NGOPI DI TANAH KELAHIRAN.

Catatan ngopi yang miliki makna pribadi.

GUNUNGHALU, akwnulis.com. Menyeruput kopi dan menikmatinya dengan segenap rasa dan suasana adalah aktifitas biasa sebagai pecinta kopi agak sejati. Belum berani bilang pecinta kopi sejati karena memang kopi belum menjadi segala-galanya, hanya menjadi konten utama dalam menyajikan jalinan cerita baik dalam bentuk tulisan juga lisan dan video yang diupload di media sosial pribadi.

Bagi yang suka dengan jalinan kata maka klik saja www.akwnulis.com ataupun yang malas baca – baca dan sukanya dengan video maka jangan ragu mampirlah di channel youtube-ku @andriekw, praktis khan?…

Untuk tulisan kali ini terasa begitu bermakna, karena setelah sekian purnama bisa kembali menikmati kopi dengan 2 poin utama. Pertama adalah momentum shalat idul fitri bersama keluarga dan orangtua tercinta dan kedua adalah bisa menikmati sruputan kopi di tanah kelahiran 45 tahun yang lalu. Ya, 45 tahun lalu terlahir bayi montok di kampung ini dan sekarang sudah berubah jadi pria dewasa meskipun tetap montok hehehehe dan sangat menyenangi sajian kopi.

Momentum ngopinya baru didapatkan setelah selesai shalat ied dan sungkeman kepada kedua orangtua juga photo bersama dengan anak istri adik dan ponakan yang heboh serta sibuk mabar roblok dan game spongebob sambil ketawa ketiwi. Senangnya bermain bersama.

Tapi pas buka perlengkapan ada sedikit rasa sedih, ternyata kopi hasil giling kasarnya tertinggal sementara yang dibawa adalah kopi arabica fullwash dari Tona’s coffee dan sudah dalam bentuk bubuk halus, pemberian seorang kolega. Gepepe, ini juga cukup bisa mewujudkan ngopi kali ini. Tentu buka dengan menggunakan metode manual brew V60 tapi cukup dengan metode manual brew tersimpel dan sudah dilakukan dari jaman baheula yaitu metode seduh tubruk, tubruk pelan-pelan ya. Karena jika terlalu cepat tubruknya bisa menimbulkan rasa sakit berkepanjangan.

Air panasnya juga nggak pake ukuran suhu, cukup ambil dari termos. Langsung seduh pelan-pelan. Ya diaduk dikit supaya larut dan diamkan sejenak, ternyata cremanya naik ke permukaan dan membantuk lapisan berbeda berwarna coklat. Hmmm keharuman kopi menggugah selera. Untuk melengkapi rasa dan suasana, jangan di dapur ah. Geser ke halaman samping dan bersiap untuk diabadikan diantara bunga anggrek kesayangan ibunda.

Setelah diabadikan melalui hasil jepretan photo maka saatnya sruputan yang begitu bermakna. Body kopi arabica fullwash cukup bold dan acidity yang medium high memenuhi rongga mukut dilengkapi aftetaste lemon dan tamarin yang harum menyegarkan. Apalagi suasana kampung yang ditandai suara tonggeret dari pohon samping rumah menghadirkan suasana spesial yang sangat bernilai. Srupuut gan.

Untuk kepentingan video maka segera diedit di hape dan upload di channel youtube ku dengan judul NGOPI DI TANAH KELAHIRAN, monggo klik saja. Nggak bakal nyesel kok, palingan jadi pengen ngopi atau pengen mudik lagi, eh atau malah pengen bunga anggrek berwarna kuning yang berjajar?… terserah pembaca aja deh. Pengen itu adalah hak semua orang, tapi dapat atau tidak tergantung dari takdir yang terjadi.

Hayu ah ngopay dulu… Sruput gan. Wassalam (AKW).

Mesjid & Masa Kecil : #ceritalebaran

Mesjid masa kecil & kenangan.

MONTAYA, akwnulis.com. Tahapan menuju shalat idul fitri begitu bermakna dan mendebarkan hati. Secara hablumminalloh sangat jelas ada rasa khawatir bahwa diklat selama satu bulan ini akan terkikis oleh rutinitas dan kemalasan di bulan – bulan selanjutnya. Maka berusaha menguatkan diri untuk istiqomah agar hasil diklat sebulan ini betul – betul membekas.

Nah pas giliran hablumminannas terasa jantung ini berdetak lebih kencang, karena lintasan pengalaman masa lalu terus bergantian dan seakan nyata hadir dihadapan mata dalam fragmen aktifitas acak masa kecil hingga remaja. Dari mulai malas mengaji hingga akhirnya menjadi rajin ke mesjid kecamatan ini karena direnovasi dengan dipasang marmer sekelilingnya dan menjadi arena balap tarik sarung yang seru melebihi grand prix Mandalika… hehehehe lebay.

