KOPI KESENDIRIAN.

Tidak sendiri kalau ada kopi.

SEMARANG, akwnulis.com. Terkadang sebuah kesendirian itu hadir tanpa dibayangkan. Bukan karena orang-orang terdekat meninggalkan kita tetapi kepentinganlah yang memberi pemisah raga sehingga disaat duduk terdiam dalam satu masa, hanya satu raga ditemani jiwa, sendiri.

Awalnya memang bersama, bersuka ria dengan penuh canda tawa. Tetapi perubahan terjadi manakala dihadapkan dengan kenyataan bahwa masing – masing individu memiliki keinginan yang ternyata berbeda satu sama lain. Ada satu alasan penting lainnya adalah karena gerakan atau kepentingan kita yang ternyata juga memiliki perbedaan signifikan dengan rekan lainnya.

Pertanyaannya adalah, “Apakah kesendirian itu menyakitkan?”

Jawabannya akan sangat relatif, karena kembali kepada tiap individu. Meskipun cenderung kesendirian ini dilengkapi rasa murung dan kesedihan tetapi tidak sedikit yang juga nyaman dengan kondisi ini. Itulah kenyataan hidup, selalu ada dinamika suka dan duka.

Racik kopi / Dokpri.

Kembali ke suasana kali ini, dimana momentum dan lokasinya berada di area kota tua semarang. Pada saat turun dari kendaraan maka semuanya bersama-sama dan bergerombol serta otomatis tanpa intruksi untuk berpose photo bersama dengan berbagai gaya. Dimulai dari model photo KTP yang sok serius dan kaku, model gaya pak Sekda yang menyilangkan tangan di dada dan satu kaki ke depan hingga model photo yang seolah wajib yaitu mengepalkan tangan sambil teriak ‘Jabar Juara.’

Nah setelah itu,  kumpulan tiba – tiba bergerak dan secara alami mulai memisahkan diri. Ada yang memang mengejar momen sunset dengan siluet bangunan tua, ada yang langsung ke kios dan cari pojokan strategis untuk menyalakan rokok dan menyedot perlahan penuh perasaan.

Raga inipun bergerak menuju satu titik yang berdasarkan pengalaman beberapa waktu lalu, ada sebuah tempat yang pernah disinggahi yaitu SPIEGEL Bar & Resto. Pernah menikmati kesendirian disitu dan terabadikan jelas rasa galau mendera kala itu. Tapi ternyata dikala tiba didepannya, begitu banyak orang. Berarti akan sulit menikmati kesendirian dalam keramaian. Akhirnya mata berkeliling mencari alternatif lain, di sudut kiri mata terlihat bangunan yang juga menyajikan kopi, wah ini saja ah, lagian terlihat relatif sepi.

Sambil berjalan menuju sasaran, iseng nengok kanan kiri, ternyata tidak ada satupun kawan yang berrombongan tadi. Orang memang banyak tetapi tidak ada wajah yang kenal, ya sudah lanjutkan.

Akhirnya kesendirian tercipta ditemani secangkir kopi manual brew V60 Arabica Bali Suksme dengan harga 20K tambah  service 5% dan pajak 10% berarti bayarnya jadi 23K. Dilanjutkan supaya seimbang dengan yang dinginnya adalah javanese Arabica bali Suksme di harga total 28,75K… srupuut.

Eh lupa nggak ngasih tahu nama cafenya, cafenya ini memanfaatkan gedung tua dengan ornamen yang senada warna kecoklatan menghasilkan suasana eksotisme yang menenangkan dan bisa digunakan untuk kongkow bareng ataupun menyendiri seperti diri ini. Nama Cafenya Javara Culture.

Untuk sajian hot manual brew V60 Bali Suksme memghadirkan aftertaste versi lidah yang terbatas ini ada rasa berry, citrun serta selarik mint. Sementara Body dan aciditynya medium. Selanjutnya disaat dibuat dengan metode javanese relatif acidity menebal dengan rasa yang relatif mirip… srupuut. Alhamdulillah segar.

Duduk menikmati sajian kopi panas dan dingin ini tak terasa hampir 1 jam, dan tidak juga melihat teman – teman serombongan yang kebetulan lewat, entah dimana mereka. Ya sudah nikmati lagi saja suasana ini, suasana yang begitu semarak dalam kesendirian. Semarak dari rasa namun minim kehadiran raga.

***

Lokasi : CAFE JAVARA CULTURE Semarang.
Jl. Taman Srigunting, Kota lama, Tanjung mas Kec. Semarang utara Kota Semarang 50174.

