk tidak terlalu ribut sehingga tidak mengganggu kita”

Iya pak Kiai, maafkan kami”
“Iya tidak apa-apa, ayo kita kumpul lagi dan membahas hadits pendek dan artinya”

Tapi esok harinya setelah diperhatikan secara seksama, kegiatan kongkur terus berlanjut seakan mengejar jadwal jangan jeda konkur sepanjang bulan ramadhan. Jam 07.00 wib sudah hampir sepertiganya hadir di pinggir kolam dan bersiap ‘menyelamatkan ikan yang tenggelam’. Teriakan dan gaya ngobrolnya yang keras, agak mengganggu suasana pagii di pesantren asrama laki-laki. Tapi itulah kenyataannya.

Hanya saja hari ini berbeda, disaat mulai menaiki jalan menanjak dan cukup ekstrim maka tiada kata seindah doa kepada Allah Subhananu Wataala agar dilancarkan dan dimudahkan dalam pekerjaan juga kehidupan pribadi. Perbedaannya adalah para pemain ini dalam aktifitas kongkur ini terlihat merokok padahal jelas – jelas ini bulan ramadhan dan diwajibkan berpuasa. Maka jiwa mudaku berontak melihat fenomena merokok siang hari tersebut, mengingarkan untuk jadwal shaum harus segera diikuti.

Tapi langkah kaki mungil ini terdiam sesaat, mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi. Apalah daya badan anak kecil ini dihadapan orang – orang dewasa yang terlihat begitu kuat dan garang. “Perlu cari strategi yang tepat”.

Maka segera pergi ke belakang kobong (asrama santri) menuju area rahasia. Menyibakkan beberapa daun pisang kering dan segera diambillah lodong, sebuah meriam bambu lengkap dengan amunisinya. Ada botol plastik kecil berisi cairan minyak tanah, satu botol berisi air dan satu botol berisi pecahan karbit siap pakai.

Meriam bambu dipikul karena ukurannya lumayan sambil menenteng peralatan. Menuju lokasi yang tepat di dekat kolam yang masih banyak semak – semaknya. Lalu meriam bambu di pasang dalam posisi yang tepat dengan perhitungan akurat menuju sasaran di kolam.  Tapi tetap tersembunyi dari pandangan para pemancing tersebut.

Setelah dirasa semua siap, maka mulai mengamati sasaran. Ternyata beberapa peserta kongkur sedang menikmati bekal makan siang, padahal ini bulan ramadhan. Semakin bergemeretaklah gigi ini dan menahan rasa kesal yang begitu dalam kepada orang – orang yang tidak berpuasa padahal diyakini mereka beragama islam. Tanpa fikir panjang, langsung saja racikan air dan minyak tanah menjadi adonan pembuka. Terakhir pecahan karbit sebagai pembangkit tenaga dorong.

Setelah terlihat bahwa racikan bahan peledak sederhana ini sudah memanas dan tepat moncongnya menuju sasaran. Maka langkah terbaik adalah menyalakan api pada posisi cairan dalam lodong sudah mendidih.

Tep… Dhuaaaar…

Suara membahana memekakkan telinga, seiring dengan lidah api keluar dari moncong meriam bambu ini. Suara yang menggelegar membuat para pemancing terjengkang kaget. Ada 2 orang yang tigejebur.. eh loncat ke kolam karena rasa kaget yang tidak tertahan. Sisanya terjengkang ke belakang. Ikan di kolampun berloncatan, menyambut kegembiraan dan keseruan.

Dirikupun merasa senang, karena bisa memberikan pengalaman tak terlupakan dari para pemancing yang tidak berpuasa ini. Meskipun mereka ternyata masih melanjutkan aktifitas di pinggir kolamnya. Tapi minimal sebuah peringatan hadir tanpa diduga dengan perantara tangan mungil ini.

Tidak hanya di sekitar kolam pancing yang heboh, tapi juga di asrama atau di kobong. Beberapa senior santri berlarian menuju sumber suara. Tetapi tidak ditemukan siapa – siapa, hanya meriam bambu yang hampir belah saja yang ada. Sementara raga mungil ini sudah menghilang dengan menggunakan ilmu lanvkah seribu dan berdiam di tempat aman. Wassalam (AKW).

IMUT anjeun – refbs

Mugi caang baranang salawasna..

