Double Espresso – Crown Hotel Bdg

Ngopi sambil kerja, pasti bisa.

Photo : Secangkir Double Espresso Home Blend Crown Hotel Bandung / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com, Perjalanan sebuah perusahaan tentu tidak lepas dari suka dan duka, tetapi satu hal yang menjadi sangat esensial adalah ‘Asbabun nuzul’, asal mula dari semua yang detik ini mengemuka.

Paragraf awal ini terinspirasi dari pidato Gubernur Jabar pada pembukaan acara Review Kuartal VI Bank BJB di Crown hotel, Bandung (23/01) yang menekankan tentang ‘Jas merah’, jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Poin penting bagaimana peran bank plat merah ini dalam pembangunan di Jabar, keberpihakannya kepada masyarakat mikro dan minimikro serta harapan besar menjadi Bank buku VI di Indonesia.

“Ngopinya mana?”
“Ih ntar dulu, sabaar, ini lagi dengerin pidato”

Jadi treatmen pa Gub terhadap BJB itu dengan ilustrasi cerdas, yaitu dikala terasa ada sesuatu yang salah dalam tubuh ini tentu perlu pengobatan dan dokter memberi resep lalu pergi ke apotek. Pilihannya dua, ada obat batuk rasa strawberry atau obat batuk hitam (OBH), kalau kasusnya sakit batuk.

Jadi bersiap dengan solusi yang ‘manis ala strawberry’ atau rasa pahit yang menggetirkan tetapi semua bertujuan menyelesaikan penyakit atau masalah, tentunya bertuan demi kemajuan BJB dan Jawa Barat.

Nah, untuk kopinya diwakili oleh sajian double espresso dengan beannya home blend Crown hotel. Rasanya pasti strooong dengan body yang tebal, bikin cénghar dan melotot sepanjang acara.

“Gitu aja?”
“Iyaaa….. “
“Teu puguh ah”
“Terserah”

***

..dan dua cangkir double espresso-pun tandas serta mengakhiri perdebatan penting ini. Wassalam (AKW).

Longblack Sejiwa

Memulai hari bersama sajian kopi yang memberi asa dalam diskusi

Photo : Secangkir Longblack membawa inspirasi, abaikan cake red velvetnya ya, bukan punyaku / dokpri.

PROGO, akwnulis.com, Sekuncup harap bersua nyata, semisal hanya ingin mencoba nikmati rasa tanpa harus bersusah payah memproses dengan daya upaya.

“Lagi malas bikin sendiri ya mas?”
“Kamuuh tau aja, kali-kali ngafee donk”

Cakap singkat di pagi yang sendu, semakin menebalkan ingin menguatkan harapan bahwa nyruput kopi akan semakin memberi arti indahnya hari ini.

Ternyata, gayung bersambut, harap dan nyata berjumpa, diawali dari sebuah perintah singkat untuk menemani ibu bos mengikuti meeting singkat di pagi ini.

Tak perlu pake lama, setelah merapihkan berbagai dokumen yang terserak di meja. Membawa bahan seperlunya, bergegas menuju tempat pertemuan, sebuah tempat yang suka dijambangi jikalau ada waktu di hari libur bersama istri tercinta, Cafe Sejiwa.

Salam kenal dan bertukar nomor kontak otomatis berjalan, cakap ringan hingga esensipun mengalir lancar. Meskipun disaat ingin menikmati sajian manual brew V60nya belum tersedia, agak masgyul siih. Tapi ini masih pagi, pukul 08.00 wib, yaaach wajar aja. Akhirnya hasrat bercengkerama dengan si kopi hitam dipenuhi dengan sajian hot longblack dengan beannya home blend cafe ini.

Alhamdulillah, kopi pertama hari ini. Perbincangan bersama tetamu dari Bank Mandiri berlanjut ditemani sedikit canda tetapi tetap fokus kepada tema tentang peluang investasi dan keanekaragamannya.

Sajian secangkir kopi hot longblack, membuka kenikmatan kopi hari ini. Meskipun beda dengan kopi racikan manual, tetapi tetap nikmat dan menyegarkan. Kemoon ngopay.

Ditambah lagi dengan menu sarapan berbasis buah-buahan segar. Anggur dibelah menemani irisan pisang dan dikawal barisan strawberry yang ranum memukau berpadu dengan oatmil menghasilkan padanan nyaris sempurna. Bicara rasa, jangan tanya, tetap pada dua pilihan, enak dan enak bingiit. Wassalam (AKW).