TIPEPEREKET – fbs

Sekelumit cerita di dalam tenda.

MARIBAYA, akwnulis.com. Sebuah pertemuan dalam balutan acara tentu memberikan pengalaman yang menarik dan berbeda-beda dari setiap peserta. Ada sudut pandang utama dengan fokus pada pelaksanaan kegiatan yang disetting sedemikian rupa, sehingga kebersamaan semakin erat secara sempurna. Tetapi ada juga pengalaman lain yang tetap menambah nilai pelajaran kehidupan yang perlu dituliskan agar menjadi warisan literasi yang abadi.

Inilah salah satu kotretan singkatnya dengan genre cerita fiksi singkat berbahasa sunda. Jika ada kesamaan nama maka itu adalah bukan kebetulan tetapi mendekati kenyataan, selamat menikmati :

FBS # TIPEPEREKET #

Pas panon beunta, reuwas kacida. Awak nangkarak bari diluhureun aya lamak bodas. Tuluy lalangit deukeut pisan, posisina miring tur baseuh. Tiis combrèk sakuriling awak. Ibro cirambay, hatè keketegan. Geus kabayang, ieu geuning tungtung kanyataan hirup urang tèh. Ngagolèr sorangan, paroèk jeung baseuh. Panon mimiti cirambay, bingung jeung hanjakal. Dipeureumkeun wè, susuganan ieu tèh ukur ngimpi.

Manrobuka… manrobbuka!” Aya sora handaruan gigireun. Panon mèlètèt saeutik, gebeg tèh. Gigieun aya nu hideung ngabedega. “Aduh nyaan ieu mah malaikat” Mang Ibro leuleus, bari nginget-nginget pangajaran keur masantrèn kalong baheula. Tapi lebeng, poho kudu ngajawab kumaha. Ibro peureum deui tipepereket.

Srètt! Jang Lufi mukakeun sèrèlèk tènda nu runtuh ku angin puyuh. Kaciri Mang Ibro keur murungkut dibakutet seprè bodas.

Mang Ibro buka, geura buka, nanaonan kalah ka ngarèngkol didinya?”

Euleuh malaikat deui, tapi asa wawuh sorana”

Mang Ibro beunta, geuning loba jelema. Rurusuhan muka seprè, jung nangtung. Tuluy nangkeup Jang Lufi bari ceurik ngagukguk.

***

Terima kasih atas kerelaan meluangkan waktu menelusuri kata demi kata hingga berakhir, semoga memiliki makna. Selamat beristirahat dan bermimpi dengan penuh rasa bahagia. Wassalam (AKW).

KOPI & senyum MONYET

Dimanapun ngopi meskipun harus hati2.

SEMARANG, akwnulis.com. Pertemuan dengan hewan yang mirip kita ini tanpa sengaja, tapi mereka menyambut kita dengan sukacita. Sebuah pertemuan yang menjadi menarik jika kita mencoba memberi makna. Turun dari bis di parkiran disambut udara sejuk yang sedikit menderu, jelas rasa dingin langsung mencubit kulit dan memeluk raga sehingga meringis kedinginan.

Disaat mata mencoba melihat ke sekeliling maka bertatap mukalah dengan wajah-wajah lucu berbulu abu. Ada senyuman di wajah – wajah mungil itu, seolah merasa senang dengan kehadiran kami. Tapi disisi lain tangan waspada dengan smartphone atau tas tangan kecil, karena khawatir mendekat dan merebut karena disangka akan memberikan makanan.

Bergerak ke depan, mata terpana melihat terbentang air bendungan atau waduk yang begitu menenangkan. Angin dan gerimis menjadi pelengkap kehadiran kami di sebuah tempat yang ternyata dihuni 523 ekor monyet ini dengan berbagai umur dan ukuran.

Sebagai patokan bahwa memang banyak binatang monyet ini diwakili oleh hadirnya patung besar monyet yang gagah sekaligus agak ngeri karena matanya seolah memandang dengan tegas terhadap siapapun yang datang mendekat.

Kopi hangat yang sedari tadi sudah siap ditampilkan terpaksa di hold dulu, kembali tersimpan di dalam backpack. Kan berabe kalau direbut monyet dan tumpah berantakan.

Setelah melewati patung monyet tadi maka diharuskan menuruni tangga yang di kanan kirinya kawanan monyet menemani. Mereka terlihat berbicara satu sama lain sambil menunjuk-nunjuk ke arah kami yang berjalan takut takut.