CIMAHI, Akwnulis.id. Tak sengaja berselancar di media sosial pribadi dan menemukan sebuah catatan sederhana 10 tahun lalu. Tulisan singkat berbahasa sunda.

Diserat nganggè basa sunda, pondok waè seratanna nanging tiasa ngabudalkeun rasa nu aya dina manah basa harita.

Haturan….

# Imut anjeun #

Hapunten ulah janten bendu, wiréhna kaayaanna tos kieu, moal kapuluk, ngalelebar artos, hawatos” soanten halimpu doktér rancunit téh karaos neumbrag kana jajantung, ngaheumbat angen meupeuskeun harepan nu mucuk eurih salami nyarengan dina ambulan. Asa teungteuingeun. Tapi nguping halimpu ogé soméahna dokter, lalaunan mulungan rénghap.

Ngaroncé kawantun negerkeun pangacian bari pok, “Teu sawios néng dokter, ieu mah ihtiar pribados. Mugi-mugi aja mu’zizat, keun perkawis rejeki mah parantos aya nu ngatur.” Dokter unggeuk perawat tatan-tatan, plong karaosna. Réngsé nawis serat pertanggelwaleran kulawarga, anjeun dicandak ka tempat anu merenah. Pasosonten nu alum lalaunan béngras. Anjeun imut sanaos mung dina implengan.

Enjingna anjeun gugah sanaos pinuh alat nu nyiksa raga, masihan amanat pikeun ngajagi ibu rama. Dokter ngiring dumareuda da étanganna mah moal tiasa sanaos mung saukur beunta. Imut anjeun ngiatkeun rasa, ngobrol sagala rupi bari teu weléh gumujeng ngadongéngkeun dunya. Ayat kursi janten bubuka, lailahaillallah panganteurna. Anjeun mulang ka Mantenna.

***

Bismillahirrohmanirrohim.
Allohummagfirlaha Warhamha Waafihi Wa’ fuanha.

Wasaalamualaikum Wr Wbr.

RAMO PATARÈMA – fbs

Lalakon harita dina mangsana.

FIKMIN # RAMO PATARÈMA #

Mung sakedap ramo anjeun nyepeng pageuh, tapi geterna matak geunjleung batin. Sakilat mulangkeun ilapat, sajorèlat katresna baheula ngajadi dihin pinasti. Mung sakedap ramo patepang ramo, mapah pagèyè-gèyè. Asa bumi alam èndah lir ibarat sawarga. Sumawonna nu ngaralangkung kalebet nu naringalikeun téh, istuning dianggap teu aya. Dunya milik duaan tèa.

Kecap sono, rindat deudeuh tos teu ngalangkungan baham deui, tapi diwakilan ku ramo nu tos badami pageuh. Sanaos mung sakedap.

Ngarènghap mah antarè, tapi gedur jajantung matak tagiwur. Nahan rasa nu rumasa sanajan sèsa tapi geuning masih kuateun maksa. Basa harita kadeudeuh duaan teu manggapulia, èndah matak betah, bingah amarwatasuta.

Ramo nu lentik diusapan lalaunan, deudeuh nyai kikindeuwan. Ayeuna nyata aya sasarengan.

Sabot keur anteng, kadangu aya gorowok gigireun, “Kii, nuju naon. Naha ngusapan pager?” Sora halimpu incu ngagareuwahkeun. Gebeg!! Culang cileung, geuning sorangan di dieu tèh.

Itu Nini Ijah mah nuju mulungan runtah” Curuk bentik incu nojo ka juru taman. (AKW).

LATSAR – fbs

Pangalaman Latsar, adaw.

FIKMIN # LATSAR #

Bro, tulungan, sok aya nu noong mun keur mandi” pamènta ti babaturan awèwè nu ngiluan diklatsar.
Siap, keun ku Ibro urang bèrèskeun” Uing ngajawab pertèntang. Peutingna sanggeus apel malam langsung sasadiaan, nèangan gantar. Alhamdulillah aya beusi urut tihang bandèra. Lumayan.

Jam 03.00  hudang, beusi panjang dibawa. Keketeyepan muru jamban asrama putri. Muka panto, asup bari nèangan posisi strategis, keur ngagareuwahkeun nu beuki noong. Teu lila aya tiluan siswa awèwè nu rèk marandi. Pas ngaliwatan uing, tiluannana surti.

Nu tiluan mimiti nyoo cai dina bak panjang, maklum jamban asrama mah bak babarengan.