Kopi Gayo Sarawaloh

Nyruput kopi gayo lagi di Colony Cafe.

Photo : Sajian Kopi Gayo Manual brew V60 / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com, Di saat pilihan tersaji, tidak usah bingung mikir dan nanya sana-sini. Cara terbaik adalah melakukan pilihan segera.

“Lho hati-hati mas, pilihanmu itu akan menentukan nasib bangsa 5 tahun ke depan”

Aku terdiam, sedikit bimbang. Tapi ya… itu tadi, pilihan harus segera diputuskan karena waktu istirahat kantor akan segera berakhir.

“Emangnya kamu moo milih apa mas?” pertanyaan melunak dari kawan yang terkena demam pilpres 2019

“Ini… milih kopi.”

“Sialan kamuuu!!!!”

Tawa berderai, karena kesalahfahaman. Tetapi beda pemahaman itu wajar, selama kita berdiskusi dan berbagi informasi tanpa dilandasi iri dengki. Bicara pilpres tidak usah dilebih-lebihkan, nanti saja hadir di tanggal 17 April 2019 dan gunakan hak pilih masing-masing, titik.

***

“Saya coba kopi Gayo-nya Kang”

“Oke Kakak…. pake metode apa?”

“V60 saja”

“Siapp”

Langsung Sang barista beraksi, mempersiapkan peralatan perang dengan keyakinan diri. Komposisi 15:15 menjadi patokan, panas air 90° tentu diutamakan. Biji di giling 15 gram dan tidak lupa kertas filter dibasahi dulu demi ritual keamanan dan keabsahan prosesi.

Setelah biji hasil penggilingan berada di atas kertas filter maka proses blooming dimulai, aroma harum menyeruak, menyapa cuping hidung yang tak sabar untuk menghirup segarnya rasa.

Proses penyeduhan berlangsung dalam suasana akrab. Tidak lupa, Vidi sang barista Colony Coffee diabadikan dalam pose seriusnya. Prosesi manual brew V60 yang mengekstraksi biji kopi arabica Gayo.

***

Dilihat dari bungkusnya, ini kopi Arabica Natural yang ditanam di ketinggian 1.300mdpl berlokasi di Pondok Baru Kabupaten Bener Meriah Aceh.

Photo : Vidi, sang barista Colony coffee sedang beraksi / dokpri.

Kata Vidi sang Barista, ini kopi Gayo Sarawaloh, varietas kopi the best yang mendunia…

Wah menyenangkan, penasaran dengan nama ‘sarawaloh‘, langsung nanya mang gugle… tapi tulisan yang ada di jagad maya sangat terbatas tentang istilah ini, lebih banyak merujuk kepada nama kopi yang dijual via e-commerce dengan berbagai keunggulan rasa serta kehebatan lainnya.

Sudahlah… itu mah nanti searching lagi. Sekarang saatnya menikmati.

“Mau di gelas atau di shoot Kang?”

Pertanyaan mendadak yang bikin sedikit tergagap. “Pake botol server donk, supaya suhunya tetap terjaga”

“Oke”

Segera dituangkan sajian kopi ke botol server dan sekaligus diberi gelas untuk meneguknya sekaligus berfungsi untuk menjadi tutup botol server.

Srupuutt……

Aroma oke, dengan body lite nggak bakal bikin kaget bagi yang baru pertama kali minum kopi tanpa gula, nah giliran acidity yang medium dengan taste buah-buahan khususnya mendekati ke arah rasa jeruk, seger pokokna mah.

Alhamdulillah, dari sisi harga 30ribu/sajian udah termasuk pajak pelayanan. Nama cafenya Colony cafe terletak di Jalan Sumatera Bandung sebrang SMPN 2 Bdg. Itu sebenernya gabungan dengan rumah makan sehingga bisa menjadi pilihan kongkow keluarga atau urusan kerjaan, tentu jangan lupa dinikmati sajian kopinya. Haturnuhun (AKW).

Bukan Kopi tapi Makanan Sehat-i

Bukan hanya kopi tapi makanan sehari-hari bisa menjadi inspirasi.