Betapa begitu semangatnya menuju mesjid, lalu antri sorogan ke guru ngaji legend waktu itu, almarhum Ustad Ikin. Juga setor hafalan dan setelah beres giliran, langsung ijin pengen kencing ke kamar mandi. Nah pas keluar ruangan mengaji maka rasa pengen kencing hilang berganti semangat balapan karena lantai marmer mengkilat terbentang dihadapan. Begitupun kawan lain, Dade, Hilal, Deni, Deden, Agus, Hendra sudah bersiap dengan pasangannya untuk menarik sarung dan melesat paling cepat.

Berangkaaaat……

Tawa semangat dan teriakan canda anak – anak membahana, tetapi tentu tidak terdengar oleh pak ustad guru ngaji karena terpisah tembok ruangan yang cukup tebal. Hanya saja disaat para murid mengaji mayoritas ijin ke kamar mandi dan tidak kembali ke ruang mengaji, beranjaklah pas ustad untuk mencari kami yang ternyata asyik bermain.

Disaat beliau melihat kami yang sedang balapan. Kami refleks langsung berhenti dan menunduk karena rasa bersalah. Siap – siap dimarahin. Tidak ada kalimat sumpah serapah, tetapi sebuah kalimat nasehat bahwa sebaiknya di mesjid adalah tempat beribadah dan kurangi bersendagurau. Kami ber 7 kembali menuju ruang pengajian, bukan rasa takut yang hadir terhadap beliau, tetapi rasa hormat dan menjadi semakin segan.

Begitupun jika shalat menjelang, apalagi shalat tarawih yang cukup panjang dan ada celah lintas shaf rakaat maka arena eh jajaran orang berjamaah yang lurus, sangat cocok untuk ajang lari jangka pendek. Itupun bukan amarah yang dihadirkan, tetapi dikumpulkan setelah shalat dan diberikan wejangan tentang arti penting shalat berjamaah dan tidak menjadi pengganggu karena jelas merusak nilai pahala ibadah kita. Ah sebuah kenangan indah tenfang keberadaan masjid dan suasana yang ramah anak.

Sesekali ada hardikan atau makian dari orang dewasa yang menjadi makmum dan merasa terganggu dengan kenakalan kami. Tetapi mayoritas memakluminya serta menegur kami dengan kelembutan sehingga akhirnya kami paham bahwa proses benar dan salah perilaku itu menjadi kekuatan dan warna kehidupan pribadi di kala beranjak dewasa.

Ada juga perilaku kami di malam takbiran yang menghebohkan sekampung karena tengah malam membuat onar disaat bertakbiran di mesjid. Cerita lengkapnya bisa dibaca di CERITA RAMADHAN – PENTAKBIR MISTERIUS.

Kalau urusan romantisme berkaitan mesjid ini relatif tidak ada, karena belum memasuki tahapan beger… ‘Apa ya beger itu?’  Pengertian versi penulis adalah fase remaja yang mulai menyukai lawan jenis dan melihat bahwa lawan jenis itu begitu menarik hati. Jadi lebih banyak masa kenakalan anak saja bersama teman-teman tanpa repot dengan namanya pacaran atau putus cinta.

Kembali kepada kenyataan, hal yang harus disyukuri adalah kesempatan waktu dan segala unsur pendukungnya sehingga bisa menjalani hari terakhir puasa dan berlebaran bersama ayah ibu yang sudah memasuki usia 76 – 77 tahun yang selalu bugar serta memberi teladan bersikap, bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan kesabaran dan terus diperjuangkan untuk memberi kemanfaatan kepada banyak orang. Semoga ayah dan ibu sehat selalu dan berumur panjang.

Nanti kita jumpa lagi pada celoteh ringan tulisanku ini. Met Lebaran ya guys, 1 Syawal 1444 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Wassalam (AKW).

Mudik : berpisah & bertemu.

Mudik itu perlu diperjuangan – 🙂

CIMAHI, akwnulis.com. Disaat pergerakan orang secara masif mulai terlihat, gelombang semangatbpulang kampung yang disebut mudik kembali membahana setelah 2 tahun terakhir tersandera karena pandemi melanda. Hari kemarin sebagai hari pertama libur resmi bersama secara nasional, didapatkan beberapa titik kemacetan yang luar biasa seperti yang terjadi di daerah limbangan garut, sepanjang jalan tol ke arah timur dan berbagai ruas jalan lainnya.

Sementara kami mah hari kemarin masih stanby di rumah karena ibu negara tetap berdinas bergiliran sebagai bagian dari pelayanan langsung kepada masyarakat di sektor kesehatan. Sambil mengisi libur perdana tentu beberes rumah dan persiapan mudik juga termasuk mengantarkan kucing kesayangan untuk tinggal beberapa hari di hotel kucing di daerah antapani.

Ada rasa haru sang anak manakala harus berpisah dengan hewan kesayangannya, padahal cuma beberapa hari ke depan saja. Si kucing diajak ngobrol dan disampaikan untuk betah di tempat sementara dan jangan nakal ya pus. Malah untuk memastikan bahwa hotel kucingnya layak, bela-belain masuk ke kandang sementaranya itu dan diskusi dengan si kucing.

Ikatan batin dengan hewan kesayangannya cukup kental, tentu ini menjadi modal dasar dalam belajar memaknai kehidupan tentang sebuah ikatan kebersamaan. Bagaimana memaknai dan mensyukuri keberadaan seseorang atau seseekor dan bersifat fana karena suatu saat akan berpisah.

