Kopi di awal Januari

Ngopi awal tahun 2019, kemoon.

Photo : Segelas Picollo yang nikmat / dokpri.

LEUGAJ, akwnulis.com, Seiring waktu menapaki janji, seuntai makna kehidupan kembali dirangkai kembali.

Setelah setahun lalu penuh cerita dan beraneka suka duka, maka sekarang menyongsong awal tahun 2019 dengan optimisme.

Terkait urusan kopi, sudah diawali dengan manual brew rumahan Kopi Gayo Wine Aman Kuba, dan ngopi lainnya yang memang tidak selalu didokumentasikan.

Photo : Segelas Kopi hasil manual brew V60 / dokpri

Soalnya jadi sibuk ambil photo, kopi seduhannya keburu dingin… hehehehe, atau udah diseruput abis, eeh.. lupa belum diphoto saking nikmatnya.. Alhamdulillah deh.

Sekarang kebetulan ngopinya di cafe, ngedadak ada yang ngajak, siapa takut. Maka sajian kopi manual brew V60 dari biji kopi arabica.. aduh lupa namanya, itu juga saking nikmatnya (ntar diinget-inget dulu) ditambah dengan Picollo.

Itu dulu yach… (AKW).

Gayo Wine Aman Kuba

Cerita kopi itu beraneka rupa juga tersaji berjuta makna, nggak percaya?.. silahkan baca.

Photo : Sebungkus kopi gayo wine aman kuba tampak belakang / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com, “Nih de, kopinya klo mau nyoba. Tapi rasanya biasa aja” Kakak ipar nyodorin sebungkus kopi.

“Makasih Mas” Jawaban singkat sambil menerima sebungkus kopi berwarna putih hitam kelir hijau.

Sepintas dibaca, “Wow kopi gayo wine, perlu dicoba nich”

Sepenggal dialog yang dilanjutkan dengan berbagai cerita, dari urusan keluarga hingga negara. Kopinya tergeletak dulu di meja, sementara.

***

Ada hal yang mengganjal, dengan sepenggal dialog tadi. “Apa benar kopi gayo winenya miliki rasa biasa?” Penasaran jadinya.

“Bagaimana cara meredakan penasaran ini?”

“Gampang, buktikan saja!!”

Nggak pake lama, segera menyambar peralatan yang ada. Corong V60, kertas filter, timbangan, tombol merah air panas maksimal di dispenser segera pijit, grinder kabelnya dicolokin, server darurat dari botol kaca bersiap, gelas ukur berujung runcing siap bertugas.

Ternyata, kopi gayo wine ini sudah digrinder kasar, berarti tinggal dieksekusi saja.

Photo : Ini bungkusnya tampak depan / dokpri.

Dengan ukuran 1 : 15 maka timbangan mulai beraksi, proses eksekusi dimulai. Kertas filter tidak lupa diguyur air panas dulu, supaya sisa zat kimia yang mungkin tertinggal bisa luluh pergi menuju keabadian.

Bubuk kopi segera mendiami corong V60, dipertemukan dengan curahan perlahan tapi pasti air panas 91° celcius. Berpadu sempurna, diawali dengan jabat erat proses blooming, dilanjutkan saling berpadu dalam orkesta ekstraksi yang penuh sensasi. Menghasilkan tetesan sempurna, kopi asli yang memecah diri memunculkan segala kelebihannya yang ditampung dalam gelas server bening bersahaja.

Ditengah prosesi yang sarat makna, terdengar nada sinis yang bikin hati tersenyum geli, “Ribet amat dek bikinnya, pengen satu dua gelas aja sampe begitu rumit dan lama, padahal kopinya nggak terlalu menggigit, biasa aja”

Hanya senyum simpul yang menjadi jawaban, karena proses ekstraksi biji kopi lebih menawan dibanding hanya ungkapan pesimisme yang mungkin dilandasi ketidaktahuan, biarkan saja.

***

“Silahkan mas, kopinya udah jadi!” Disorongkan satu sloki kecil ke hadapan kakak iparku, dia masih acuh, hanya anggukan singkat sebagai tanda terima kasihnya. Aku sih santai aja, segera diteguk perlahan. Nikmati keberkahan dan syukur nikmat atas segala kemudahan serta keunikan rasa yang Allah SWT berikan.

Aroma harum kopi arabika gayo wine memang saingan berat kopi arabika puntang pangalengan jabar yang berulangkali menjadi juara dunia.

Tetapi itu tadi, mari kita nikmati.

Body medium tetapi menyisakan ketebalan di ujung lidah dikala sudah disruput semua. Taste fruitty yang kuat begitu memanjakan syaraf perasa, dengan acidity yang mantab, akan mengagetkan bagi yang belum biasa.