Untuk memastikan apa yang dibicarakan, maka segera direkam dan dikonversi menggunakan chatGPT …. tring, teknologi artifisial intelligent beraksi, dan hasilnya adalah : “Wah banyak manusia, hayu kita beri senyuman tapi jangan dekat-dekat, mereka mahluk misterius yang bisa berubah sikap setiap saat”

Gitu katanya beberapa pembicaraan mereka.
Ternyata bener juga itu terjemahan, karena disaat kamera beraksi untuk mengambil gambar, seorang eh seekor monyet tersenyum manis, mulutnya terbuka.

Walah penulis mundur sesaat karena ternyata mongkey smile ini menghadirkan dua taring yang boleh disebut agak mengerikan. Bukan senyuman ini mah, tapi seringai yang sedikit mengancam, aw.

Maka menghindari hal – hal yang tidak diinginkan sementara hasrat ngopi begitu menggebu. Langsung saja mencari posisi yang ideal dan jelas tidak akan diganggu monyet – monyet lagi.

Apa yang dilakukan?”

Ini langkah tepatnya, bergerak ke dekat monyet yang berbentuk patung dan segeralah menikmati kopi disitu. Dijamin monyet – monyet tidak akan mendekat karena sudah ada perwakilannya disini hehehehe. Srupuut.

Alhamdulillah, segar pisan. Mood booster pagi ini. Menghangatkan perut dan menenangkan jiwa sekaligus menambah kewaspadaan terhadap hadirnya monyet – monyet di sekitar kita.

Buat yang penasaran lokasinya, tinggal secarh saja di Google atau tanya di chatGPT dengan kata kunci GOA KREO. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

***

Lokasi GOA KREO
Jl. Raya Goa Kreo, Kandri Kec. Gunungpati Kota Semarang. 50222.

TURK KAHFESI – Sruput Kopi Turki.

Nikmati kopi sambil merenungi keadaan ini

BANDUNG, akwnulis.com. Silaturahmi itu mendatangkan rejeki, maka jagalah dan perluas jaringan dan jangkauannya maka aneka rejeki bisa tersaji, begitu kata tuntunan agami eh agama.  Trus jangan lupa, rejeki dari silaturahmi bukan berbentuk duniawi atau produk tertentu saja yang bisa dinikmati secara badani, tetapi kesehatan jiwa karena tertawa bersama atau rasa aman karena kebersamaan, itu juga harus disyukuri sebagai bagian dari rejeki.

Kali ini ingin berceritera tentang hadirnya kopi turki beserta prosesi menikmatinya. Datangnya kopi turki ini berawal dari seorang mitra yang melaksanakan umroh dilanjutkan ke turki dan sekitarnya. Nah sebuah rejeki silaturahmi hadir disini karena ternyata ingat sama rekan di tanah air yang sedang belajar ‘mencintai kopi dengan apa adanya’.

Maka disaat sudah kembali ke tanah air dan ada karantina pribadi dulu, barulah pertemuan dilakukan dan sekaleng kopi asli turki berpindah tangan. Tentu ucapan nuhun dan terima kasih menjadi pembuka dilanjutkan aneka cerita tentang perjalanan umroh dan pengalaman menikmati wisata di turki. Sementara sekaleng kopi turki sudah beralih tangan dan siap untuk dinikmati bersama kawan-kawan. Sakali deui hatur nuhun.

Sore harinya sudah tidak sabar untuk segera menikmatinya, dengan catatan jangan dinikmati sendiri. Tetapi nikmati bersama dengan kawan-kawan di kantor sekaligus menyamakan persepsi rasa dari kopi turki ini.

Dari sisi penampilan kalengnya tentu meyakinkan dengan warna silver dan kelir coklat elegan dilengkapi tulisan yang mudah dibaca ‘TURK darma sakizi KAHFESI’ atau singkatnya TURK KAHFESI alias kopi turki. Ada keterangan juga bahwa ini berasal dari biji kopi arabika dan telah dihaluskan sehingga bentuknya bubuk lembut ini cocok untuk digunakan metode tubruk, metode campur ataupun mencoba menjadi espresso baik mesin ataupun rockpresso, eh bisa juga dengan mokapot.

Padahal sebenarnya untuk tradisi pembuatan kopi turki asli adalah dipanaskan diatas pasir yang panas dengan tempat khusus bergagang panjang yang disebut dengan Cezve. Hanya saja berhubung peralatan khususnya belum punya, maka seduh tubruk pelan-pelan saja untuk hasilkan sajian kopi yang menyenangkan.

