Momentum PABURANTAK – fbs

Cerita pagi tentang momentum dan selarik senyum.

CIMAHI, akwnulis.com. Minggu pagi dimanfaatkan untuk menggerakkan raga dan melangkahkan kaki agar target 6000 langkah minimal sehari agar terpenuhi. Sekaligus juga memenuhi pesanan anak istri untuk membeli kupat tahu spesial yang menjadi langganan meskipun agak lumayan jaraknya jika ditempuh dengan berjalan.

Tapi justru ini kesempatan atau memontum untuk bergerak, berjalan kaki sekaligus beli kupat tahu dalam waktu yang sama. “Worth it khan?”

Nah membahas momentum, maka menghadirkan ide yang akhirnya bisa menuliskan menjadi sebuah cerita ringan yang mungkin bisa menghibur khalayak pembaca dari websiteku ini.

Momentum adalah besaran vektor yang dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa benda dan kecepatannya. Rumusnya adalah p = mv (momentum = massa dikali kecepatan). “Wuih jadi serius yah?”

Tapi bener lho, bahwa momentum itu bisa dilihat dari massa atau bobot beratnya suatu kegiatan yang dilihat dari berbagai sisi baik anggaran, ukuran, banyaknya sumber daya manusia hingga promosi yang luar biasa dikalikan dengan kecepatan fikir untuk memastikan saat yang tepat dalam mengambil tindakan dan keputusan. Sejalan dengan pengertian di KBBI bahwa momentum itu memiliki arti ‘saat yang tepat/kesempatan’.

Dari ide itulah sebuah jalinan kata dapat hadir menjadi cerita, tentu cerita rekaan alias cerita fiksi berbahasa sunda. Selamat membaca…

FIKMIN # PABURANTAK #

Domba hideung sakumaha pamènta geus ditungtun, leungeun kènca ngajingjing buah kiwi ustrali. Rèk mèrè hadiah spèsial poè lahir jikan, poè isuk milad ka 51. Rèk ngareureuwas jikan mèh atoh. Sanajan hargana lumayan, tapi diihtiaran.

Ari kiwi mah meunang meuli tadi isuk, kukumpul tina ladang endog meri. Buah kiwi gè geus lila dipikahayang jikan nepika ngimpi tilu poè tilu peuting. “Kudu kiwi ustrali nya kang.”

Anjog ka imah kadèngè sora jikan di pawon keur masak bari hahariringan dipirig lagu ajojing nu keur piral. Keketeyepan muru panto tukang, domba hideung nuturkeun. Panto dibuka saeutik, ngadeukeutan ti tukangeunna.

Wilujeng milad mamah!” Bari jikan digabrug.

Tuluuung!”

Gubrak, katèl dibalangkeun, cukil dipakè ngababuk. Jikan lumpat gogorowokan. Domba hideung leupas, kiwi paburantak sawarèh pejèt katincak. Di buruan, jikan ngajanteng olohok. Geuning lain rampog nu nangkeup tèh.

Uing ngadeukeutan, jikan nyorongot, “Geus aki-aki mah teu kudu roromantisan lah, tuh udag domba, lebar!”

***

Demikianlah cerita singkat tentang ‘momentum’ ini, dan ada satu lagi pesan yang penting, jangan memberi surprise pasangan mendahului harinya alias mendahului momentumnya, karena hasilnya kurang menyenangkan, percayalah.  Wassalam (AKW).

***

SANÈS KITU – fbs

Karandapan pisan, ambuing.

FIKMIN # SANÈS KITU #

Gempungan pasosonten, Jang Ulis kerung macoco kana layar lèptop, ramona mencètan kibod pikeun nyatet sagala rupi kecap nu kadangu. Ki Lurah nu janten pupuhu gempungan katingal rada teu raos manah. Sagala rupi didugikeun anapon nu sanès padamelan.

Rèngrèngan Kadus nu tadina ngadugikeun pamendakna ngadadak rèpèh. Sapalih tungkul margi biantara Ki Lurah asa sanès ngabahas bagbagan pasualan dèsa. Tapi langkung seueur urusan pribadi nu langkung paos dibadantenkeun diluar gempungan ieu.