Jeddd.. dangg!!!, keasaman serasa anggur fermentasinya mengena. Bikin terperanjat sejenak dan lanjut nikmat.

Alhamdulillahirobbil alamin.

Tiba-tiba kenikmatan nyruput gayo wine ini terganggu oleh seruan mendadak sang kakak ipar, “Busyeet!!!, nendang banget nich kopi. Kok bisa gini dek?”

Wajahnya memandangku lekat-lekat, “Kemaren bikin diaduk biasa, nggak muncul rasa wine dan cafeinnya”

Senyumanku melebar, jangan bersombong diri ah. Nggak baik itu. Tarik nafas dulu yaaa.

“Itulah mas, sebuah hasil tidak akan menghianati proses maksimal yang dilalui”

Kakak iparku tersenyum, lalu berseru, “Tambah lagiii!!” Segera isi gelas server dituangkan habis ke gelas kecilnya. Srupuuut….. dan kami lanjut ngopi sambil tertawa bersama.

Nikmat itu adalah akibat, tetapi proses adalah inti dari perjalanan hidup yang hebat. Wassalam (AKW).

****

Kopi yang diseduh pake manual brew V60 adalah :

Wine coffee Gayo Arabica
Specialty coffee dari Aman Kuba

Produksi H. Aman Kuba, Takengon Aceh
amankuba.coffee@gmail.com
Netto 250 gram
Dinkes S.PRIT 610110614061
Halal

Fresh-Aroma-Mellow-Sweet.

Kopi jumat sore.

Musti rapat menembus kemacetan itu perjuangan, akan terasa nyaman selama ada koppiii….

Photo : Espresso di gelas illy / dokpri

JAKARTA, akwnulis.com, Hari jumat pagi, berangkat ke kantor sedikit lelah karena baru tadi malam nyampe ke rumah, setelah rangkaian dinas luar alias tugas luar kantor yang menyita waktu serta tenaga, yaa memang itu konsekuensi kerja.

Pukul 07.15 wib sudah sampai ke kantor, membaca file-file berkas sambil menonton berita di televisi, tidak lupa sambil sarapan buah potong yang rutin dibawa dari rumah pake misting*).

*)misting : tempat makanan dari plastik yang ada tutupnya, klo sodara tuanya namanya ‘rantang’. Klo yang hits di ibu-ibu adalah tupperware dan lock & lock.

Rencananya mau keliling di lapangan Gasibu, melemaskan kaki sambil lihat aneka pemandangan pagi.

Tetapi…. harapan tinggal harapan..

Sebuah telepon masuk di layar smarphone, “Wadduh Pak bos”… segera dijawab panggilan telponnya.

“Siap pak!”

Itulah jawaban termudah dari suatu perintah.

Meskipun….. rapat hari jumat jam 16.30 wib itu menyesakkan hati.

“Lho kok bisa?”

“Karena rapatnya di Jakartaaaa…”

“Ooooo… pantesaaan”

***

Disaat arus libur panjang dari jakarta ke Bandung. Tugas mengharuskan arah sebaliknya dan tentu pas pulangnya ikutan dengan kemacetan libur panjang alias double macet.

Photo : Paket sajian espresso di Aryaduta Jkt / dokpri.

Apa mau dikata, tugas adalah tugas. Tidak perlu ada penolakan, kerjakan sesuai kemampuan, dan mari hadapi perjalanan berangkat dan pulang dengan berkhusnudzon, semoga lancar di perjalanan.

***

Alhamdulillah, keberangkatan harus terhenyak di tol Cikampek kilometer 50, padat merayap menjelang shalat jumat. Meskipun akhirnya sempat juga ikut jumatan, di trotoar. Panas begitu terik memanggang badan. Dari trotoar terasa menggigit, dari atas apalagi, peluh membanjiri badan, wajah dan perasaan. Tapi semangat shalat jumat tetap menggelora, “Ini tidak seberapa dibandingkan panasnya padang mahsyar”.

Tuntas shalat jumat, batik yang dipakai begitu lengket ditubuh. Keringat masih menetesi bumi dengan riangnya. Mau ganti baju nggak ada cadangan, ya sudah, biarkan mengering sendiri.

Dengan alasan ngadem maka cafe yang ada kopinya menjadi pilihan. Black coffee alias kopi hideung dipesan, sambil nyandar di sofa yang empuk lagi dingin. Nyaman nyaa..

Photo : Sajian black coffee di rest area 42 / dokpri.

Sajian black coffee memberi kecerahan dan semangat untuk tetap istiqomah, menuju jakarta demi laksanakan rapat yang merupakan tugas negara.