Photo : Soup buah ala Serasa / dokpri

CILAKI, akwnulis.com, Setelah membombardir kawan sahabat, kenalan, bos-bos dan berbagai kontak di aplikasi whatsapps dengan link tulisan blogku ini, ternyata feedbacknya variatif. Mayoritas memuji tetapi ada juga sebuah cibiran yang mengiris hati. Trus dari sisi kesadaran membaca isi blog via link yang dikirimkan via japri, ternyata masih dibawah 50%… oalaaah, kebanyakan baca judul dan mini judul… udah aja ngasih simbol jempol.

“Lho kok tau panjenengan?”

“Jamannya wis canggih, ada data statistik yang bisa diolah lho”

Tapi tidak mengapa, itu semua nggak bakalan ngelunturin semangat menulis ini. Meskipun nulis tanpa kerangka baku, yang penting aliran ide dalam kepala menjadi buah pikir yang tersaji melalui tulisan, meskipun bukan cerminan utuh diriku yang fana ini.

Photo : Kopi Luwak Lembah Cimanong dijagain sama tikus besar.. eh luwak aneh / dokpri.

Banyak juga yang komplain dengan tulisan nglanturku tentang kopi.

“Kopi lagi kopi lagi”

“Mbok ya ngirim kopinya gitu lho, bukan tulisan aja”

“Bosen ih, ganti nulis yang lain donk”

Tapi tidak sedikit yang mendukung, apalagi dilanjut ngajak ngopi… ini yang asyik. Ada juga yang ngirim sampel kopi untuk diseduh sendiri dan minta dibuat review di blog ini.

Alhamdulillah, dengan tulisan tentang kopi, blog ini terus bisa tersaji. Karena kopi itu bisa ditulis dari berbagai sisi dan dimensi. Terkadang miliki makna hakiki atau juga hanya menjadi perlintasan malam yang sepi.

Kini menulis tentang hal bisa, yaitu menu makan siang. Hal yang biasa tetapi ternyata miliki berjuta makna.

Konsepnya adalah makanan berbasis sayuran dan buah, tetapi dengan penyajian yang apik biss memberi nilai tambah dan tentu urusan harga bisa berbeda.

Photo : Sajian salad roll ala Serasa yang ciamik / dokpri

Makan siang kali ini, adalah Salad roll dan soup buah ala Cafe Serasa yang bertempat di Jalan Cilaki Bandung, depan Pet Park dech atau klo yang doyan makanan jepang, diseberang bunderan Shabuhaci.

Aneka sayuran dibungkus pake kulit kayak lumpia gitu tapi tipis banget sehingga terlihat transparan. Dalamnya ada wortel, paprika, mentimun, kol ungu dan apalagi yaa?… disajikan dengan dressing home made yang rasanya enak.

Capit pake sumpit, celup ke mangkuk kecil dressingnya.. happ, nyam.. nyaam.

“Kenyang nggak?”

“Nggak euy hehehehe”

Buat ngenyanginnya pesen soup buah yang ditata ciamik, diatasnya ada taburan cornflake. Buahnya potongan apel, buah naga, semangka, mangga, melon dan…. euh keburu abis dimakan.

Oh ya dressingnya itu yoghurt lembut dengan rasa halus, terasa menyatu disaat masuk ke mulut, ada sedikit asam dan segurat rasa manis.

Gitu dech makanan kali ini, insyaalloh makanan sehat dan sehat-i, Wassalam (AKW).

Kopi Luwak Lembah Cimanong

Ternyata, hampir saja sebuah rasa terlewati waktu yang tak mau memberi jeda.

Photo : Tampilan Kopi Luwak Lembah Cimanong dengan bungkus merahnya, abaikan penampakan mix rosegoldnya yaa / dokpri.

GEDUNG SATE, akwnulis.com, Hampir 3 bulan dikau teronggok begitu saja diantara koleksi kopi yang datang silih berganti. Tetapi tanpa banyak tanya, tetap santai jalani semuanya dengan setia.

Satu bulan lalu akhirnya dibuka, lembar merah bungkusmu mulai tersobek oleh sebuah keinginan. Sebesar harapan akan nama besarmu, kopi luwak.