Rombongan penikmat pertama adalah bapak Haidar dan Pak Annas plus Den Devi dilanjutkan periode kedua adalah pasangan seniman multi talenta aset dinas yaitu Aki Edi Bihun dan Mang Dahen Dadang Hendra serta Kang Teguh ahli musik yang auto bernyanyi pada saat disajikan Turk Kahfesi dengan judul ‘Susuruputan’, ini dia Videonya KLIK Disini.

Setelah sruputan ini memenuhi mulut dan mengurung lidah dengan rasa khasnya yaitu rasa rempah-rempah yang agak asing dengan perbendaharaan rasaku. Yang paling dominan adalah rempah kapulaga dan jinten hitam serta terasa ada rempah lainnya yang memang belum tahu namanya.

Semua sepakat dari 2 tim penikmat kopi ini menyatakan bahwa dominasi rasa rempahnya relatif dominan dengan tetap rasa kopinya yang bermakna tidak hanya di Indonesia tetapi juga mancanegara.

Pahitnya kopi cukup bulet dan dengan seduhan sederhana air panas tanpa gula menghadirkan sensasi sruputan berbeda dengan aroma rempah yang khas Turkhis Coffee. Alhamdulillahirobbil alamin.

Demikianlah untuk cerita menikmati kopi turki kali ini menjadi sebuah kesempatan untuk merenungi hadirnya kopi lintas benua dengan sensasi rasa berbeda, Sruput.. Wassalam. AKW.

Memaknai Ketidaktahuan.

Kebingungan itu bisa menjadi inspirasi.

CIMAHI, akwnulis.com. Saat terjaga dini hari, sebuah pesan instan hadir tanpa basa – basi. Tangan yang sudah menggenggam smartphone diikuti dua bola mata yang sedikit memicing karena menyesuaikan dengan suasana gelap di sekitar. Agar bisa membaca pesan yang hadir bukan pada waktu yang lumrah.

Ternyata, sebuah pesan yang berisi lampiran surat berbentuk file pdf dan tercantum sebuah nama, namaku. Sebuah undangan pelantikan.

Sesaat terdiam, menarik nafas perlahan dan menghembuskannya selembut mungkin. Kembali surat elektronik tersebut dibaca dan memang namaku tertera disana.

Wajah tengadah membaca langit kamar yang seolah ikut faham dengan rasa hati yang tidak jelas ini. Ada angka samar yang diperhatikan seksama membentuk angka dua puluh, weleeh weleh bener juga, jika pelantikan ini terjadi berarti job ke 20 dalam masa karir menjadi aparatur sipil negara ini.


Ada terselip rasa masgyul dan bingung serta khawatir karena tidak tahu dan tidak jelas akan ditugaskan kemana. Manusiawi dong, detak jantung terasa lebih cepat dan pikiran bergerak kesana kemari.

Itulah sebuah momentum rasa yang dirasakan diri ini disaat memghadapi kenyataan yang kita belum diberi kesempatan untuk tahu akan ditugaskan kemana kita ini. Ada tekanan di pikiran juga menghadirkan suasana galau tidak hanya dalam hati tapi terkadang menuju perut dan seolah sembelit atau mual-mual juga bisa tiba-tiba pusing dan berkeringat.

Nah inilah sebuah saat dimana raga dan jiwa ini harus bersinergi dengan komando sang otak yang bersikap biasa saja padahal penuh tanda tanya. Biarkan gempuran kekhawatiran menjadi semangat untuk menghadapi segala perubahan. Alarm adaptasi langsung berbunyi dan hanya satu kata yang harus disiapkan, HADAPI.

Setelah shalat shubuh maka bergegas mandi, lalu menginformasikan tentang hal ini kepada istri tercinta, anak kesayangan, ibunda mertua dan ayah ibu di kampung sana. Mohon doa dan dukungannya semoga perubahan ini adalah menuju kebaikan, keberkahan dan amanah jabatan yang menambah pahala sebagai bagian dari ibadah kepada sang maha Pencipta.

Perjalanan ke kantor ternyata disambut dengan kemacetan yang tidak seperti biasanya, sehingga harus merelakan diri jika harus tercatat beberapa menit terlambat hadir di aplikasi absensi. Sementara mendung dan rintik hujan seolah menemani prosesi perubahan ini.