Macet ke arah jakarta dari sini hingga lokasi acara di Hotel Aryaduta Tugu Tani nggak usah dibahas, pokoknya maceeet. Yang pasti bisa datang sebelum pertemuan dimulai’

Mood booster yang kedua adalah sajian espresso single shot di cafe Hotel Aryaduta. Tidak sengaja, sambil menunggu undangan lainnya ya ngumpul dulu sebentar di cafe. Udah pasti yang dipesen adalah kopi, dimana pilihannya hanya espresso arau long black saja untuk aliran kopi hitam tanpa gula.

Disajikan dengan cangkir kecil putih standar espresso, ditemani sebuah kue, air putih dan sewadah gula serta krimer.

So pasti gula dan kawan-kawannya tidak disentuh. Tapi espresso sekali glek yang langsung menyebarkan semangat ke sekujur tubuh. Langsung rancingeus, bersiap ikutan meeting. Mata cekas selama meeting, meskipun dikala pulang harus berjibaku dengan kemacetan yang puaaaraaah bangeeet…. jam 20.00 wib dari Jakarta pusat dan mendarat di rumah tepat pukul 02.12 wib esok harinya (6,5 jam).

Ya sudah, yang penting tugas tuntas, ngopi lebih dua gelas, pulangnya langsung nge-gas, Upacara hari ibu di hari sabtu, siapa takuut. Wassalam (AKW).

Gayo Wine Stasiun Kopi

Cerita perkembangan blogku sambil menikmati sajian V60 Gayo Wine di dekat Situ Buleud.

Photo : Sajian V60 Gayo wine di Stasiun Kopi / Dokpri.

Perjalanan hidup adalah misteri, meskipun sering kita ingin semua yang akan terjadi adalah sesuai alur fikir diri. Padahal disitulah indahnya kehidupan, ketidaktahuan adalah berkah kehidupan.

Begitupun diriku bersama blog akwnulis.com ini yang sudah melewati tahun pertama. Yup, dahulu masih platform gratisan yaitu akwnulis.wordpress.com. Cukup menikmati dengan berbagai kemudahannya, terutama dari sisi ke praktisan bisa nulis di Smartphone, masukin image, tuntaskan editing dan posting saat itu juga tanpa perlu membuka laptop atau PC.

Kekurangannya cuma satu, ada iklan dari wordpressnya yang tentu tidak bisa diriku kontrol, dan yang keren adalah iklan yang tampil di blog wordpress ini akan sesuai dengan tema iklan yang pernah di klik oleh seseorang yang sering berselancar di dunia maya.

“Wah asyik, blognya banyak iklannya, traktir donk”

“Kamu teh punya villa ya?, kok iklannya vila mulu”

Berbagai pendapat yang memberi semangat untuk membuat blog tersebut menjadi lebih baik dan bebas iklan.

Itu bukan iklan aku hiks hiks hiks.

***

Alhamdulillah seiring waktu, blog inipun sudah menanggalkan embel-embel gratisannya. Namanya menjadi akwnulis.com, dan yang paling signifikan adalah halaman blog ini adalah bersih dari iklan. Sehingga lebih nyaman dalam membukanya.

Eh kok jadi bahas blogku seeeh, kita khan mau ngopi dan nongki-nongki…

“Siaap?…”
Meluncurrrrr

Photo : Salah satu sudut cafe yang bebas asap rokok / dokpri.

Memasuki halaman kafe terasa nuansa cozy yang dibangun. Jajaran kursi outdoor juga yang berada di dalam ruangan. Sebelah kanan langsung terlihat kesibukan beberapa pegawai dan tentunya kasir yang melayani pembayaran.

Yeaah, Akw sudah tiba disini, Stasiun Kopi Purwakarta.

Pilihan tempat di siang hari ini masih sangat mudah, apakah mau smoking room ataupun ruangan yang bebas asap rokok. Pastinya “No Smoking room” jadi pilihan, rekanku yang perokok ngikut aja. Giliran dia mau merokok, yaa tinggal keluar aja, gampang khan.

Photo : Lesehan outdoor Stasiun Kopi / dokpri.

Akw memilih tempat duduknya yang strategis, disamping jendela yang langsung bisa melihat ke arah luar. Jadi kalau janjian dengan seseorang, bisa langsung lihat siapa yang datang, apalagi kalau blind date, siapa tahu yang datang nggak cocok dengan profilenya, khan bisa siap-siap.

****

Sajian pertama adalah kopi Arabica Gayo wine yang menggunakan teknik manual brew V60 dan sajian kedua adalah ‘fied enoki mashroom’, itu tuh jamur enoki digoreng crispi disajikan dengan saos siap cocol. Panduan yang tepat untuk cemilan menjelang makan siang.

Banyak lagi menu lainnya, termasuk kata pelayannya adalah ‘steak maranggi’, tetapi berhubung perut masih agak terisi, ya ditangguhkan dulu pesan makanan beratnya hehehehe.