Kali ini hanya pisah sementara, tetapi baru beberapa jam saja sudah kangen sama kucingnya sambil kedua belah matanya berkaca-kaca. Untungnya teknologi mendukung dan sang owner hotel penitipan kucingnyapun baik hati dalam pelayanannya sehingga memenuhi kerinduan sama kucingnya via pengiriman video dan penjadwalan videocall untuk menghapus kerinduan.

Itu baru urusan dengan hewan, maka menjadi hal yang wajar jika pergerakan manusia hari kemarin, hari ini dan esok lusa demi sebuah momentum untuk bertemu dalam suasana kekeluargaan yang kental serta memiliki nilai religi spiritual yang tak bisa dinilai dengan mata uang serta tak bisa membahas tentang rating peristiwa ini.

Tujuan utama mudik itu adalah kembali bersama, kembali berkumpul bersama keluarga setelah sekian purnama mengumpulkan rejeki demi memenuhi kebutuhan kehidupan masing-masing. Ada juga alasan utama adalah berkumpul berlebaran bersama bersama orangtua tercinta, bisa orang tua kandung atau ibu bapak mertua dari pasangan kita, setelah menikah tentu memiliki derajat perhatian yang sama. Karena mayoritas beda tempat dan berjarak, maka bergiliran tahunan menjadi solusinya. Kecuali yang awalnya ‘pacar 5 langkah’ maka tidak bingung milih berlebaran di orang tua yang mana, karena dipastikan rumah orang tua dan rumah mertua hanya selemparan batu, lha wong cuma 5 langkah dari rumah hehehehe.

Selamat menjalankan perjalanan penuh perjuangan tapi dibalik itu berbalut berkah. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Bagi yang orang tuanya belum meninggalkan dunia fana, inilah momentum bersama dan memaknai kembalinya kita. Memaknai asal muasal kita, seorang anak kecil yang tiada daya dan tergantung keberadaan orang tua. Hingga hadir hari ini menjadi individu seimbang, mandiri dan berkepribadian yang kuat serta berdiri tegak menghadapi tantangan kehidupan. Wassalam (AKW).

Bukuku Bukukita PERJALANAN WISATA.

Sebuah cerita singkat tentang buku kumpulan ceritaku yang ke.. sekian.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah penantian berhubungan dengan harapan, disitulah terpelihara semangat untuk tetap konsisten dalam sebuah perilaku yang terwujud nyata pada saatnya. Apapun itu harapannya, pasti melalui proses yang sudah seharusnya dijalani, disyukuri dan dinikmati seperti tulisan terdahulu, JaSuNi (jalani syukuri nikmati). Ulasannya ada di tulisan Merajut janji di Bekasi (04/2019) dan  Kopi Dirut & Banjir (02/2020).

Maka siang tadi menjadi salah satu momentum yang patut disyukuri. Suara mamang paket di halaman rumah memang dianggap biasa, karena kehadirannya berhubungan dengan jari jemari orang rumah yang memesan online aneka barang yang berada dimana-mana, dengan kemajuan jaman semuanya terasa begitu mudah dan berbeda. Baik paket yang sudah dibayar dan tinggal terima saja, ataupun yang model COD (Cuma Omong Doang) eh salah…. Cash On Delivery alias datang barang maka bayar (DBMB).

Pakeeet!!”
“Tunggu maaaang”

Lalu pintu terbuka dan kotak coklat berpindah tangan. Tak lupa berpose dulu dengan memegang kotak paket. Cetrek!, Lalu mamang paketnya pamit ditutup dengan ucapan terima kasih. Tak banyak cakap, kembali masuk ke rumah dan menyimpan paket tersebut di belakang. Selesai. Raga ini kembali ke rutinitas.

Ternyata pas lagi santuy di ruang kerja, anak kesayangan datang sambil membawa paket yang sudah terbuka berisi 3 buku bersampul biru. “Ayahhh… aku buka paketnya, ternyata buku ayah”

Deg!!

Walah ini yang ditunggu-tunggu. Langsung paket yang sudah terbuka itu disambut dan segera dikeluarkan. Benar saja, 3 buah buku dengan judul PERJALANAN WISATA telah hadir didepan mata, Alhamdulillahirobbil alamin.
Sebuah karya bersama telah hadir kembali melengkapi buku – buku antologi terdahulu. Buku ini hadir tak lepas dari peran sentral 2 perempuan hebat yang selalu memotivasi diri ini sebagai penulis amatir untuk terus berkarya plus. Disebut berkarya plus, karena bicara karya tentu bicara tentang hasil tulisan dan itu bisa dilakukan kapanpun serta disimpan di note hape atau diposting di medsos dan blog sendiri. Nah plusnya adalah diwujudkan dalam bentuk real, bentuk cetak yang bisa digenggang dan dirasakan kehadiran phisiknya.