Tiba di kantor dihadapkan dengan wajah sendu rekan-rekan yang mencoba memaknai sebuah kalimat bahwa ‘Perpisahan terjadi karena adanya Pertemuan.‘ Bibir sulit berkata-kata hanya bola mata yang berusaha menguatkan semuanya dan yakinlah ini takdir yang harus dijalani dan dihadapi bersama.

Maka rasa galau ini dititipkan dalam untaian kalimat singkat pada tulisan kalimat ini, seiring detik dan menit mengantarkan semuanya terhadap kenyataan yang sebenarnya. Wassalam (AKW).

KEJUTAN di Resto Mewah.

Pengalaman yang meng-Kenyangkan seketika.

JAKARTA. akwnulis.com. Sarapan pagi di hotel tentu adalah salah satu saat yang dinantikan, karena menjadi kesempatan penting untuk berwisata rasa dan piknik kenikmatan makanan dan minuman bersama lidah yang tak bertulang. Apalagi dengan standar hotel bintang lima di pusat bisnis jakarta, pasti menyenangkan bukan?.

Tapi ternyata, tidak semua harapan berakhir sempurna. Ada saatnya kita tertegun dan menahan diri setelah dihadapkan dengan kondisi yang ada dan agak mengganggu momentum makan pagi kali ini. Bagi yang penasaran maka simaklah tulisan singkat ini hingga akhir hayat eh akhir tulisan yang dijamin tidak sampai 3 menit untuk membacanya. Kecuali bacanya diejah.

Berjalan dengan santai memasuki area restoran yang megah dan disetting dengan model kompartemen area, ada western food, traditional food, chinnese food, korean food, japanesse food hingga arabia food. Berkelilinglah dulu sambil menikmati suasana restoran sekaligus mengincar posisi duduk yang relatif menyenangkan plus area kopi yang perlu dijajal dan dinikmati.

Akhirnya memutuskan mengambil posisi diantara area western dan japanesse sehingga akan dengan mudah order americano dan hot ocha sekaligus. Juga bisa menikmati sushi dan sashimi ditemani pizza america lover yang mengenyangkan.

Kenapa nggak ngambil nasi, inikan waktunya sarapan?”

Aduh jangan terlalu terjebak dengan rutinitas kawan, gunakan kesempatan ini dengan baik. Ukuran perut terbatas tapi bisa kemana-mana sementara pengalaman memakan makanan berbeda yang tersaji di restoran ini tidak setiap hari, jadi carilah makanan yang berbeda.

Nah setelah bolak balik dengan berbagai pilihan makanan yang ada dan dijejerkan di meja serta tidak lupa pesanan secangkir besar caffelate. Maka upacara makan pagi dimulai. Diawali sepotong sushi dan sashimi, dilanjutkan sepotong roti keju permesan dan satu slice pizza kecil dilengkapi sruputan perlahan caffelate, nikmat pisan.

Tapi karena perut masih belum terlatih tanpa nasi, kukurubukan*) menandakan perut masih perlu diisi dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein plus lemak. Kayaknya dimsum atau aneka mie bisa melengkapi, eh bisa juga bubur nasi sebagai pilihannya. Maka bergegaslah meninggalkan meja untuk kembali hunting rasa-rasa. Disinilah suasana tidak nyaman terjadi.

*) bunyi perut keroncongan.

Disaat menanyakan counter bubur kepada petugas maka diarahkan ke satu sudut kompartemen yang menyajikan bubur ayam. Ucapan terima kasih terlontar dan dengan segera akan memilih sajian yang ada didepan mata.

Sayangnya sajian di depan mata ini berbeda dengan harapan malah langsung menghilangkan nafsu makan seketika. Pikiran langsung melayang kepada fragmen kehidupan masa kecil dimana memiliki kawan yang agak dijauhkan dari pergaulan per-SD-an karena menderita penyakit otitis media atau congek, congean dengan adanya cairan berbau yg sesekali keluar dari telinganya. Sungguh kasihan waktu itu, apalagi di kampung halaman yang sangat jauh dari kota dengan pusat kesehatan terbatas maka pengobatannyapun cukup lama hingga tuntas.

Sebuah tulisan nama makanan terpampang jelas, CONGEE STATION. Atuh langsung terbayang yg lendir hijau tadi… huek huek, pas pisan itu adalah nama lain dalam bahasa inggris adalah bubur. Maklum kosakata terbatas, yang dikenal di memori adalah kata PORRIDGE, sementara kata ini belum pernah bersua, berarti pergaulan bahasa internasionalku memang sangat perlu di upgrade ini mah.