Kopi Gayo winenya sesuai ekpektasi, disajikan dengan botol server hario dan gelas kecil. Dituangkan perlahan di gelas, srupuuut…. nikmaaat.

Sebuah rasa khas gayo wine menggoyangkan lidah, memberi sensasi rasa fruity yang mengena, paduan rasa berry dan anggurnya memberi suasana berbeda. Meskipun memang cukup kuat rasanya bagi pemula, tetapi nikmatnya disana, disaat lidah dan perasa di sekitar mulut disergap aliran acidity yang medium high dengan body medium tetapi menebal rasa pahit dan asamnya di akhir lidah, sebuah sensasi rasa memberi kesegaran penuh makna.

Photo : Fried Enoki Mushroom siap dinikmati / dokpri.

Nggak lupa juga ngemil jamur enoki goreng crispi sambil berbincang bersama kawan, colek saus sambalnya baru masuk ke mulut, renyah garing dan nikmat, Alhamdulillahirobbil alamin.

Bagi yang penasaran dan kebetulan beredar di Kabupaten Purwakarta, posisinya di pusat kota di dekat Situ Buleud. Tinggal ketik di googlemap ajaStasiun Kopi Purwakarta’, pasti jumpa.

Oh ya, klo bawa mobil parkirannya bisa masuk ke halaman 2-3 mobil ataupun dipinggir jalan saja. Itu jikalau siang hari dan bukan .alam minggu, karena dimalam minggu jalan ini ditutup, menjadi arena rendervouz dan kuliner jalanan yang penuh sesak dengan manusia lalu lalang.

Trus giliran bayar, semua free. Alhamdulillah, Pak Bos Purwakarta datang menemui, menemani minum lopi dan nongki-nongki hingga akhirnya ngebayarin semua yang tersaji, “Hatur nuhun pisan Pak Bos RH”

***

Oke gitu dulu ya para pembaca setia blogku. Selamat menikmati blog ini tanpa iklan dan jangan lupa ngopi,

“Kenapa harus ngopi?”

“Karena pahitnya kopi dapat mengurangi atau menghilangkan pahit getirnya kehidupan”

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, Wassalam (AKW).

Arabica Karo Natural Tosca Cafe

Sajian manual brew V60 sambil menanti datangnya kereta.

Photo : Prosesi sang Barista beraksi / akw.

Menanti sang Argo Parahyangan datang ke haribaan perlu diisi dengan aktifitas yang positip. Positi versi aku.

“Tahu nggak contoh kegiatan positif?”
“Ya tahu donk, kegiatan yang bernilai baik dan bermanfaat”
“Aiiiih pintar kamuuu!!”

Nah di Gambir ini ada tempat langgananku, agar makin segar serta berfikir positip setelah otak dan raga berjibaku dalam suasana kerja di ibukota negara.

***

Pilihannya jatuh sama sahabat setia, cafe Tosca coffee di Gambir. Sambil menanti kereta yang belum tiba, saatnya berbincang santai sambil nyruput kopi pilihan sang Barista, kopinya Karo natural yang tersaji segera.

Dengan corong V60nya, air panas 92° celcius serta pola penyeduhan yang bertingkat agar ekstraksinya maksimal, berharap sesuai cerita akan muncul rasa nangka. Benarkah?…

Segera sang Barista Tosca coffee beraksi. Jangan ditinggalkan dan terima hasil saja, nikmati juga prosesnya. Perhatikan detailnya, disana ada suatu perpaduan nilai seni dan rahasia setiap barista. Bahwa cara yang berbeda menghasilkan rasa yang tak serupa, meskipun dengan biji kopi yang sama. Percaya teu?…

Terserah dech….. egp.

***

“Silahkan Bang, persembahan kami, manual brew Karo natural” sebuah kalimat yang di nanti. Segera disambut dengan sukacita, gelas kecil dan satu lagi, botol gelas saji berisi 228 ml kopi tanpa gula.

Photo : Sajian ciamik kopi arabica Karo natural versi Tosca coffee / akw.

“Kok tahu jumlahnya 228 ml?”

“Gaul donk… hehehehehe. Jadi gini. Sang Barista tadi nyiapin air panasnya 250 ml trus biji kopinya 15 gram. Di giling, diseduh perlahan dan berekstraksi. Nah residu di filternya itu ada sisa air panasnya sekitar 22 ml”

“Ampyuun… ngejelimet amat hidupmu. Nyeduh kopay aja di itung… cape dech”

“Lhaaa kok Situ yang pusing?, jangan nanya klo gitu mah.”

Perdebatan yang nggak penting, tapi itulah seni hidup. Terkadang yang nggak penting kata orang lain, mungkin penting untuk diriku, atau sebaliknya. So simple.