Kaciri dina para aya nu leumpang lalaunan ngadeukeutan.Pas diluhurueun, besi panjang dirojokkeun.

Coss!
Waddawww…”

Kolèang murag ti para.

Gejebur!!!…
Taaah, beunang……”
Babaturan awèwè rècèt. Uing ngadeukeutan nu murag, rèk diteunggeul beungetna sina kapok.

Peureup geus ngeupeul tinggal neunggeul, panon olohok. Eureun saharita.

Dihareupeun dina jero bak panjang. kaciri pelatih latsar, awak jibrug tarang bohak getihan. Cag. (AKW).

Perpisahan Pak Bey & Jejak digitalku.

Dibalik momen haru dan sedih, ada penyempurna yang hakiki. jejak digital terpatri.

BANDUNG, akwnulis.com. Siang ini (19/02) adalah sebuah momentum penting bagi seluruh pegawai di Gedung sate karena hadir bersama pada acara perpisahan dengan bapak Penjabat Gubernur Jawa barat yakni Bapak Bey Triadi Mahmudin dan Ibu Amanda Soemedi yang telah menakhodai pemerintah provinsi jawa barat selama 17 bulan lebih.

Tulisan ini tidak mengulas suasana perpisahan yang mengharu biru, campur aduk antara haru dan biru eh sedih. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dan dijalani.

Nah di momen terakhir sambutan bapak Sekda, hadirlah di layar LED sebuah pantun berbahasa sunda. Jengjreng…. awalnya biasa saja. Dibaca sekilas dan berlanjut dalam sebuah rangkaian acara.

Tapi…. kok agak hafal untuk kalimat di barisan pertama dan kedua. Ada 2 kalimat yang terasa tidak asing. Tulisannya adalah :  ‘mapay desa nu baranang, manggih domba disimbutan. ..’

2 kalimat ini terasa akrab karena merasa pernah menuliskannya di suatu tempat. Tapi tentunya juga perlu pembuktian. Mengapa 2 kalimat itu memiliki hubungan khusus dengan diri ini. Langsung disalin saja 2 kalimat tersebut dan ditempelkan di kolom searching mbah google.

Tadaaa…..

Ternyata hadirlah urusan searching pertama dan kedua, salah satunya adalah alamat blog pribadiku. Tak sabar dibuka dan benar saja, 2 kalimat itu adalah tulisanku di tahun 2018 atau tepatnya 7 tahun  yang lalu.

Meskipun ternyata 2 kalimat tersebut hadir juga di laman kumparan.com juga website lainnya. Tapi yang membuat hati ini senang karena dengan jejak digital dapat dilihat siapa yang menulis duluan. Mayoritas beberapa website menulis dengan judul ‘Contoh pantun sunda‘ padahal sejatinya itu dibuat dan diupload oleh jemari ini pada tanggal 27 Nopember 2018 atas permintaan seorang kakanda yang beralih tugas dari jabatan Camat Boget Kabupaten Sukabumi dalam momentum perpisahan.

Ada terselip rasa senang karena sebuah tulisan 7 tahun lalu bisa hadir kembali dalam sebuah momentum resmi yang secara kebetulan adalah di lingkungan kerja sekaligus disaat perpisahan pimpinan tertinggi di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat khususnya dengan para pejabat tinggi pratama, para pimpinan BUMD dan seluruh pegawai di Sekretariat daerah provinsi jawa barat.

Tulisanku 2018 itu adalah :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan.

Dan sekarang di layar LED terpampang :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana Pak Bey datang
Aya oge mangsana Pak Bey amitan.

***

Rasa haru semakin bertambah, awalnya karena memang begitu terasa keteladanan dari Pak Bey selama menjabat Pj Gubernur Jawa Barat. Kasih sayang, kesederhanaan, ketelitian dan kemudahan komunikasi serta bejibun kebaikan – kebaikan yang beliau tunjukan sebagai seorang pemimpin yang hari ini menjadi saat – saat terakhir sebagai peje dan akan kembali bertugas menjadi eselon I di Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta.

Dilengkapi dengan penyempurnaan dari hadirnya kalimat pantunku sebagai pengantar dari ungkapan perpisahan. Itulah indahnya momentum kehidupan dilengkapi dengan catatan dari jejak digital. Bagi yang penasaran, bisa dibuka tautannya disini :…. PANTUN PERPISAHAN – akw.