Dan benar saja, mood dan perasaan itu memang sangat mudah berubah. Kombinasi mata dengan rasa mengubah selera makan menjadi hilang seketika berganti kenyang sambil sedikit gimana gitu, mual – mual sih enggak cuma jadi bangkitan seleranya berbeda.

Akhirnya diputuskan kembali ke meja dengan membawa segelas jus jeruk sunkist alami sebagai penetral rasa dan menenangkan ketegangan raga akibat kejadian ini.

Itulah sekelumit kisah sarapan di hotel berbintang, bukan karena kualitas makanan hotel tetapi karena kurangnya kosakata bahasa plus kemiripan kata dengan makna kata dalam bahasa sunda yang artinya jauh berbeda telah menambah pengalaman sarapan yang tak terlupakan. Selamat siang, selamat menikmati hari bersama orang-orang tercinta. Wassalam (AKW).

Antara Youtube dan Kopi.

Hanya curhat, ngopay yuk.

BANDUNG, akwnulis.com. Bercerita tentang apa yang dirasa dan apa yang dilihat dengan kondisi apa adanya, tentu dilengkapi video atau tepatnya potongan – potongan video yang diambil dengan smartphone kesayangan seolah menjadi antiklimaks dimana dihadapkan dengan kepentingan pasar online yang memiliki ekspektasi berbeda. Sehingga mempengaruhi mental dan pikiran untuk banyak mempertimbangkan tanpa ada tindakan yang biasanya berjalan tanpa beban.

Padahal kegiatan membuat video dan ditayangkan di channel youtube @andriekw ini lebih kepada penyeimbang rutinitas dan menjaga kewarasan dalam bertubi-tubinya tugas yang tentu sulit dibendung karena memang beban pekerjaan yang lumayan. Menikmati momen untuk melakukan editing sederhana, merekam suara hingga menghiasnya menggunakan aplikasi edit video yang dikuasai serta akhirnya upload di channel youtube dan sesekali di share juga linknya kepada kawan, mitra dan kerabat yang ada di daftar kontak.

Sekaligus juga menitipkan file video di platform youtube yang bisa diakses kapan saja, selama nama akun dan paswordnya masih hafal hehehehe. Maka memori video di smartphone bisa dihapus dan memberi kesegaran baru terhadap kinerja smartphone yang terlihat begitu berat menanggung beban memori yang bertambah terus tanpa bisa melakukan penolakan.

Maka tarik nafaslah sejenak dan mencoba menenangkan rasa dengan sebuah sruputan bersahaja dari secangkir kopi tanpa gula yang hadir di tempat berbeda. Biarkan pikiran tenang beberapa saat tanpa memikirkan urusan lain kecuali “me & time“…. ya sesaat saja, 5 – 10 menit cukup kok. Jangan kelamaan, waktu berjalan terus.

Coba flashback dan meniti memori kembali tentang perjalanan awal membuat postingan youtube ini. Telusuri saja dan ikuti aliran kenangannya, maka sebuah simpulan datang perlahan tapi pasti dan semangat berkreasi kembali hadir tanpa perlu dipanggil lagi. Itulah yang dipahami oleh diri ini sebagai tahapan kontemplasi.

Jadi kelanjutannya adalah teruskan kembali jemari lincah mengedit dan menghias serta akhirnya upload dan video – video bisa melengkapi koleksi channel youtube kesagangan ini. Meskipun perlahan tapi pasti tentu kita berusaha untuk mencoba membuat video dan di upload dengan kualitas dan kekuatan cerita yang ‘mungkin’ itu adalah harapan pasar.

Selamat berkreasi di jumat pagi ini kawan. Demikian curhat pagi ini, Semangat. Wassalam (AKW).

Malas menulis di Nata De Coffee.

Nulis kopi lagi dan sruput.

BANDUNG, akwnulis.com. Waktu menunjukan pukul 03.20 wib dan jemari sudah bersiap menulis sesuatu di note smartphone kesayangan. Tapi ternyata ide menulis sedikit terhambat, seolah ada barrier kokoh yang menghambat hadirnya aneka kata dan kalimat. Jikalau tuntas membuat satu paragraf, ternyata paragraf selanjutnya langsung di delete kembali karena merasa tidak ada benang merahnya.