Tetapi sebelum bijimu menyentuh grinder, tiba-tiba tertahan oleh sebuah keadaan. Karena sang indra penciuman belum menemukan aroma yang diharapkan. Padahal begitu besar perkiraan bahwa aromanya akan membahana memenuhi ekspektasi kehidupan. Akhirnya kembali bungkusan merah dikau terdiam dan mengonggokkan diri di meja eksekusi. Menanti proses ekstraksi yang tak pasti.

***

Hari ini, setelah menyeduh manual dengan V60 kesayangan stok kopi yang ada. Tiba-tiba tatapan ini tertuju pada bungkus merahmu.

“Mau dicoba Kopi Luwak Lembah Cimanong?”

“Hayu Kang, kita jajal” jawaban serempak 2 kawan dari divisi lain yang saat ini bernasib sama, galau karena perubahan lembaga. Tapi daripada galau mendingan dinikmati sambil minum kopi.

***

Langsung corong V60 dpasangin filter. Bean yang ada dalam bungkus merahmu ditimbang 30 gram, dimasukan grinder dan digiling dengan ukuran variatif, supaya bisa keluar beraneka bentuk yang nantinya memberi sensasi rasa berbeda.

Air panas ngejetrék, tandanya sudah siap. Dituangkan di teko kaca Suji berleher panjang. Langkah awal digunakan nyiram kertas filter. Lalu dipasang termometer, air raksa bergerak perlahan dan akhirnya terdiam di ukuran 90° celcius. Sippp.

Jangan lupa air pembersih filter dibuang dulu. Air panas 300 ml sudah ready. Bubuk kopi dituangkan di corong V60, air panas 90° derajatpun beraksi. Awalnya untuk proses blooming dulu dilanjutkan dengan sentuhan hakiki, proses ekstraksi melalui pertemuan air panas dan biji kopi yang sudah membelah diri.

Tak berapa lama, tetes demi tetes hadir di gelas server. Bersiap untuk menikmati.

“Mangga atuh, silahkan”

Gelas server berisi cairan kopi luwak lembah cimanong disorongkan dan serempak rekanku sudah memegang gelas kaca masing-masing.

Currr……

….

Srupuuut….
Srupuuttt…..

“Ow may gattttt… enak euy” itu reaksi pertama dariku. Ternyata ada sesuaty yang terpendam selama ini.

Dari awal memang agak kurang tertarik sama dikau karena aromanya hambar, nyaris tidak ada. Jadi disimpulkan sementara, ah rasanya biasa saja, padahal mahal belinya.. agak nyesel tadinya. Klo nggak salah 125ribu/100gram bean hasil roastingnya.

Ternyata, body-nya nampilin level medium yang layak dinikmati dan yang paling keren adalah Acidity-nya, kerasa bangeeet…… sebuah keasaman rasa yang nyaris sempurna tanpa diganggu bayangan pantat luwak yang pernah mengeluarkan biji kopinya.

Trus yang bikin meringis adalah sensasi ‘Ninggal‘-nya, sebuah ungkapan sederhana yang bermakna bahwa dibelakang lidah terasa menempel rasa asam dan sedikit kegetiran dalam waktu yang cukup lama padahal kopinya sudah lewat dan ngendon di lambung kita.

Enak pisan itu rasa yang tertinggalnya… ruar biasa.

***

Maafkan daku yang sudah menyia-nyiakan dikau, hai kopi luwak lembah cimanong Ciwidey, kamuuh luar biasaaa…

Kamipun bertiga menikmatimu sambil menanti perjalanan waktu hingga adzan magrib membahana di Mesjid Almuttaqien. Wassalam (AKW).

Jalan Kaki & Kopi

Berjalan kaki rutin sambil mengejar kopi untuk diseruput itu adalah ‘sesuatu’

Photo : Trotoar di Jalan Banda / dokpri

BANDUNG, akwnulis.com, Berjalan dipagi hari di lapangan seperti Gasibu dan Saparua memang menyenangkan, tetapi semakin banyak orang yang sadar bahwa olahraga itu kebutuhan dan fasilitas lapangan yang ditata apik semakin baik maka berlari kecil, berjalan cepat atau jalan santai sekalipun jadi bejibun banyak orang.

Trus menyiasati berolahraga di hari kerja juga tentu agak sulit mengatur waktunya. Pernah berfiķir jam 06.00 wib udah di kantor jadi bisa berjalan-jalan keliling gasibu atau area gedung sate. Ternyata agak sulit dilakukan jikalau rutin tiap hari karena harus berangkat jam 05.00 wib dari rumah, maklum rumahnya berposisi di bandung coret.