Selanjutnya sebagai penutup, maka pantun singkat langsung dibuat :
Makan tahu di pinggir pantai sambil naik kuda.
I love u bapak Bey dan Ibu Amanda.

Daun selasih tersemat lagi di depan mata.
Terima kasih dan selamat kembali ke Jakarta.

***

Itulah tulisan singkatku kali ini, sebuah tulisan yang dihadirkan dalam masa – masa perpisahan. Wassalam (AKW).

CANTIK ITU AKU – akw

Ternyata itu adalah jawaban dari kejadian ini.

*CANTIK ITU AKU*

INDRAMAYU, akwnulis.id. Menjelang sore hari masih terdapat beberapa kawan yang terlihat sibuk dengan pekerjaan. Padahal jam pulang kantor sudah sedikit terlewati. Terlihat Amida masih bolak – balik membawa berkas ditemani Bayu yang juga terlihat serius.

Hai, sibuk sekali kalian. Hayu pulang!” Aku berteriak sambil menyeringai. Karena memang ini bukan ajakan pulang yang sebenarnya. Sama tugas bejibun dari bos, padahal ini baru awal tahun.

Masih terngiang doktrin dari ibu bos di meeting awal tahun, “Mengingatkan kembali bahwa prinsip kita adalah wajib datang tepat waktu dan pulang tidak tepat waktu!!”

Ternyata terbukti jam 16.00 wib selalu terlewati karena ternyata tugas hadir begitu banyak. Padahal sudah dibagi dengan jumlah personil yang ada. Ya sudah yang penting tidak setiap hari saja. Sesekali boleh, khan perlu juga me time, atau yang sudah berkeluarga tentu berkumpul bersama keluarga masing – masing setelah lelah bekerja seharian.

Kembali di kesibukan sore ini ternyata berlanjut hingga tiba adzan magrib. Maka sesuai protap yang berlaku, serempak berhenti beraktifitas di kala adzan berkumandang. Tunaikan shalat dan setelah itu baru lanjutkan aktifitas.

Kami berjamaah terbatas di mushola darurat kecil di samping ruangan kerja. Tempatnya strategis karena terletak diantara ruang kerja kami dan toilet sekaligus tempat mengambil air wudhu. Jadi tidak terlalu worry dengan suasana kantor yang mulai sepi. Sementara ibu bos terlihat masih anteng saja di ruang kerjanya. Terlihat bayangannya di dinding kaca, masih bolak balik dengan berkas di tangannya.

Prang…..!!”
Tiba – tiba terdengar seperti kaca pecah dari ruang kerja ibu bos, sebut saja bu Siti. Kami berhamburan menuju ruang kerjanya dan membuka pintunya tanpa permisi lagi. Terlihat ibu Siti berdiri dan terdiam sambil memandang frame photo dan pecahan bingkai kacanya di lantai, sebuah kolase photo bu Siti yang diterima dari teman – temannya di tugas sebelumnya. Terlihat photo paras cantik bu Siti sekarang tergeletak di lantai.

Ibu tidak apa-apa?” Kami serempak bertanya penuh kekhawatiran.

Nggak apa – apa sih, cuma heran” Ibu Bos menghela nafas lalu melanjutkan kata – katanya. “Kolase photo saya ini baru saya pasang tadi sore, dan sudah jatuh ketiga kali. Tapi yang terakhir begitu keras sehingga pecah berantakan”

Kami bertiga saling memandang, kok terasa ada sesuatu ya?..

Ya udah bu, kami bantu bersihkan ya”
“Oke, makasih ya. Klo udah selesai kita pulang saja. Kok perasaan ini nggak enak” begitu komentar ibu Bos. Kami bertiga membantu membersihkan serpihan kaca dan menyapunya hingga bersih.

Setelah semua bersih, kami bertiga kembali ke ruangan untuk membereskan berkas dan tugas yang tersisa. Kebetulan tinggal sedikit lagi. Sementara Ibu bospun terlihat sedang membereskan laptop dan dokumen yang terserak di mejanya.

Amida terlihat bergerak ke luar ruangan menuju ruang ibu bos, sementara aku menemani Bayu membereskan berkas yang terserak. Tapi baru beberapa detik berlalu, terdengar derap langkah kaki berlari dan terlihat Amida berlari begitu kencang dengan wajah pucat pasi.
Kenapa Amida?”
Bukan jawaban yang didapatkan,  tapi tarikan tangan untuk segera meninggalkan ruangan.
Kami bergegas untuk meninggalkan ruangan, tapi teringat ibu bos yang masih sendirian di ruangan.