Maka diawali dengan penawaran buat antologi buku atau kumpulan buku dengan tema pengalaman berwisata masing-masing pasca pandemi covid19 yang memporakporandakan tatanan kehidupan dunia sekaligus menghadirkan model kehidupan AKB (adaptasi kebiasaan baru), para penulis amatir ini mulai menulis, mengirimkan di grup whatsapp easy_writing dan berproseslah di bulan nopember 2022 lalu.

Orang pertama yang paling getol memotivasi dan menagih tulisan masing-masing adalah Bunda Retno Hadijati dari mulai woro-woro, mengumpulkan, menagih hingga sebagai editor dari aneka tulisan yang terserak lintas pulau lho serta Mbak Nenny_makmun yang terus konsisten mengawal pergerakan kami hingga akhirnya berproses untuk finishing yaitu penerbitan buku yang dilengkapi legalisasi karya ini.

Para penulis kumpulan buku inipun lintas profesi dan lintas pulau, tidak hanya di pulau jawa tetapi juga hadir perwakilan dari pulau kalimantan dan sekitarnya. Lebih ajib lagi adalah, saya sebagai salah satu penulisnya belum pernah bersua secara phisik dengan masing-masing tapi kami meyakini bahwa dengan semangat terus menulis, inilah persaudaraan yang hakiki dan besok lusa bisa berjumpa secara nyata dan berdiskusi dalam forum yang berbeda.

Pertanyaan selanjutnya, “Bagaimana pembiayaannya?”

Nah ini adalah pertanyaan yang mungkin membebani pikiran atau malah menghalangi kreatifitas menulis kita. Jangan khawatir, dengan semangat kebersamaan maka semua menjadi lebih mudah. Caranya adalah dengan membeli karya kita yang sudah menjadi buku, minimal 2 buah saja tentu dengan hitungan yang sudah ditentukan bersama, simpel kan. Jadi tak perlu khawatir harus mengeluarkan banyak uang. Tapi inilah jalan ninja untuk siapapun yang bersemangat menulis dan diwujudkan menjadi buku phisik yang nyata.

Memang sekarang pamor buku cetak berbeda, tergerus oleh buku digital atau ebook yang berserakan di dunia maya. Tapi pengalaman pribadi, sebuah kebahagiaan terasa disaat menggenggam buku hasil karya bersama dan ada nama kita tertera disana. Lalu untuk langkah selanjutnya untuk meniti perkembangan jaman yaitu menerbitkan buku dalam bentuk ebook begitu terbuka, karena naskahnya sudah tersedia. Tinggal berproses dan tring… jadilah ebook yang didamba.

Begitulah cerita singkat tentang buku kumpulan cerita PERJALANAN WISATA ini, yang secara kebetulan juga waktu itu sangat pas dengan penugasan di instansi yang mengurus tentang kepariwisataan. Meskipun disaat terbit buku ini, penugasannya sudah berbeda tetapi rangkaian perjalanan ini semakin menguatkan makna. Selamat weekend di 10 hari terakhir bulan Ramadhan 1444 H kawan. Semangaaat, Wassalam (AKW).

Pandanlatte & V60 Bali Senja.

Sore gini enaknya sruput kopi.

KUNINGAN, akwnulis.com. Ternyata sebuah kata nikmat itu tak bisa dinilai dengan angka dan berat untuk ditulis dengan kata-kata. Apalagi ternyata suasana yang hadir sangat mendukung dalam menjaga vibe kebersamaan ini meski dengan waktu yang terbatas sebelum ada videocall dari sang anak yang tak ikut karena memilih bermain di rumah saja.

Kehadiran minuman berbasis kopi pertama adalah pandanlatte yang diolah secara mandiri oleh cafe ini, namanya DOMO Coffee & Space. Setelah dituang di gelas yang berisi es batu berbentuk kotak, maka sruputan perdana begitu nikmat karena dibahu kiri bergelayut manja tangan lembut istri tercinta. Srupuut….. hmmm tentang rasa B aja, karena lebih seperti kopi susu dilengkapi sirup pandan, titik.

Menjadi mahal adalah suasana berduanya itu ditengah ketidaksingkronan jadwal kerja dan pergerakan luar kota yang ternyata sabtu minggupun masih beredar atas nama kerja. Maka kebersamaan kali ini begitu bermakna.

Penasaran dengan sajian kopi yang sebenarnya, maka sementara gelayutan manja diberi jeda. Karena raga harus bergerak kembali ke depan menemui sang barista tentu lengkap dengan basa basi dan pertanyaan seputar kohitala. Ternyata meskipun menu manual brew tercantum, ternyata beannya tinggal satu hanya bean arabica Bali Senja Batukaang Kintamani. Ya sudah lumayan masih ada bean yang bisa dinikmati.

Buatin V60 hot yang kang”
“Baik kakak, ditunggu ya”

Kembali raga menuju meja dalam dimana istri tercinta setia menanti. Senyuman dan perbincangan hangat kembali menggema sambil melihat lalu lalang dan tingkah laku orang-orang yang juga saling berbagi senyum dan tawa.