Kecuali hari jumat, karena ada agenda rutin shubuh berjamaah dan pengajian di mesjid AlMuttaqien maka setelah itu bisa digunakan berjogging ringan sebelum memulai mengerjakan tugas-tugas yang ada.

Tapi…. seminggu sekali nggak cukup brow.

“Gimana kalau rutin tiap hari bergerak atau minimal berjalan 30 menit?”

“Hayuu… siapa takuut”

***

Maka pembiasaan dimulai, dicoba sambil menuju tempat makan siang. Jadi sebelum jam 12.00 wib, sudah prepare.

“Duh sholat berjamaah dhuhur gimana?”

Bisa kita coba di mesjid lain selain gedung sate saja. Tepat jam 12.00 wib, langkah dimulai, ‘Al awalu bin niat’… berjalan kaki keluar dari gerbang belakang gedung sate, menyusuri Jalan Banda. Berhenti sejenak menunggu traffic light menghijau di perempatan Riau-Banda. Lanjut lurusss… melewati Gedung Pos, kantor Satpol PP Jabar juga melihat aktifitas olahraga di area lintasan GOR Saparua.

Photo : Trotoar di jalan Belitung-Bandung / dokpri

Belok kanan ke Jalan Aceh, lurus. Trus ke arah Jalan Sumbawa, belok kanan ke Jalan Belitung, lurus. Lalu belok kiri di jalan Sumatera. Ternyata lumayan, jalan santai sambil nengak-nengok pemandangan udah ngabisin waktu 25 menit guys, keringat perlahan muncul dan badan agak hareudang.

“Trus mana kopinya?… harus sesuai judul dong kalau bikin tulisan!!!”

“Kalem donk, khan judulnya juga -jalan kaki & kopi-, jadi dibahas dulu jalan kakinya baru ngopi. Itupun klo buka hehehehehe”

Tik

Tok

Tik

Tok

***

Setelah 25 menit berlalu maka untuk menambah 5 menit menuju terus aja jalan melewati SMP 2 Bandung hingga akhirnya kedai kopi yang dituju sudah terlihat di depan mata, Colony Coffee.

Posisinya hampir persis di seberang SMP 2 Bandung, dulu mah area Rumah Makan Praoe nah sekarang ganti jadi Cafe Colony dan di ujung kiri berbatasan dengan bangunan Kantor BTN, disitulah tujuan siang ini.

Photo : Kopi Bandung Utara / dokpri

Sajian yang dipesan tentunya single origin manual brew specialty coffee donk, dan pilihannya jatuh ke Kopi Bandung Utara.

Vidi Sang barista segera mengukir kreasi menyiapkan beraneka peralatan yang menjadi andalannya. Timbangan, filter, corong V60 hingga biji kopi sudah siap unjuk gigi. Dengan komposisi 15 : 15, panas air 85° celcius segera beraksi dengan awalan blooming dilanjut proses ekstraksi yang miliki banyak arti.

Aku mah nikmatin aja prosesnya dan tinggal nunggu hasilnya.

Ahh… haa.

Tersaji dalam botol kaca yang menjaga suhu tetap stabil selama dinikmati, tentu gelasnya menemani.

Srupuut….. aroma kopinya menyeruak. Body-nya lite, tapi acidity-nya medium high serasa ada sesuatu yang ‘ninggal’diujung bibir disaat kopinya sudah tandas direguk. Tastenya fruitty juga muncul selarik rasa segar teh (kayak yang bener aja ya?… jangan2 salah rasa.. ah sudahlah. Klo nggak percaya ya coba aja sendiri).

Gitu deh jalan kopi eh jalan siang hari ini.

“Trus makan siangnya gimana?”

“Itu dibahas lebih lanjut guys, sekarang mah ngobrolin jalan kaki terus ngopi”

Eiiy nggak puguh!!!

Senyum simpul menjadi jawaban hakiki, wilujeng ngopay bray, Wassalam (AKW).

Kopi Reuni Diklat

Reuni pasca diklat ditemani kopi java wine.

Photo : Bean Puntang wine eh salah nulis Pangalengan wine / dokpri

BOGOR, akwnulis.com, Sebuah sentuhan rasa ditambah dengan bumbu cerita akan memberikan nuansa berbeda dibandingkan dengan penyajian apa adanya. Begitupun sebuah pertemanan.