Ulis mah teu seueur saur, teras wè ngetik dina lèptop. Tring! Aya WA lebet, dirèrèt geuning ti bojona, “Akang nuju naon?’

Ulis teu wantun nyepeng hapè margi nuju gempungan, bilih diseuseulan pupuhu. Tapi teu ngawaler WA bojo ogè tiasa janten masalah ageung. Dicobi dina lèptop ngangge WA wèb, ‘Hapunten nuju gempungan, geulis’

Teu lami, Ki Lurah lirèn cumarios. Hadirin nahan rènghap. Ki lurah ningal ka katuhu, melong raray Ulis bari ngiceupan, “Nembè nga WA?”
Ulis ngembang kadu.

KOPI KELAPA LEMON RAJA MANGKUNEGARAN.

Menikmati Kopi seperti raja solo di masa silam.

SURAKARTA, akwnulis.com. Perjalanan menikmati kopi dalam berbagai kesempatan yang sudah tertuang dalam blog ini ternyata sudah berhitung tahunan dengan segala dinamika, warna, suasana, tempat, baristanya semakin melengkapi sebuah warisan diri yang tertuang dalam jalinan kata serta dilengkapi poto pendukung yang menjadi penegas dari semua jalinan cerita.

Seiring waktu ternyata kesempatan menikmati kopi hitam tanpa gula ini terus bergulir dan terbuka. Jadi jika sebagian kawan berpendapat bahwa kemanapun harus bisa bersua dan ngopi kohitala. Kenyataannya tidak begitu. Menikmati kopi ini lebih kepada mengikuti aliran takdir saja, tidak memaksakan dimanapun harus ngopi tapi disaat memang mendapat pengalaman baru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kopi maka sajikanlah dalam tulisan atau dokumentasi video melalui channel youtube kesayangan.

Nah yang menariknya adalah kemanapun bergerak dan menjelajahi bumi ini, baik dengan judul kedinasan ataupun keperluan keluarga dan juga urusan pribadi, ternyata kesempatan bertemu kopi dalam aneka bentuknya itu seolah sudah diarahkan alami. Meminjam istilah Prof Johannes Surya adalah ‘MESTAKUNG‘ yaitu seMESTA menduKUNG.

Maka semangat konsistensi menulis dan membuat video youtube dipertahankan meskipun tentu dilakukan di waktu luang dan berusaha untuk tidak mengambil jam dinas ataupun jam bercengkerama dengan keluarga.

Pada tulisan kali inipun tidak mengkhususkan ingin menikmati kopi di tempat yang spesial, tetapi kenyataannya memang itu yang terbuka di depan mata. Maka bersyukurlah, jalani, nikmati dan tulis sesuai dengan kata hati.

Tulisan kali ini adalah MENIKMATI KOPI DI TEMPAT MAKAN SANG RAJA. Wuih mantaabs khan?….

Jadi tulisan ini hadir setelah menikmati makan dan minum di tempat para raja – raja Surakarta di masa lalu tepatnya di Pura Mangkunegaran Surakarta. Salah satu yang dipilih tentu yang ada kopinya, itu lagi itu lagi. Ya gepepe atuh, khan setiap orang berhak menulis sesuatu dengan berpegang pada prinsip konsistensi tema serta keberlanjutan. Jadi wajar kalau menulis lebih menyoroti tentang sajian kopi ataupun yang berkopi.

Tempatnya berada di dalam komplek kerajaan Pura Mangkunegaran Kota Surakarta, nama restorannya adalah PRACIMA TN MANGKUNEGARAN. Restoran ini menjadi sangat spesial karena menyajikan originalitas baik sajian menu makanan dan minuman serta suasana masa lalu plus yang menarik adalah menjaga tatakrama keraton yang begitu ketat aturan. Semua itu dibalut dengan manajemen modern yang terbuka dengan mengawinkan teknologi dan kemajuan media sosial dengan nilai masa lalu yang memiliki kekhususan.