Ini kopinya kaka” Sebuah kalimat lembut mengantarkan sajian manual brew V60 didepan meja kami bersua, wah harum sekali. Alhamdulillah. Tanpa menunggu lama, langsung dikucurkan di gelas kaca dan sruputan pertama mumpung masih panas. Hhmmm nikmat, kombinasi medium body dan acidity litenya berpadu dengan aftertaste selarik apricot dan tea menemani kebersamaan ini. Maka tuangkan lagi dan disruput lagi. Mata merem untuk memaknai detik – detik kenikmatan ini… tapi tiba-tiba teringat sesuatu yang penting.

Ini khan bulan puasa, kok ngopi jam segini?”

Iya bener, tapi apa mau dikata karena ini adalah cerita latepost kawan, karena kalau dilakukan sekarang berarti membatalkan puasa hari ke 10 ini hehehehe.

Tiada maksud ‘ngabibita‘ tapi sebagai penyemangat untuk menambah kesabaran menuju berkumandangnya adzan magrib di malam minggu ini. Happy Malming with Family, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
DOMO Coffee & Space
Jl. LLRE Martadinata No, 99 Cijoho Kuningan Jawa Barat.

INTISHOR NAMA MESJID.

Apalah arti sebuah nama? tapi arti harus dicari.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah peralihan adalah bagian dari petualangan hidup, maka sinyal adaptasi dan rasa penasaran menjadi modal utama. Begitupun dikala langkah kaki menuju mesjid di kawasan tempat bekerja sekarang dan disaat berada di dalam mesjid langsung mengeja nama mesjidnya, yaitu AL INTISHOR.

Tring.. apa artinya ya?

Maka segera bertanya kepada beberapa jemaah yang akan bersama-sama menunaikan ibadah shalat dhuhur. Tetapi dari 6 orang yang ditanya, mayoritas yang hadir adalah sunggingan senyum untuk melengkapi kebelumtahuan. Nggak perlu kecewa, tinggal buka hape dan minta bantuan mister guggel serta yang terbaru menggunakan ChatGPT.

Ternyata ini menjadi petualangan juga karena yang pertama adalah kesalahan pengetikan pada kesempatan pertama sehingga hasil pencariannyapun berbeda. Kata yang diketik dengan jempol terpeleset sedikit, yaitu Al Ikhtisor. Maka pengertian yang muncul adalah metode pembelajaran untuk menguasai cara membaca dan memahami kitab kuning atau lebih dikenal dengan arab gundul yang dikembangkan di pesantren – pesantren terutama di wilayah pulau jawa sebelah timur.

Maka dengan pedenya menjadi pengetahuan baru dan di beberapa kesempatan disampaikan. Sok JNE (Jiga nu enya) tea. Padahal ada satu hurup krusial yang berbeda. Tidak mengapa, minimal menjadi tambahan pengetahuan saja.

Tersadar bahwa istilah tersebut berbeda dengan nama mesjid yang dikamsud eh dimaksud. Metode untuk membaca kitab kuning adalah IKHTISOR, sementara nama mesjid itu adalah INTISHOR. Walah satu huruf ini tentu membedakan artinya.

Semangat lagi mencari arti nama mesjid ini, tapi beberapa orang yang ditanya, kembali menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala yang khas. Maka sebagai penguatan mencari istilah, mang gugel harus dilengkapi dengan chatGPT. Sugan we lebih jelas.

Ketik ketik geser… ketik. Tring.

Nah sekarang muncul hasil pencarian via mang gugel bahwa INTISHOR itu adalah memiliki arti KEMENANGAN. Beberapa situs website memiliki keseragaman arti, namun yang menggelitik adalah istilah kemenangan ini juga cocok untuk penamaan bagi anak perempuan ceunah. Ini agak sedikit jadi tambahan pertanyaan, karena mesjid juga tentu berkait erat dengan laki-laki. Tapi tidak apa-apa, sebuah arti kata KEMENANGAN, tentu cocok dengan nama sebuah mesjid, karena bisa dijadikan tempat untuk meraih kemenangan dari keimanan, ketakwaan dan juga hubungan antar manusia.

Tapi khan masih penasaran, mencoba mengunakan ChatGPT. Ternyata hasilnya berbeda, INTISHOR ini memiliki banyak arti, tidak hanya bermakna KEMENANGAN saja. Tetapi juga memiliki arti PENYEBARAN / PERSEBARAN.  Namun, dalam beberapa konteks tertentu, seperti dalam konteks pertempuran atau perang, kata “intishar” dapat digunakan untuk merujuk pada “kemenangan”. Sebagai contoh, “al-intishar fi al-harb” dapat diartikan sebagai “kemenangan dalam perang”. Namun, ini bukanlah makna umum dari kata “al intishor” dalam bahasa Arab.

Dari studi literisi online maksa (SLOM) ini maka makna dari INTISHOR ini adalah KEMENANGAN, Alhamdulillahirobbil alamin. Bungkuss.

Selamat menunaikan ibadah shaum hari ke tujuh ini bagi kaum muslimin dan bagi para pembaca  diberikan kekuatan dan kesehatan dalam meniti kehidupan dunia yang sementara ini penuh keberkahan.