Perkenalan di saat melaksanakan tugas diklat dan bersama-sama selama 4 bulan. Berinteraksi saling berbagi dan melengkapi. Menjadi catatan penting sehingga langsung bisa klop adalah….. tujuan awal dari keinginan mengikuti diklat ini begitu sederhana, yaitu : “Udah lama nggak ikutan diklat nich.”

Gitu aja.

Tidak terlalu banyak berfikir bahwa dengan ikutan diklat ini akan lebih mulus untuk naik tingkat jabatan atau minimal lebih diperhatikan oleh bos-bos. Itu mah efek lanjutan, efek yang utama adalah upgrade wawasan pengetahuan, menambah jaringan pertemanan plus yang terpenting adalah sesaat bisa menghela nafas ditengah hiruk pikuk rutinitas kerja dalam suasana suksesi kepemimpinan yang begitu membahana.

Pola diklat saat ini dengan sistem on-off ada plus minusnya, tetapi bukan untuk dibahas detail disini. Satu saja dari sisi hikmah, pola diklat on-off akan sangat menantang bagi peserta diklat adalah dikala off-class. Secara status adalah kembali bekerja sesuai amanah jabatan yang sedang diemban disisi lain tugas diklat dari kampuspun bejibun. Disini ilmu manajemen tata waktu dan penghindaran berpadu menghasilkan kematangan strategi berperilaku bekerja sekaligus sebagai siswa. Menantang bangeet tuh.

Kembali ke urusan pertemanan, sekarang mengkristal menjadi persaudaraan, serasa senasib sepenanggungan.

Itulah hasil diklat yang hakiki. Sehingga hubungan lebih lanjut menjadi teu asa-asa/nggak canggung lagi. Baik membahas urusan dinas, pribadi ataupun terkait tindak lanjut diklat lalu yang pada prinsipnya tidak pernah berakhir…

***

Hari ini kesempatan berjumpa itu tiba, tentunya berbalut acara kedinasan yang disetting sesuai tugas dan kewenangan ahaay.

Urusan kerjaannya nggak usah dibahas disini yaa… sekarang mah urusan pertemanan yang disinergikan dengan prosesi nyeduh kopi bareng.

Diriku cuman bawa sebungkus bean puntang wine dan peralatan manual brewnya sudah tersedia oleh tuan rumah…. ternyata… bedaaa…

Tapi gpp…. nggak ada rotan ya akarpun jadi.

Grinder manual beraksi, menghancurkan bean arabica puntang wine menjadi serpihan kecil yang siap diekstraksikan.

Sambil berbincang akrab bersama om Ajay dan Om Bams maka prosesi penyeduhan berlangsung.

Sett…. currr…

***

Pas dicobain, srupuut… “kok biasa aja ya?”

Agak terdiam, “Kenapa ya?”….”Musti belajar lagi nich urusan kopi.”

“Mau tau nggak kenapa nggak sesuai harapan, padahal puntang wine gitu lho?”

Pulang reuni ini menembus kemacetan di tol sambil agak murung memikirkan bean kopi yang dibawa ternyata rasanya tak seberapa. Sambil googling di mobil, goyang-goyang, lama-lama pusing.

Telepon rekan yang pencinta kopi, siapa tau dia paham.

Ternyata….

Kopi hasil roasting itu ada masa jeda dulu, jangan langsung digrinder dan diseduh…. minimal diamkan 2-3 minggu sehingga beannya siap dieksekusi.

Ohh…. kupeer. Pantesan setelah digrinder manual susah payah.. trus diseduh.. kok biasa aja. Padahal puntang wine. Inilah akibat kurang pengetahuan.

Ya sudah.. disimpen dulu ah. Wassalam (AKW).

Kopi Open Bidding

Ngobrolin Seleksi Jabatan itu enaknya sambil ngopi.

Photo : Sajian manual brew V60 Kopi arabica garut di balkon gesat / dokpri

GEDUNG SATE, akwnulis.com, Tulisan hari senin lalu sebenernya tulisan biasa saja, tetapi yang menjadi menarik adalah gelas kopi yang disajikan. Bertuliskan ‘Biro Umum’.

Tulisannya‘Ngopi Senin Pagi’ monggo klik aja.