Jadi yang kepo dan ingin tahu tentang restoran ini tinggal buka instagram, searching ‘Pracima’ lalu klik link untuk info pemesanan dan interaksi awal langsung terjadi. Menariknya adalah pembatasan pengunjung yang akan masuk ke restoran dengan dibagi jam masuk plus pembatasan maksimal 90 menit berada di restorannya serta standar pakaian yang digunakanpun spesifik seperti tidak bercelana atau rok pendek, tidak menggunakan sandal serta tidak menggunakan batik motif tertentu.

Kondisi riilnya yang dilihat langsung oleh penulis adalah sebuah kompromi tapi adab tetap dipegang. Pada saat pengunjung termasuk anak-anak bercelana pendek maka diwajibkan menggunakan kain agar menutupi bagian kaki, tanpa kecuali. Jadi bukan berarti yang rok mini serta merta ditolak. Sementara untuk yang langsung datang tanpa reservasi disarankan JANGAN. Karena pasti ditolak. Pertimbangan pengelola sederhana, restorannya memiliki kapasitas tertentu dan itu sudah sesuai dengan pesanan secara online.


Eh kok jadi membahas urusan restorannya ya?”
“Ya nggak apa-apa, karena pada akhirnya sajian kopi adalah bagian penting dalam prosesi makan minum ini.

Pada saat menu tersaji, pilihan kopinya sedehana sekali. Yakni americano, cappucino dan cafelatte. Sebuah pilihan yang agak menyesakkan bagi pecinta manual brew karena jelas eksplorasi terhadap biji kopi akan terlumat oleh mesin kopi dan akan hadir sajian kopi yang super mirip dengan sajian kopi ditempat lainnya. Maka diskusi terjadi, lalu ada penawaran kopi kelapa lemon. Lupa nama di menunya. Pokoknya campuran kopi, air kelapa dan lemon.

Wah ini menarik. Pesan satu ditambah dengan menu minuman asli yang tercantum adalah PARE ANOM, yaitu sajian minuman perasan jeruk baby dan jeruk lemon, syrup dan kolang-kaling yang tersaji dingin serta dihias dengan sate kolang-kaling diatasnya.

Sajian kopi kelapa lemon dinginnya begitu menyegarkan. Rasa kopi tetap hadir meskipun terbatas ditemani manis alami dari air kelapa muda plus asamnya lemon melengkapi nikmatnya suasana serasa menjadi raja penguasa keraton yang sedang menikmati makan sore bersama kolega atau keluarga. Makanan utamanya adalah PITIK GORENG JANGKEP dan sebagai pembuka dipilih SELADA TOMAT KALIYAN KEJU serta ditutup dengan minuman PARE ANOM yang segar dan ceria.

Tuntas sudah menjadi eh merasakan suasana makan minum raja Pura Mangkunegaran selama 90 menit direstoran. Dilanjutkan mengabadikan taman pracima yang luar biasa. Air mancur warna warni, gedung restoran pracima yang bertabur cahaya serta gazebo pembuka yang juga tak kalah mengesankan telah memberi nilai lebih dari pengalam ngopi di kota solo ini. Selamat menghadapi tugas bekerja di esok hari, senin pagi. Wassalam (AKW).

GEUNJLEUNG – fbs

Singkatannya bikin kagèt.

CIMAHI, akwnulis.com. Semilir udara pagi memberi sebuah semangat untuk kembali menulis lagi, apalagi ada ide yang senantiasa menari untuk segera dibumikan dalam tulisan ringan namun bisa menghadirkan sebuah senyuman. I hope like that.

Idenya berasal dari iseng dalam mempersingkat kalimat atau kumpulan kata menjadi lebih pendek dan mudah dihafal serta diingat. Meskipun terkadang memberikan persepsi yang berbeda atau malah jauh dari arti yang sebenarnya.