Jika masih penasaran, maka dengan tangan terbuka untuk saling melengkapi dan membahas penamaan ini. Bisa chat, komen atau berkirim email. Terima kasih, Wassalam. (AKW)..

Kopi hari ke 5.

Catatanku dan Kopi di Ramadhan 1444 Hijriah

CIMAHI, akwnulis.com. Menginjak hari kelima di bulan ramadhan ini, kesempatan menulis agak tertunda. Tentu yang dicari adalah alasan pembenarannya karena itu merupakan sifat dasar manusia. Bukannya introspeksi tapi malah menghakimi hehehehe. Maka dengan sekuat tenaga mencoba memgidentifikasi kemalasan yang terjadi. Nah itu dapat satu kata, kemalasan.

Kemalasan hadir dari diri sendiri dan juga didukung faktor esternal. Kalau dari diri sendiri maka alibi yang dihadirkan karena suasana bulan puasa itu berbeda, apalagi kalau sudah kantuk menyerang, begitu mudahnya terlelap dalam buaian. Ditambah dengan pendapat bahwa tidur di bulan ramadhan adalah bernilai ibadah, ceunah. Terus terang tentang pendapat itu masih ragu, tapi kembali kemalasan untuk mencari dasar hadist dan ayatnya sehingga kembali tertidur… eh gimana atuh.

Nah kalau faktor eksternalnya adalah kesibukan sehari-hari ditambah ibadah khusus bulan puasa seperti pengajian, tadarus, hafalan, imam sholat memberi kultum di mesjid hingga imam tarawih spesial 11 rakaat dan aktifitas lainnya… weits jadi riya ya. Jangan ribut, ibadah ini mah urusannya sama Allah. Stop jangan dibeja-beja.

Ada faktor eksternal lain yang cukup menyulitkan tulisan ini, yaitu aktifitas ngopi pagi siang hingga sore harus terhenti karena akan berakibat pembatalan puasa yang tentung berujung dosa karena membatalkan puasa dengan sengaja, apalagi batal berjamaah karena minum kopinya bareng – bareng.

Mau nongkrong minum kopi disaat berbuka puasa terasa kurang makna, lebih baik di rumah dengan sajian sederhana sambil mendidik anak semata wayang untuk belajar menahan haus lapar dan akhirnya disaat berbuka puasa manakala adzan magrib berkumandang, sebuah kalimat tanya adalah, “Alhamdulillah Ayah, semua minuman dan makanan ini kok enak semua?”

Sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan anak semata wayang yang belajar  berpuasa tahun ini hingga adzan magrib menggema. Begitu meneduhkan rasa. Melengkapi kebahagiaan dalam meraih pahala di bulan ramadhan ini.

Sebagai penutup cerita tentu tak afdol jika tidak hadir sejumput kata tentang si hitam kohitala. Maka setelah potongan buah dan dimsum plus kolak pisang dilengkapi roti macha keju… eh kok banyak ya?….  dilanjutkan dengan menggrinder biji kopi yang tersedia dan memproses seduh manual dengan corong flat bottom karena kebetulan kertas filternya hanya itu yang tersedia, proses….

Akhirnya sebuah cairan hitam terang melengkapi malam berbuka puasa ini. Memberikan citarasa pahit yang miliki aneka sensasi, tanpa perlu sebuah untaian kalimat sebagai definisi, pendapat anakku tadi telah mewakili…. setelah saatnya berbuka puasa semua makanan dan minuman begitu enakkk, srupuuuut.

Selamat berbuka puasa di hari kelima, dan bersiap mendulang pahala hingga bersiap untuk melanjutkan puasa di esok hari. Wassalam (AKW).

DIPLOMASI KOPI DI TUGAS BARU.

Tak pernah habis cerita tentang kopi dan kita

CIMAHI, akwnulis.com. Perpindahan tugas diikuti dengan ritual pribadi yaitu diikuti aneka kardus yang berisi sesuatu. Maaf bukan berkas ya, karena berkas kerjaan tentu ditinggalkan untuk sebuah keberlanjutan. Mau tahu isi dusnya apa?… penasaran khan?.

Sebelum ngebahas isi dus maka di cek dulu secara detail bahwa yang dibawa adalah barang milik pribadi. Sebagai kelengkapan administrasi terkait barang atau fasilitas milik dinas, tinggal dilengkapi berita acara serah terima dan diusahakan 3 hari setelah alih tugas, semua sudah dikembalikan.

Nggak khawatir di tempat baru ternyata fasilitas pendukung belum ready?” Sebuah tanya menyeruak. Jawabannya santuy, “Kita lihat saja”. Titik.

Nah sekarang kita spill urusan dus yang dibawa. Mayoritas diberi nama PERALATAN KOPI. dus pertama isinya gelas kaca bulat kecil lucu bening dan rentan pecah, gelas drum mini, teko kaca. Dus kedua berisi teko pemanas elektrik dan corong filter V60 lengkap dengan 16 helai kertas filternya juga teko kecil stainless drngan corong leher angsa untuk keabsahan proses seduhan manual. Dus ketiga adalah stok biji kopi ataupun yang sudah digrinder siap seduh dari beberapa merk kopi termasuk masih ada KOPI TURKI kiriman seorang kolega yang baik hati.