“Kenapa dengan Biro Umum?”
“Karena kebetulan, itu adalah salah satu dari 15 jabatan eselon II atau sekarang mah disebut Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPT) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang di-open biddingkan”

Sehingga postingan tulisan tadi ada yang menterjemahkan bahwa diriku lagi ikutan seleksi open bidding yang membidik jabatan tersebut, malah mencoba mengkofirmasi ikut tidaknya hingga berulangkali, ada-ada aja.

Padahal, itu adalah sebuah kebetulan saja. Namanya rejeki nggak bisa ditolak. Pas mampir, disuguhin kopi, ya diterima dengan senang hati. Nggak perlu banyak mikir sana sini, sruput, nikmati dan syukuri.

Ngomongin seleksi terbuka untuk JPT yang sedang berproses dalam seleksi awal yaitu pendaftaran administrasi, ada sebuah nilai penting yang perlu di-amini.

‘Jadi, sebuah amanah jabatan akan datang manakala proses seleksi dijalani.’

“Maksudna kumaha lur?”*)

“Gini…. regulasi udah ngatur bahwa rekrutmen jabatan di pemerintahan untuk level JPT atau dulu mah disebut Pejabat Eselon IIa dan IIb harus dilakukan melalui mekanisme seleksi terbuka atau dikenal dengan istilah open bidding…”

“Ohh.. lelang jabatan?”

“Istilahnya sekarang adalah Seleksi Terbuka, titik!!”

***

Diskusi hangat terus berlanjut, seiring proses ekstraksi bubuk kopi arabica garut bersama air panas 90° celcius melalui corong V60 di lantai 3 gedung sate.

Photo : Pejabat ‘téras’ sedang kongkow di téras balkon / dokpri

Supaya lebih dramatis, segera bergeser duduk di balkon sambil berhadap-hadapan.

Tapi sebelum perbincangan sore ini berlanjut, tidak lupa mengabadikan secangkir kopi arabica V60 yang tersaji di gelas kecil dengan background halaman depan Gedung Sate.

Suasana yang tidak ternilai, karena tidak banyak orang yang berkesempatan kongkow disini seperti ini. Nyruput sajian kopi asli, tanpa basa-basi, di balkon gedung bersejarah yang menyimpan berjuta arti.

Rasa medium aciditynya menyeruak di lidah, berpadu dengan body hasil ekstraksi yang berada di level medium bold. Taste fruitty muncul selarik tapi segera hilang lagi, sementara aroma harum memberi janji di sore ini.

Trus jangan khawatir, ini udah jam 5 sore. Secara resmi diluar jam kerja, meskipun beres ngopi masih lanjutin tugas lainnya.

***

Balik lagi ngobrolin seleksi terbuka, ini adalah sebuah momen penting untuk meraih sebuah amanah jabatan. Jika memang mau dan menilai diri (mungkin) pantas, segera daftar via online untuk melengkapi segenap persyaratan yang sudah ditentukan.

Jikalau lulus dalam tahapan-tahapan yang sudah ditentukan, maka bersiaplah menerima amanah jabatan.

Cemunguuut…..

Sruput dulu bray. Wassalam (AKW).

***

*) artinya : Maksudnya bagaimana bro?

Longblack ice Sejiwa

Menikmati dinginnya kopi hitam, disini.

Photo : Longblack coffee di Cafe Sejiwa / dokpri.

Sebuah momentum kehidupan akan menghasilkan kenangan. Beraneka peristiwa terjadi, dijalani dan akhirnya terkadang terlupakan, setelah ditinggalkan oleh waktu yang terus berjalan.

Di era digital saat ini, begitu mudah meng-capture peristiwa yang kemudian hanyalah kenangan. Photo dan video sebuah peristiwa dengan smartphone mudah sekali dilakukan, meskipun beberapa hari kemudian bikin pusing karena memori hpnya kepenuhan.

Trus karena males backup, ya dihapus aja sebagian….. eeh ternyata dikemudian hari photo dan video itu dibutuhin…. pusing jadinyaaa. “Kok curcol seeeh?”

Ngobrolin sebuah momen yang terperangkap dalam photo hasil jepretan hape, sekarang mah sudah ada penyimpanan diatas awan.. eh cloud memory maksutnya. Jangan khawatir dengan ‘kehilangan’ karena Firmanpun tetap bernyanyi meskipun ‘kehilangan.’