Ide ini berkaitan dengan nama – nama aplikasi yang hadir atas nama sebuah inovasi. Padahal tidak harus semua inovasi itu palikasi eh aplikasi, tetapi inovasi bisa hadir juga dalam bentuk aksi atau gerakan yang masif dan membumi. Tentu aplikasi perlu dalam rangka akselerasi, tetapi kesepahaman aksi menjadi strategi agar selaras antara gerakan dan pemahaman semua level dengan aplikasi yang tersaji. Dijamin sinergi ini akan berkelanjutan dan abadi.

Maka penulis mencoba menuangkan ide ini lagi – lagi dalam bahasa daerah yaitu bahasa sunda dengan kerangka fiksimini berbahasa sunda. Tentu singkatan sebuah aplikasinyapun berbahasa sunda.

Silahkan…

FIKMIN # GEUNJLEUNG#

Ba’da magrib rèngrèngan inohong parantos caralik dina korsi sèwang-sèwangan, ngaranggè acuk batik panjang sakumaha diserat dina uleman nu disebarkeun 3 dinten kapengker. Pupuhu yayasan ti kabupatèn kota sa jawa barat banten haladir disarengan punakawanna.

Mung nu rada ahèng di lebet rohangan acara, ageung wangunanna ogè tuangeun ngaleuya. Tapi sawaktos-waktos asa kaambeu bau menyan pacampur hangru. Ah babacaan wè satiasa-tiasa.

Dina waktosna acara dikawitan, asa teu sapagodos ningal MC nganggo raksukan drakula. “Naha kieu acara tèh?”

Tapi nu hadir teu tiasa kumaha, mung ngawitan rada geumpeur baca panto lebet nu tohaga ditutup tur dijagi ku para badèga nganggè raksukan prajurit jaman baheula. Padahal dina uleman mah badè gempungan akbar kanggè kamajengan yayasan.

Reup… lampu rohangan pareum. Jempling saharita.

Tapi teu lami payuneun panggung aya cahaya, ngawitan teu jelas, lalaunan nyaangan.

Gebeg!

Aaaaaaaah…” Soanten ibu-ibu nu calik dipayun, reuwas. Teras kapuihan.

Dina panggung ngaradeg inohong yayasan sa jabar banten tingawitan pupuhu, girang serat ogè badèga nganggè acuk bodas kalotor, rambut rewig panjang soca burahay. Pikasieuneun.

Kalawan nyebat Asma Alloh, Aplikasi Yayasan ngangge Akuntansi tur teknologi informasi disingket AYA KUNTI, resmi diterapkeun”


Tok tok tok!

Bray lampu caang baranang, musik disada tarik pisan. Nu kapiuhan garugah, jigrah teras nyarandakan tuangeun nu ngalayah.

***

Demikianlah celoteh kata di pagi buta, melengkapi tulisan terdahulu yang dipastikan memiliki makna. Have a nice weekend guys. Wassalam (AKW).

***

NGOPI, BANDROS & GEDUNG NEGARA

Sruput kopi di Kota penge-TAHU-an.

SUMEDANG. akwnulis.com. Disaat perut mulai keroncongan maka disitulah mata segera beredar dan otomatis kepala bergerak celingukan atau menoleh ke kanan dan ke kiri secara perlahan untuk mencari sasaran yaitu pedagang makanan yang tepat untuk menghentikan nyanyian perut yang kian menggila.

Apalagi sudah ada rencana untuk menikmati sajian kopi manual brew yang sengaja  dibuat sendiri dan dibawa dari rumah karena khawatir di tempat tujuan akan kesulitan mencari kopi manual yang diseduh dengan filter V60. Kalau bekal khan aman ya friend, tinggal cari titik lokasi yang tepat, buka kopi yang dibawa dan bersiap diambil gambarnya oleh seseorang yang baik hati membantu. Tapi jika tidak ada maka berswaphoto saja, tinggal paskan saja gambarnya. Cetrek, selesai.

Disaat mata beredar mencari pedagang, pandangan tertuju pada monumen Lingga yang berada tepat di tengah alun-alun Kota Sumedang. Bergeser sedikit memandang ke arah kiri terlihat mesjid agung sumedang yang penuh nilai sejarah. Nah diantara monumen dan mesjid agung itulah terlihat berkumpul orang – orang dengan berbagai aktifitas. Diyakini disitu pasti ada pedagang makanan. Tinggal makanan atau jajanan apa yang akan dipilih.