Sebenernya ada juga mesin grinder elektrik, tetapi setelah mengetahui asal muasalnya maka lebih baik tetap berada di penugasan lama dan menjadi saksi memori kebersamaan kita selama 2 tahun menjalankan diplomasi kopi dalam diskusi dan interaksi.

Prosesi membuka dus satu hingga dus seterusnya dan menata di tempat kerja baru dilakukan secara hati-hati tapi harus cepat. Karena beberapa request untuk menjambangi kantor baru dan menikmati kembali sajian kopi manual brew V60 bersama-sama sudah mulai bermunculan. Jangan sampai sang tamu penikmat kopi datang, peralatan belum siap. Malu atuh Mang Kopi Kohitala.

Sebenernya ada 2 alat yang terpaksa ditinggal dan menjadi kenangan. Pertama adalah termometer yang jadi saksi suhu antara 90° – 92° celcius dan juga kedua timbangan digital kaca untuk memastikan gramasi dan banyaknya volume air. Keduanya pecah berantakan karena terjatuh ke lantai dan berubah seketika menjadi kenangan. Mungkin memang mereka berdua tidak mau pergi dan tetap abadi di tempat kerja terdahulu.

***

Tak perlu menunggu lama, keesokan harinya tamu perdana datang dan langsung disuguhi sajian eh seduhan kopi manual brew V60 dengan beannya dari TONA’S COFFEE arabica wine yang jadi the best signaturenya karena bodynya bold, acidity maksimal dengan aftertaste wangi tajam. Dijamin bagi penikmat akan deudeuieun..  eh keterusan.

Dilanjutkan hadirnya kolega youtuber sukses dengan channel @kangkanda serta berbagai tamu dari aneka divisi internal dan eksternal termasuk tentunya teman – teman satu divisi yang baru. Sruput mode on.

Yang mau lihat ekspresi aslinya bisa tonton videonya di channel youtube @andriekw – menikmati Tona’s Coffee.

Ternyata diplomasi kopi memiliki banyak arti, mempererat persaudaraan dan menguatkan silaturahmi. Meskipun ada satu rekan baru yang agak terdiam karena merasa sedikit pusing setelah menikmati sajian kopiku, ternyata belum terbiasa dengan kohitala (kopi hitam tanpa gula). Ya sudah yang penting nggak sampai kenapa kenapa, khan berabe atuh. Pilihannya gampang, kembali belajar menikmati dengan tahapan ringan saja atau tidak sama sekali, gampang khan.

Ya sudah karena hari sudah malam, adzan isya mengingatkan kita untuk kembali bersua dengan keluarga, karena urusan kerjaan itu nggak ada habisnya. Cus ah. Selamat wayah kieu, Wassalam (AKW).

TEH & KOPI PAGI

No pain no gain – whort it lah.

BANDUNG BARAT, akwnulis.com. Setelah shalat shubuh dua rakaat tadinya bersiap untuk jogging pagi sambil memaknai hari di tempat yang begitu menyegarkan dengan suasana alami yang mendamaikan. Tapi niat harus berbeda dengan kenyataan, karena ternyata hujan rintik jadi melebat ditambah suhu dingin yang tega menerobos hingga ke tulang. Apalagi dikala meraba sekrup titanium yang tertanam abadi di kaki kiri, terasa lebih dingin dan ada tambahan rasa ngilu. Gawat nich, ternyata kemaceuhan kemarin sore hingga malam menghadirkan konsekuensi kesakitan. No pain no gain-lah. Rasa sakit ini terobati dengan untaian kalimat dari pak bos, ‘This is one of the best performance’ ceunah.

Lalu disaat mendudukan kembali posisi di pinggir tempat tidur, ternyata bukan kaki saja yang linu tetapi sekujur tubuh juga terasa pegal dan tak nyaman. Ya sudah diputuskan saja mengambil obat mujarab dari celah – celah kehidupan, obat alami yang Illahi anugerahi kepada insani. Yakni merebahkan kembali diri di peraduan yang empuk, menyelimuti diri dengan janji dan tariklah nafas panjang sambil relaksasi. Dijamin hanya berapa tarikan nafas, maka akan beralih kembali ke alam mimpi yang penuh dengan khayalan serta ketenangan yang tidak abadi tapi minimal menjadi obat mujarab dari semua kelelahan ini… Zzzzz.. zzzz.

Ternyata tak ada mimpi yang terlintas dan dialami, terasa begitu sekejap waktu. Padahal pas mata terbuka, cahaya mentari terang – terangan menerobos dam mengingatkan bahwa pagi sudah menjelang dan tugas selanjutnya menanti untuk segera dikerjakan. Melirik jam digital yang tergolek di meja samping ranjang, mata terbelalak. 2 jam sudah tidur lelap  bada shubuh tanpa mimpi sedikitpun.

Badan terasa lebih segar dan linu di kaki kiri sudah menghilang, maka segera bergegas ke kamar mandi. Meraih knop bathtub lalu memijitnya untuk membiarkan air panas dan dingin bercampur untuk mengikuti ritual pagi ini.  Berendamlah dan tak lupa sikat gigi sambil memandang ke arah lembah menghijau melalui jendela yang terbuka.