Cara yang lain, titip di medsos. Sekalian narsis juga dokumentasi gratis dapet bonus jempol dan komen. Bisa juga di blog pribadi, pokonya banyak cara menyimpan sejuta kenangan yang ada di era serba terbuka saat ini.

Nah ngomongin nitip gambar di blog, persis kejadian pagi ini.

Terjadi miskordinasi antara jempol dan otak. Ada ketidakpasan eh teu nyambung pokonya. Jadi otak sudah memerintahkan upload gambar di blog ini tapi jangan dulu dipublish karena akan dipaduserasikan dengan tulisan.

Ternyata sang jempol mendahului mengambil inisiatif, klik ‘oke‘…. dan photonya publish duluan tanpa ada cerita apapun. “Kasian khan?”

Padahal ceritanya adalah sajian kopi hitam tanpa gula dengan disajikan bersama ice batu yang diformat longblack. Tadinya moo pesen manual brew specialty coffee di Cafe Sejiwa, eh ternyata habis. Langsung banting setir pesen Longblack aja.

Sebelumnya disini menikmati Kopi Afrika Duromina bersama istri tercinta, disini di Cafe Sejiwa.

Masalah rasa ya lumayan, dari kopi home blended jadi nggak tau beannya apa. Diolah pake mesin, jadi pasrah aja. Disajikan, sruput sruput, nikmati aja. Abis dech, yang penting tetap bisa ngopi tanpa gula.

Gitu ceritanya. Makasih buat yang udah komen. Sekarang jadi jelas maksudnya gambar apa. Hatur nuhun. (AKW).

Kopi di Senin Pagi

Senin pagi berbagi cerita kopi.

Apel pagi di senin pagi adalah momen silaturahmi sekaligus pengecekan absensi. Mendengarkan arahan dari pentolannya pimpinan, nambah wawasan sekaligus nambah vitamin D yang berasal dari sorotan sinar mentari di pagi hari.

‘I like Monday Guys’

Meskipun harus bertarung dengan kemacetan pagi, tetapi semua harus dijalani tanpa basa-basi. Atur saatnya bangun tidur dan tetapkan berangkat lebih pagi sehingga ada jeda untuk sedikit menghela nafas dikala terhadang kemacetan di beberapa titik pemberhentian. Ada perempatan yang memghambur banyak roda dua mengantar anak sekolah serta pekerja lainnya, bunderan yang akrab jadi botlle neck, jajaran sekolah yang kumplit dari mulai SMP, SMK dan ada SD, lengkapp sudah…. tapi itu adalah dinamika. Jalani dengan ikhlas dan berangkatlah di hari senin lebih pagi.

Apel pagi tuntas dilanjutkan dengan salaman terbatas. Bersua dengan wajah-wajah pejabat yang menduduki jabatan barunya pasca di rotasi hari jumat lalu. Setelah itu, ya kembali ke ruangan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. Termasuk bersiap untuk meeting hari ini.

Tiba-tiba hp bergetar, ada pesan WA masuk, ‘Pagi pa, meetingnya gimana klo di taman belakang gedung sate? Saya dan tim udah disini.’
Nggak pake lama langsung jawab, ‘Oke, 5 menit lagi meluncur’

***

Urusan meetingnya nggak usah dibahas, yang lebih penting adalah suasana rapat di alam terbuka dengan menyecap udara pagi, begitu berbeda. Segar dan penuh inspirasi. Meskipun satu meja tidak bisa dikuasai sendiri karena fasilitas publik, tetapi disitu serunya, jadi rapat bareng-bareng hehehehe.

Yang lebih seru, dapet rejeki pagi. Secangkir kopi susu dengan gelas khusus.

“Maksudnya?”

Gelas khusus penguasa eh pengelola gedung sate. Isinya tetep kopi susu, tetapi nilainya yang berbeda. Nilai rejeki, nilai kebersamaan dan nilai silaturahmi.

Sruputt… ludddes. Wassalam (AKW).

***

*)buat yang penasaran pengen ngopi disini. Dateng aja jam 10.00 wib, lokasinya di parkir timur gedung sate, ada cafe Gesa yang sedia aneka kopi juga cemilan, plus wisata sejarah ke museum gedung sate yang buka hari selasa sd minggu.