Yuk ah… sruput duluuu….

***

Aroma harum menyentuh hidung, rasa tipis di awal membawa acidity medium dan body medium arabica menyentuh lidah dan mulut. Lalu rasa tipis berubah menebal di akhir lidah, taste nangka yang dijanjikan hadir selarik rasa, sepintas ingatan.

“Bisaan euy”

Senyum sang Barista terlihat senang, begitupun diriku. Belajar menikmati proses hingga akhirnya menyecap hasil racikan kopi, yaitu jenis arabica Karo Natural.

“Kereta Argo Parahyangan dari Bandung telah tiba di jalur dua,…… dst”

Sebuah pengumuman khas yang memisahkan kebersamaan ini. See you next time, Barista Tosca dan kopinya. Wassalam (AKW).

Kopi Ethiopia Duromina Sejiwa

Menikmati kopi afrika bersama ibu negara.

Photo : Sajian kopi Arabica Ethiopia Duromina / akw.

BANDUNG, akwnulis.com, Bangunan lantai 2 bercat putih dengan kaca bening memberi akses pandangan menerawang dan terbuka. Terletak di Jalan Progo Kota Bandung, bernama Cafe Sejiwa.

Melewati cafe ini sangat sering karena dekat dengan tempat bekerja kadang sambil jalan kaki di pagi hari dan dipastikan masih tutup. Di kala sudah buka, nggak punya waktu untuk sekedar mampir. Ya sudah, nanti aja kalau sempet.

Apalagi Ibu negara juga reques, pengen nyoba nongki disitu. Ya sudah cocok deh. Perlu kordinasi dan diskusi lebih lanjut. Kemungkinannya di hari wiken, klo nggak sabtu ya minggu.

Tapi, itupun masih ada tapi. Ibu negara juga dines antara sabtu dan minggu.

‘Garuk garuk nggak gatal deh‘ (garo garo teu ateul, bhs sunda).

Akhirnya mah gimana nanti sajaaah..

***

Ternyata, takdir itu memang rahasia kawan.

Ibu negara kebetulan ada tugas di dekat kantorku, dan jam istirahat bisa dimanfaatkan ngopi bersama, alhamdulillah.

Mau cerita makanan di Cafe ini ya?”
“Nggak, aku mah mau cerita sajian kopinya”

“Ih gitu kamu mah, kirain mau review sajian makanan dan minumannya!!!”

“Jangan marah atuh, da aku mah pengen nulis kopi, yaa tambah suasana lainnya yang bisa dirasakan langsung”

“Ya nyerah, gimana kamu aja”

Bukan tidak mau menulis tentang makanannya, tapi khan memang nggak makan. Ntar nggak obyektif. Jadi inilah cerita tentang kopi yang tiada henti.

Trus juga jangan nge-judge, “Kok ngopinya kopi di luar jawa barat atau malah kopi luar negeri, nggak cinta kopi jabar ya?”

Diriku ini dengan segala keterbatasan, yaa ngopi sesuai dengan stok kopi yang ada. Trus kalau di cafe, situasional. Jikalau ada sponsor maka coba yang specialty coffee. Tapi klo sendirian, yaa cari kopi yang harganya terjangkau dengan saku.

“Ih kapan cerita kopinya?”
“Bentaaar atuh laaah”

***

Yang disajikan sesuai pesanan adalah kopi arabica Ethiopia Duromina.

“Kenapa milih itu?”
“Karena harganya tengah-tengah”

Jadi dari penelusuran singkat di daftar menu yang bejibun, khusus untuk manual brew terbagi menjadi 3 pilihan. Ada kopi lokal, kopi internasional dan terakhir specialty.
Nah kopi internasionalnya arabica Ethiopia Duromina.

Yang bikin bangga, specialty coffeenya adalah Arabica Gunung Puntang, alhamdulillah. Tapi nggak pesen itu karena baru kemarin nyeduh sendiri di kantor.

Sekarang ke kopi ethiopia yaa…. klo liat tulisan di botol kopinya, ada taste notenya stonefruit, blacktea, bergamot, cocoanibs.

“Naon eta?”
“Stonefruit itu bisa apel, apricot dan cherry, bergamot sejenis jeruk dan cocoanibs adalah biji cocoa”

Cuma karena keterbatasan pengalaman rasa dan memang bukan tukang icip icip rasa kopi, jadi yang dapat dirasakan tastenya memang acidity medium dengan selarik rasa segar jeruk serta rasa pahit yang simpel, menebal diujung, baru itu saja.

Photo : Kopi dan laptop = kerja sambil ngopay / akw.