Jika lihat momentum tentu ini waktu ideal shalat malam, namun aktifitas ini tidak perlu hadir dalam catatan pribadi karena sudah jelas ada rokib dan atid yang setia dan konsisten untuk membuat laporan rutin seluruh aktivitas kehidupan.

Maka cara terbaik adalah kembali mengulang aktifitas yang dilakukan sedari tadi yakni scroll photo – photo di galery hapè untuk menemukan sebuah gambar yang bisa menjadi inspirasi cerita yang diawali dengan kata dimana, siapa dan apa maka kata bagaimana dan kapan menjadi pelengkap untuk hadirkan sejumput cerita singkat kehidupan.

Akhirnya sebuah momentum proses menuangkan cairan kopi hitam tanpa gula ke gelas kaca untuk bersiap dinikmati yang menjadi pilihannya. Kopi lagi kopi lagi, sebuah komentar menandakan kebosanan yang bisa menghancurkan semangat menulis yang baru saja kembali bergelora. Untungnya penulis jarang baper, tapi biarkan saja semua komentar, respon dan nyinyiran menjadi bahan baku motivasi dalam menulis sesuatu secara singkat tapi semoga menghadirkan senyuman.

Kucuran kopi ini menjadi legend karena begitu meyakinkan bahwa pekatnya kopi bukan berarti penuh kepahitan. Tapi manisnya rasa hadir juga karena sebuah keindahan yang beraneka makna. Secara teori rasa, dengan biji robusta maka jelas kepahitan serta rasa standar yang akan hadir.

Ternyata dengan metode seduh manual v60 dapat menghasilkan rasa pahit yang lembut dan bulat serta selarik manis malu-malu hadir namun segera menghilang karena terhenyak dengan kenyataan. Untuk melengkapinya maka pesan lagi kopi tubruk biasa yang disajikan dalam bentuk gelas yang unik khas cafe ini, namanya Cafe Nata De Koffie di daerah sekitar terminal Dago Bandung.

Selain rasa maka yang begitu nyaman disini adalah suasana tenang yang mendamaikan hati serta ornamen ukiran kayu atau gebyok yang begitu detail plus presisi mempersembahkan keahlian adiluhung seniman atau mpu di masa lalu.

Sruputan terus berlanjut dan ide menulispun kembali hadir menemani hari ini yang begitu mencerahkan. Selamat mensyukuri nikmat kehidupan dan mengukir karya di pagi dini hari jumat ceria. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :

CAFE NATA DE KOFFIE, Jl. Dago No. 472 Kec Coblong Kota Bandung. 40135

SILATURAHMI KOPI CANGCUTA.

Silaturahmi Kopi tak terasa 5 tahun lalu..

CIREBON, akwnulis.com. Sebuah ingatan melayang ke masa silam, sekitar 5 tahun yang lalu ada momentum yang tidak terlupakan berkaitan dengan silaturahmi kopi. Kala itu masih bertugas sebagai ‘insinyur‘ karena memegang tugas jabatan yang kental berhubungan dengan kata ‘infrastruktur‘ dari mulai urusan jalan tol, jalan provinsi sampai rawayan dilanjut danau hingga urusan bandar udara.

Nah kawan satu ini merupakan seorang pejabat perencana di dinas yang basah yaitu urusan sumber daya air (SDA), “Dijamin basah khan?”

Bertandanglah waktu itu dalam koridor kedinasan yang namanya rapat koordinasi tambah basa-basi dan disaat bubar maka langsung menuju ruangannya disajikan kopi manual dan tentunya biji kopi asli yang digrinder mendadak, Yummy.

Pas disajikan, kopinya biasa saja. Tapi disaat sruputan terlaksana. Keasaman atau aciditynya muncul dan ninggal padahal bean atau biji yang digunakan bukan biji kopi arabica khas java preanger tapi kopi robusta. Jadi penasaran, langsung minta lagi.

Sajian kedua ternyata tetap menampilkan rasa acidity yang beda tapi sedikit aneh. Wah makin penasaran, maka pas ada kesempatan dengan alasan mau ke kamar kecil dulu, mencoba memasuki dapur darurat tempat pembuatan kopi manual ini.

Jengjreng…

Mata tertegun melihat peralatan seduh kopi manual ini. Sebungkus kopi robusta tidak menjadi perhatian, begitupun corongnya juga tidak masalah, tetapi kain yang digunakan untuk menyaring proses ekstraksi ini mirip kain  yang biasanya digunakan untuk celana dalam perempuan dan di kampung halaman disebutnya ‘cangcut‘ atau jangan – jangan kain ini adalah kain itu…. waddduh pantesan aciditynya jadi muncul hehehehe.