Melengkapi moodboster pagi ini tentu tak lupa kombinasi sajian minuman yang saling mempengaruhi. Secangkir teh yang harum berdampingan dengan secangkir kohitala (kopi hitam tanpa gula) dibuat dan disajikan agar berjajar berdampingan diatas meja kayu di balkon villa yang begitu akrab dengan suasana alam sekitarnya.

Sruputan perdana secangkir teh begitu menyegarkan dilanjutkan sruputan selanjutnya, sruputan yang begitu menguatkan dan memberi inspirasi pagi untuk dilanjutkan beraksi meski tetap harus hati-hati. Ingat kondisi kaki yang pernah cidera karena memenuhi hasrat sebuah komitmen untuk disiplin tepat waktu dan berusaha menjadi teladan meskipun itu bukan segalanya.

Sruput lagi, nikmat pisan. Kopi trubruk sajian villa hotel ini ternyata lumayan juga. Meskipun tidak tahu merknya tapi dari keharuman yang hadir, ada standar kopi yang dipegang sehingga mampu menghadirkan rasa yang lumayan. Alhamdulillah.

Selamat mengopay kawan, dimanapun kapanpun dan tulislah pengalaman itu. Happy monday, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
THe GREEN FOREST RESORT
Jl. Sersan Badjuri 102 KBB

SORODOT GAPLOK – fbs

Tulislah meskipun itu tentang sesuatu yang berdarah.

SAGULING, akwnulis.com. Sebuah ide tulisan itu memang muncul tidak terduga dan menuangkan ide dalam sebuah tulisanlah yang menjadi tantangan sebenarnya. Maka dikala sebuah ide terlintas, tidak ada banyak pilihan, cukup 2 saja, TULIS atau TIDAK. Pilihan ketiga bisa juga DISIMPAN UNTUK ESOK HARI.

Terkadang bisa juga disimpan sebagai bahan tulisan besok lusa. Kenyataannya itu sering tidak terealisasi oleh berbagai alasan pembenar yang akhirnya mengubur ide tulisan tersebut dalam tumpukan jerami kesibukan yang dilengkapi sampah – sampah kemalasan.

Maka dikala sore ini melewati sebuah rumah sakit baru yang fokus untuk ibu dan anak, jelas akan ada beberapa Dokter Anak yang bertugas disitu. Ada sebuah ide hadir dan segera diekskusi.

Inilah tulisannya…..

FIKMIN # SORODOT GAPLOK #

Jang Uun keur anteng ulin di buruan imah, sorodot gaplok jeung babaturanna. Ting corowok gandèng. Mang Ibro ningalikeun di tepas baru ngudud bako anyar meunang ngalinting tadi peuting, nikmat naker.

Sabot Mang Ibro nyelang heula ka jamban, balik deui ka tepas, hookeun. Ningali anakna keur ngagolèr di riung ku babaturanna. Beungeutna baloboran getih.

Uun kunaon kasep?”
“Tadi kababuk kentèng Mang, teu dihaja” Oom babaturanna ngajawab bari tungkul.

Gagabah!!, hayu bawa ka rumah sakit”
Teu loba carita, Mang Ibro buru-buru ngaluarkeun kol dolak, budak digotong ku baturna, tiluan.

Anjog hareupeun rumah sakit, gura giru ka IGD. “Dokter.. dokter tulungan”
Pagawè IGD rikat nampa nu ngalemprèh makè blankar tuluy di bawa ka jero.

Alhamdulillah bapak, tuang putra mung mimisan, ayeuna tos sadar. Kanggè observasi nuju ngantos Dokter Anak” perawat ngajelaskeun.

Nu bener atuh Jang, maenya nungguan dokter anak, euweuh dokter nu leuwih kolot?” Mang Ibro muncereng. Perawat ngahuleng. Nu aya papelong-pelong.

***

Tulisannya singkat kawan, hanya 143 kata saja. Tapi itulah pedoman batasan dalam menulis cerita fiksi singkat berbahasa sunda. Dikenal dengan sebutan fiksimini basa sunda atau FBS. Sebuah tulisan pendek, baca sebentar dan tersenyumlah. Senyum itu banyak makna kawan, ada yang tersenyum karena paham dengan jalan ceritanya. Tetapi kebanyakan tersenyum karena masih menebak maksud ceritanya apa hehehehe…. gampang kok, yang masih belum mengerti tinggal tulis di kolom komentar dan akan segera diberikan jawaban.

Bisa juga ada beberapa kata berbahasa sunda yang tidak dimengerti, monggo tanyakan saja. Termasuk saran kritik perbaikan jikalau ada kalimat, kata typo juga tanda baca yang tidak tepat, karena tentu kesempurnaan cerita hadir oleh kepedulian semuanya.

Yang penting adalah jangan ragu-ragu menuangkan ide dalam bentuk tulisan satu paragraf sekalipun. Let’s go. Happy wekeend kawan, besok kita bekerja kembali. Wassalam (AKW).