Oh iya, sajian Arabica Ethiopia Duromina ini dengan menggunakan metode manual brew V60. Disajikan dalam nampan mini beralaskan kertas dengan tulisan ‘sejiwa’, botol servernya bener-bener botol dan cangkirnya menggunakan cangkir espresso warna coklat ditambah dengan segelas sedang air putih dengan es batu.

Ibu negara asyik dengan hidangan dan minumannya. Alhamdulillah, akhir kesampaian berdua nongkrong disini meskipun dalam waktu yang terbatas.

Euh, ada sedikit agak kurang nyaman. Pas ke toiletnya, ternyata bekas seseorang merokok. Akibatnya asap bergulung di dalam toilet yang sempit dan terasa begitu menyesakkan. Cuma posisi terjebak karena nggak kuat nahan kencing. Jadinya kencing sambil menghirup asap rokok dalam ruang sempit, nasiib.

Udah ah, yang pasti untuk sajian kopinya enak. Harga persajian kopi manual berkisar antara 25ribu – 55ribu. Srupuuut, tandas. Hatur nuhun (AKW).

Kopi & Rejeki

Bisa menyeruput kopi itu adalah rejeki, maka bersyukurlah.

Photo : Sajian Kopi Luwak Arabica Preanger / akw.

BANDUNG, akwnulis.com, Ketika ada sebagian rekan yang komplen, karena dianggap ngafe melulu demi nyeruput kopi. Trus bikin tulisan yang memunculkan hasrat keinginan mencicipi (kabita), muncul dilema.

Bukan maksud memamerkan kenikmatan nyruput aneka kopi, tetapi memang nikmat, “Kumaha atuh?”

Jadi dari lubuk hati yang terdalam, mohon dimaafkan diri yang fana ini. Jikalau tulisan ngupi-nya bikin ngences…. emang nikmat bingit brow heu heu heu.

Saat yang sama ada juga yang menyangka diri ini memiliki bertumpuk kopi aneka sumber yang nggak pernah habis…. Amiin Yaa Robbal Alamin.

Justru dengan kehadiran kopi yang terbatas maka diabadikan melalui tulisan serta photo pribadi sehingga tidak hanya menikmati secara langsung tetapi juga merasakan secara imajinasi dengan membaca tulisan.

Yang masih penasaran, monggo DM. Klo stok masih ada dan tentu waktu luang plus dispenser ada air siap minumnya, maka dibuatin dengan seduhan via corong V60 di ruanganku, “Nah, adil khan?”

Untuk yang di cafe atau kedai kopi, silahkan saja beredar sendiri atau ngajak akuuu… jangan lupa nraktirrr yaaa.

***

Sebagai contoh, ini salah satu ceritanya.

Beres rapat di salah satu kantor pemerintah di Jalan Braga Kota Bandung. Sebuah penawaran dari pejabat di Bapenda, sulit untuk ditolak. Dengan berjalan kaki menyusuri trotoar serta 2 kali menyebrang. Tiba lah di Restoran Braga Permai.

Tujuannya?… Ngopiiii.

Yach rejeki nggak mungkin ditolak, dan sekarang kesempatan menikmati Kopi specialty di sinih…

Kesempatan berharga ini sungguh sayang untuk dilewatkan. Maka pesanan 2 set Kopi Luwak Arabica Preanger ala Resto Braga Permai menjadi pilihan bersama.

Singkat cerita, kopi yang dipesan sudah tersaji. Harumnya mana tahaaan.

Srupuut barengan…

Aromanya harum, body medium cenderung tebal di akhir kata eh di akhir lidah. Acidity medium high alias haseum pisan (please… jangan bayangin pantat luwak). Taste fruitty plus tamarin.

“Harga hampir 100ribu per sajian juga nggak terasa berat kok, karena dibayarin hehehe. Nuhun Pa F”

Sambil ngobrol ngaler ngidul dalam waktu terbatas, akhirnya kopi yang tersaji tandas.

Nah itu contohnya. Mangga atuh dikantun heula, Wassalam (AKW).

Kopi Arabica Amungme

Menikmati kopi Papua dengan metode seduh V60.

BANDUNG, akwnulis.com, Jumat pagi, idealnya berolahraga sebelum bekerja. Tetapi karena tuntutan tugas maka olahraganya dipending dulu. Kembali berbaju batik, celana panjang hitam tapi sepatu tetep sepatu olahraga warna hitam.
Siapa tahu ditengah kesibukan bisa sambil ber-jogging sejenak.

Berpapasan dengan beberapa kawan dari unit dan divisi lain, mereka berbaju olahraga lengkaaap… aiih pengen.

Tapiii…. nggak mungkin ah.
Bete dech.