Maka sekarang kedua kaki bergerak melangkah menuju satu posisi pedagang yang sedang sibuk mengolah dagangannya. Pilihannya langsung jatuh pada pedagang bandros.

Temen temen tahu tentang bandros khan?”

Tahuuu!!”
“Eh bandross”

Bandros adalah kue tradisional khas sunda yang terbuat dari campuran tepung beras, daun suji, santan dan kelapa parut sehingga rasa original yang dihasilkan adalah asin gurih. Ada juga varian dengan taburan gula pasir, tapi penulis lebih senang dengan bandros rasa original.

Tanpa banyak basa-basi segera meminta bandros tersebut, lalu pedagangnya memberikannya dengan bonus kantung kresek. Tak lupa 1 lembar 20 ribuan diserahkan kepada mamang pedagangnya. Mamang pedagang dan penulispun tersenyum, sebuah senyuman pagi yang penuh keakraban.

Maka sarapan pagi segera dilakoni dan bandros sekantong kresek ludes hanya bersisa kertas sebagai alasnya saja. Mungkinkah ini yang disebut kelaparan atau memang kemaruk hehehehe.

Barulah setelah selesai prosesi sarapan pagi dengan bandrosi dimulailah agenda ngopi dengan 2 tempat yang berbeda.

Pertama adalah didekat monumen Lingga yang berada tepat di tengah – tengah alun – alun sumedang ini. Monumen Lingga adalah bangunan cagar budaya yang dibangun pada masa hindia belanda untuk mengenang jasa dari bupati sumedang Pangeran Aria Suria Atmaja (1883 – 1919). Maka segera berpose dan sruput cold brew yang latar belakangnya bangunan bersejarah ini. Cetrek.

Kedua adalah berlokasi di dekat museum prabu geusan ulun, tepatnya di depan Gedung negara Sumedang yang merupakan rumah dinas bapak Bupati Sumedang yang saat ini dijabat oleh Bapak Donny Ahmad Munir. Sebuah tempat yang kebetulan juga penulis pernah menjadi penghuni salah satu bagian dari kawasan gedung negara ini di akhir tahun 2000.

Tulisan lengkapnya tentang memori di gedung negara bisa di klik di GEDUNG NEGARA & AKU.

Maka kali ini biar teman penulis saja yang menjadi modelnya, langsung sruput kopi tapi mohon maaf jika harus minum sambil berdiri. Mohon maklum buru – buru karena ternyata sang waktu tak bisa kompromi dengan janji. Sruput sruput cetrek langsung pergi. Selamat hari jumat pagi. Wassalam (AKW).

PASÈA – fbs

Catatan pagi dan senyumlah.

CIMAHI, Akwnulis.com. Hari jumat pagi menjadi momentum yang tepat untuk mengupload tulisan singkat dengan genre bahasa sunda. Menulisnya tentu tadi malam dan idenya hadir kemarin sore.

Sebuah tulisan singkat yang menjadi pengalih kegundahan hati. Bisa dibaca dibawah 30 detik atau kalau bolak balik ya 1 menit saja guys. Pilihannya juga sederhana. Jika mengerti maknanya tinggal senyumin aja. Tapi kalau belum paham maksudnya alias ora mudeng ya tinggal acungkan tangan atau bertanya via japri dan tulis di kolom komentar. “Gampang khan?”

Selamat menikmati kesegaran hari jumat pagi sambil sedikit tersenyum setelah baca tulisan ini, silahkan :

*PASÈA*
Fiksimini Basa Sunda.

Kumaha kondisina dok?”
Dokter ngarandeg tuluy ningali kana beungeut nu maregat, “Akang tètèh kulawargi bapak Rasdi?” Kabèh unggeuk.

Hayu kalebet”

Limaan asuk ka ruang pamariksaan, alat – alat kedokteran kaciri tohaga. Loba layar tipi nu nèmbongkeun kaayaan pasèn. Beulah katuhu kaciri Mang Rasdi keur ngagolèr, beuteung buncir hèrang pisan.