Setelah terdiam beberapa waktu, dengan memberanikan diri kami berdua mendekati ruang ibu bos, sementara dibelakangku Amida mengikuti sambil memegang erat tanganku. Selangkah demi selangkah kami mendekati ruang ibu bos, pintu ruang kerjanya agak terbuka. Bayu mencoba mengetuk tetapi tidak ada jawaban. Kami mencoba mendorong pintu perlahan, dan tercekat dengan pemandangan yang ada.

***

Ibu bos terlihat mematung dengan pandangan kosong dan wajah pucat pasi. Sementara kedua tangannya memeluk erat kolase photo diri yang tadi berulangkali jatuh tanpa sebab hingga akhirnya jatuh yang terakhir tadi sore dan berakibat frame kacanya hancur berantakan. Kami tidak berani ambil resiko, bertiga segera berhambur keluar, menyusuri koridor dan menuju mesjid di belakang kantor. Menemui ustad Badru yang sedang memimpin pengajian sorogan di mesjid belakang.

Pak Ustad, maafkan. Ini emergency. Mohon bantu kami lihat kondisi ibu bos”

Tanpa banyak bertanya, pengajian diserahkan ke santri senior dan  bergegas menuju kantor. Benar saja setelah membaca doa dan beberapa surat – surat dalam Alquran. Ibu bos tersadar, namun tak berapa lama terkulai pingsan. Segera dilakukan pertolongan pertama dan dengan bantuan oksigen serta kesigapan tim UGD, perlahan sadar dan tanpa basa – basi minta segera diantar pulang ke rumahnya.

2 hari ibu bos tidak masuk kantor karena sakit. Di hari ketiga baru bisa bergabung kembali bekerja bersama. Tetapi dengan SOP yang baru bahwa untuk selalu ditemani, apalagi sore menjelang magrib. Lalu aturan kedua adalah lampu – lampu koridor dan ruangan depan samping ruang kerja ibu bos tetap dinyalakan sampai ibu bos pulang meninggalkan ruangan.

Ternyata, setelah beliau berkenan menceritakan pengalaman beberapa hari yang lalu maka sangat berhubungan erat dengan teriakan Amida sore itu. Jika Amida hanya melihat sesosok perempuan dengan rambut panjang berbaju sopan memasuki ruangan depan samping ruangan ibu bos, namun saat dilihat ke ruang tersebut karena penasaran ternyata sebuah bayangan putih terbang menembus kaca dan menghilang.

Sementara ibu bos bukan hanya melihat tetapi bercakap dengan sosok tersebut. Diawali dengan selalu jatuh tanpa sebab kolase photonya yang dipasang di dinding hingga akhirnya pecah berantakan di sore hari tersebut. Hingga disaat menjelang isya berjalan melewati ruangan gelap di samping ruangannya.

Ada seorang wanita yang duduk dengan menggunakan model baju perawat berambut panjang dan tersenyum ke arahnya. Tentu membalas senyum adalah hal biasa. Tetapi sedikit terpana karena wajahnya begitu bersih, cantik namun ada nuansa dingin dan sunyi yang mencekam.

Permisi bu” ibu bos berujar.
Tidak ada jawaban, hening sejenak. Tapi terasa oleh ibu bos ada hembusan angin dingin yang memaksa tengkuk merinding padahal tertutupi lapisan jilbab kesayangan. Tanpa banyak pertimbangan segera berlalu. Namun baru empat langkah meninggalkan sosok perempuan tersebut, terdengar bisikan di telinga kanan, suara serak seorang perempuan, “Cantik itu aku!”

Reflek ibu bos balik kanan dan berfikir itu adalah jawaban jeda dari perempuan yang sedang duduk tadi. Namun, tidak ada siapapun di tempat tadi. Hanya keheningan dan rasa sedih yang menyergap dan menyelimuti.  Ibu bos segera berlari menuju ruang kerjanya dan menutup pintu. Ternyata di dinding dimana kolase photo itu pernah terpasang. Terlihat sebuah tulisan berwarna merah darah. IK BEN MOOI – cantik itu aku. Wassalam. (AKW).

***

Note :
Ini hanya sebuah cerita fiksi yang terinspirasi dari pengalaman seorang kawan di sebuah instansi. Itu saja.