***

Disaat menghela nafas mencoba mengurangi ke-bete-an. Ternyata dihadapan sudah ada Bu Hj N nenteng sebungkus kopi, “Pak, ini kopi papuanya buat bapak!”
“Alhamdulillah bu, hatur nuhun”

Woaaa.. badmood sekejap hilang, tergantikan dengan kesenangan untuk menyeduh kopi yang terbungkus wadah hitam mengkilat keemasan.

***

Ucapan terima kasih dilanjutkan dengan gerak cepat, mengingat acara rapat pukul 09.00. Berarti ada 1,5 jam lagi… yaa 45 menit buat ngopi cukup, sisanya buat prepare meetingnya.

Teko pemanas air segera diisi dan langsung nyolok ke listrik. Filter dipasang, timbangan digital bersiap. Bejana server sudah siap karena memang selalu ada di meja disertai termometer batang yang khusus buat ngukur suhu air. Jadi jangan takut kotor bekas dikempit ketek hehehehe.

Trek!!!

Suara ketel yang mati otomatis karena panasnya sudah mencapai maksimal.

Cuurr… air panas menggelegak dimasukan ke bejana kaca bercorong panjang, di diamkan sesaat. Tujuannya supaya airnya nggak 100° celcius tapi turun ke 90°-an celcius.

3 menit berlalu dan termometer menunjukan suhu 91° celcius, inilah saatnya.

Eh jangan lupa kertas filternya dibasahi dulu, protap wajib tuuuh.

***

Kopi arabica Amungme Gold ini berasal dari Povinsi Papua tepatnya dari Gunung Nemangkawi. Nama amungme sendiri berasal dari nama suku di Papua yang mulai membudidayakan atau menanam kopi disana. Varietas kopi arabica dan diolah secara organik. Kopi ini disebut juga sebagai ‘kopi termahal‘…

“Serius?”
“Serius banget, maksud termahal ini adalah proses pengangkutan setelah panen ke tempat roasting dan pengepakan itu butuh diangkut helikopter bukan jalan darat, jadi kebayang mahalnya khaaan!”

“Iya bener juga”

Aku tersenyum, meskipun harga dipasaran tidak semahal itu. Dijual kisaran 185K – 200K per 250 gram, udah banyak juga yang jualan online.

Segera teko kaca beraksi mengantar aliran air panas menari diatas kopi yang sudah pasrah diatas corong V60. Haruum….

***

Nah untuk rasa, bentarrr kita sruput dulu….

_srupuuut__

Keharuman menyeruak memberi sensasi kesegaran. Bodynya strong, pahit yang kuat dengan citarasa khas, tapi ada taste mocca juga selarik karamel yang memberi perbedaan. Aciditynya low, lebih dominan body yang kuat. Nikmat.

Udah dulu yaa….

Nggak bisa menikmati berlama-lama, karena persiapan meeting sudah menanti.

“See you next time guy, have a nice day”

***

Segera raga ini bergegas ditemani kawan-kawan 1 divisi. Menyebrang gedung memasuki basement, disitulah tempat meeting pagi ini. Wassalam (AKW).

Menikmati Kopi Bajawa.

Kopi Toraja Bajawa di sela-sela kerja, cemungut.

Photo : Sajian Manual brew Kopi Bajawa / akw.

BANDUNG, akwnulis.com. Semilir angin sore menjejak di dasar hati. Memberi sedikit ruang kesegaran ditengah himpitan tugas yang datang bagai gelombang laut di pantai selatan Pangandaran.

“Naha bawa-bawa pantai pangandaran?”
“Khan kemarin baru dari sana, tapi nggak sempet nikmati pantai karena tugas yang berbarengan, trus mogok mobilnya, jadi aja… (ih malah curcol beginih.. heup ah)”

Salah satu hiburan ditengah gencarnya tugas adalah ngopi. “Lhaa ngopi lagi, ngopi lagi, nggak ada yang lain?”

Dijawab perlahan, “Nggak ada”
“Yach terserah deh”

Akhirnya sang kaki menyeret raga menapaki trotoar Jalan Banda seakan tanpa tujuan. Lalu belok kanan ke arah Jalan Bahureksa. Lurus saja bergerak sambil bersiul, padahal tugas kerjaan masih menggamit mesra pikiran dan perasaan.

Berjalan lurus menuju tujuan hingga akhirnya tiba di tempat yang dituju.

Tetapi….

Mengingat waktu yang terbatas dan tugas yang terus menguntit tanpa belas kasihan. Jadi waktu yang terdia harus digunakan secara efektif dan efisien.. ahaay bahasa dewa.

Masuk ke kafe yang dimaksud, woaah menyenangkan sekali. Sebuah konsep resto dengan menyajikan aneka makanan sehat. Tertera juga di tembok belakang sebuah motto yang menggelitik, ‘Let’s pay to the farmer, Not the pharmacist’

…. eits jangan dulu review kafe ini. Ntar klo udah menikmati sajiannya juga bersama istri tercinta, baru coba kita ulas.