Sejak saat itu muncul istilah kopi cangcuta alias kopi yang diseduh dengan kain mirip cangcut tadi. Tulisan singkatnya yang agak disamarkan ada pada postingan “KOPI CANGCUTA”.. monggo di klik aja, diposting tahun 2018 silam.

Loncat kembali ke kenyataan saat ini, kembali bersua, bersilaturahmi dengan kawan lama yang sudah semakin sukses dan menjadi bos atau kepala di Unit Pelaksana Teknis Dinas untuk wilayah yang terbentang di area Ciayumajakuning serta sebagian kabupaten sumedang, bandung dan garut.

Ruang kerjanya yang luas dan nyaman serta lengkap dengan fasilitas kerja plus yang menarik adalah peralatan kopinya yang begitu lengkap. Baik untuk perlengkapan seduh manual menggunakan corong V60, juga ada mesin espresso dan americano plus aeropress juga mesin drift untuk cold brew. Mantaaabs.

Langsung saja berdiskusi dan beraksi. Bersama-sama berproses dan menyeduh dengan manual V60 untuk memghasilkan sajian kopi yang dinikmati bersama. Alhamdulillah. Kebetulan juga di ruang kerjanya ada televisi besar, maka sambil tak lupa channel youtube @akwcoffee ditayangkan, lengkap sudah.

Ternyata waktu 5 tahun itu terasa sekilas saja kawan, sekarang bersua dan bercengkerama dalam suasana berbeda tetapi tetap penuh rasa kekeluargaan dan kenikmatan seperti menyeruput kopi yang diproses bersama. Silaturahmi kopi menjadi sebutan penting untuk momentum ini.

Sebagian cerita silaturahmi kopi ini dapat disaksikan di dokumentasi NGOPI DI CIREBON pada menit ke 06.05. Cekidot.

Setelah puas berdiskusi dan sruput kopi berkali-kali, maka akhirnya kata pamit menjadi akhir perjumpaan ini dan menjadi kenangan manis pada perjalanan ke cirebon kali ini. Sukses terus A Hendi dan hatur nuhun atas sambutannya serta cerita yang berapi-api. Wassalam (AKW).

HAYANG GANCANG – fbs

Hayang gancang jadi ènggal.

Meluncur / Dokpri.

CIREBON, akwnulis.com. Setelah tuntas menghitung jumlah totol yang ada di tubuh rusa dan menikmati seduhan kopi tapi bentuknya teh celup seperti pada tulisan NGOPI rasa NGETEH. Maka sambil bergerak menyusuri jalan tol Cipali, jemari menari untuk menulis sebuah cerita singkat berbahasa sunda, fikmin Sunda.

Silahkan…

FIKMIN # HAYANG GANCANG #

Bada magrib ti Sumedang numpak si kukut, Honda win100. Ngaliwatan cadas pangeran mimiti pras pris, patalimarga lancar jadi bisa kekebutan. Asup ka wewengkon Tanjungsari ngarandeg, motor dilaunan.

Maju saeutik tapi mobil jeung motor ngahunted, eureun. Hatè mimiti ratug, sieun teu kaudag jadwal ‘night dinner‘ jeung bèbènè. Mangkaning geus omat-omagan, “Datang telat deui, pegat.”

Ngahuleng bari ningalikeun jalan nu pinuh ku mobil jeung motor. Keur kitu aya sora ambulan,
Ngiung… ngiung.. ngiung.. ngiung.”

Teu loba carita, langsung taki-taki rèk ngilu tukangeun ambulan.

Teu lila ambulan datang, uing sayaga. Ambulan ngaliwat, honda win100 asup tukangeunnana. Ngilu rombongan.

Ambulan tarik lumpatna nepika honda win100 gogoakan bèakeun tanaga. Tapi teu bisa ujug-ujug eureun misahkeun manèh tina rombongan da geuning ambulan tèh konvoi kana tiluna. Jadi tukangeun motor aya 2 ambulan deui. Paingan sora sirineuna loba.

Ngerèm teu bisa bisi katubruk, ukur bisa ngagas wè sakuat tanaga, ngungudag ambulan. Hatè beuki ratug sieun cilaka.

Cag.

***

Begitulah coretan kata kali ini, agak pusing juga ngetik di handphone sambil mobil bergerak cepat. Udah ah ngetiknya. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).