Sekarang mah kembali fokus ke sajian kopi yang sedari tadi dinanti-nanti. Kopi asli dengan manual brew V60 dan biji yang dipilih kali ini adalah Kopi Bajawa.

***

Jreng……

Sajian manual brew V60 kopi Bajawa tersaji dengan gelas mini dan server ukuran 250 ml berbentuk labu kaca untuk percobaan di laboratorium.

Photo : Bean kopi Bajawa, photo doang / akw

Langsung dituangkan, pegang, sruput…. suegerrrr. Harum menyentuh ujung hidung. Acidity dan body kopi medium menyeruak di lidah memanjakan urat perasa hingga menyebar ke syaraf otak dan menenangkan pikiran yang begitu rumit memikirkan aneka tugas pekerjaan.

Sesaat terasa damai dan dalam waktu yang sama memberi kembali percikan semangat dan motivasi untuk terus bekerja demi nusa dan bangsa juga keluarga.

Untuk taste agak susah mendefinisikan karena mungkin terburu-buru, tetapi ada sedikit rasa karamel yang hadir di ujung rasa pada saat kopi habis menuju lambung.

Sajian kopi Bajawa sekitar 240 ml ini bisa dinikmati berulangkali karena gelas minumnya mini, ya bisa 6 – 8 sloki.

Akhirnya 15 menit waktu refresh sudah lewat, dan sajian kopipun tandas sekejap. Nikmat pisan. Wassalam (AKW).

***

Catatan : beres minum langsung berlari menuju kantor.. cussssss…. oh iya, nama Cafenya GreensandBeans berlokasi di Jalan Bahureksa Kota Bandung.

Kopi Arabica Organik Gayo

Menikmati Kopi Arabika Organik Gayo dari Kawan lama.

Photo : Kopi kiriman yang siap disruput / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Di kala mentari mulai berani menampakkan diri, sinarnya mengantar kehadiran raga ini di kantor tempat kerja terkeceh (buat aku mah terkeceh pokoknya.. jangan protes).

Pas kaki baru saja menjejak tangga di teras kantor, terdengar suara tegas bapak satpam, “Selamat pagi pa, ini ada paket buat bapak”
“Woah paket apa?”
“Nggak tau pak”
“Oke, terima kasih yaaa”

Penasaran juga, dilihat nama dan alamat tujuannya bener ke diriku. Pengirimnya tertulis ‘Mr Hendri-Riau’.

Ohhh…. Pak Hendri, karib lama yang satu tahun lalu harus kembali ke Riau setelah bersama-sama bekerja di Gedung Sate selama istrinya tugas belajar di Bandung.

***

Sret!!… tajamnya mata gunting membuka perlahan bungkus paket. Bungkus berwarna perak menyembul dan terlihat tulisannya.. coffee.

Alhamdulillahirobbil alamin, ternyata dikirim kopi organik aceh gayo, hatur nuhun pisan pak Hendri.

Nggak pake tunggu menunggu, peralatan sudah ready kok. Ketel listrik dinyalakan, kertas filter V60 dipasang pada corongnya, timbangan digital sudah standbye dan teko kaca leher angsa lengkap dengan termometer sudah nggak sabar pengen nganter air panas bercumbu dengan bubuk kopi organik aceh gayo jenis arabika.

***

Prosesi seduh manual berjalan sempurna, ekstraksi bergerak sesuai rencana. Komposisi 1 : 15 dengan panas air 91° celcius menghasilkan tetesan cairan kopi asli yang tak mungkin ingkar dari janji rasa sejati.

Photo : Sebagian peralatan ‘perang’ / dokpri.

Aroma harum, bodinya dan aciditynya medium sementara untuk taste-nya ada selarik rasa buah-buahan tapi tidak spesifik. Yang menarik adalah diakhir rasa, atau pas tandas di telan melewati tengggorokan, terasa ada sisa rasa manis segar, “Mungkin karena kopi organik ya?”

Yang pasti mah, kembali bersyukur kepada Allah SWT yang dengan kuasanya menggerakkan hati pak Hendri sehingga mengirimkan bubuk kopi nikmat jauh-jauh di seberang lautan hingga tiba di hadapan, sekali lagi, Alhamdulillahirobbil alamiin.

Akhirnya prosesi seduh kopi arabica organik gayo tuntas, membawa rasa nikmat kopi organik disertai kenangan manis bersama pak Hendri. Terutama, pas disopirin sama beliau di daerah Bungbulang – Pakenjeng Garut Selatan, tetap ngebut padahal jalanan begitu berkabut.

Sekali lagi nuhun pak Hendri. Wassalam (AKW).