Pasèn tos dipasihan diazèpam, janten samentawis istirahat, mung upami èfèk obatna sèèp tangtosna adug lajer deui”

Naha tiasa kitu dok, panyawat naon atuh?” Mang Aji lanceuk kahiji panasaran.

“Ieu nu janten cukang lantaran” Dokter sasauran bari ngantelkeun alat kana patuangan Mang Rasdi, bray dina layar ageung katingal. Aya hayam jago, domba hideung, sapi bikang jeung guramè nu taki-taki garelut bari mekel pakarang sèwang-sèwangan.

Wartosan engkè deui mah upami barang tuang tèh ulah sagala rupi teuing, janten parasèa.”

Mang Aji, Rahmi, Usèp, Jenab jeung Obay olohok papelong-pelong, jadi inget tadi  beurang ka hajatan sagala didahar. Geuning kieu balukarna.

***

Begitulah coretan kata yang diupload dan dishare pagi ini. Selamat beraktifitas dan jangan lupa berbahagia. Karena bahagia berasal dari hati kita. Wassalam (AKW).

JAMOMOM – fbs

Seratan sunda dimulai dari satu kata.

SINGAPARNA, akwnulis.com. Sebuah tulisan hadir diawali satu atau dua kata saja. Seperti tulisan kali ini, tiba – tiba terbersit kata dalam bahasa sunda yaitu JAMOMOM dan NGAJÈNGJÈHÈ. Untuk kata kedua memang tidak asing lagi dan sering digunakan dalam berbicara ataupun menuliskan sebait puisi. Nah untuk kata ‘jamomom’ ada keraguan untuk menuliskan karena khawatir berbeda artinya ataupun jangan sampai ternyata kata tersebut tidak termasuk dalam kosa kata bahasa sunda.

Maka masih dengan om google saja sebelum pake chat GPT, sudah ada penjelasan singkat tentang kata tersebut yang memiliki arti ‘bengkak pipinya seperti yang mulutnya penuh makanan’. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata ‘jamomom’ bisa menjadi sebuah inti cerita.

Tapi tentu cerita yang dibuat adalah cerita berbahasa sunda dalam genre fiksimini berbahasa sunda, inilah tulisannya :

FIKMIN # JAMOMOM #

Mimitina silih èlèg da puguh babaturan, tina suku jèbrag nepi ka hulu butak. Dibarung ku seuri jeung silih tepak. Si pèsèk, si begung, si irung nambru. Aya ogè babasaan dèlu (gedè hulu).

Bapa sia tukang nyantèt” Dadè nyakakak bari tutunjuk ka Jaè. Jaè molotot, babaturan nu limaan jempling teu wani seuri, palaur kajadian baheula bakal tumiba. Dadè cicing samar polah, tina seuri jadi simpè.

Plak!!! Leungeun Jae nampiling Dadè. Bangkieung, langsung nyuksruk ka beulah kènca. Babaturan papelong-pelong, teu wani ojah, sieun.

Jaè nangtung, leumpang ngiclik ninggalkeun. Geus rada jauh, kakara si Dadè digulanggapèr. Pipi katuhu bareuh jamomom, bari dina juru biwir aya geutih ngeclak lalaunan.

Sabar Dè, keudeung deui gè cageur. Atuda manèh mah heureuyna kamalinaan” Usèp mapatahan. Si Dadè unggeuk bari melong beungeut babaturanna, sepa. Babaturanna papelong – pelong, nempo beungeut sèwang’sèwangan. Kabèh jamomom bari juru biwir gareutihan.

***

Itulah tulisan singkat kali ini yang ditulis dengan diawali satu kata yang mungkin kurang akrab di telinga kita termasuk di telinga urang sunda. Tidak mengapa yang penting semangat untuk tetap menjaga nilai kasundaan dan merawat bahasa sunda yang merupakan bahasa ibu terus berkobar. Minimal dengan jalan sederhana ini. Tulislah dan sebarkan, biarkan berkembang dan mungkin menjadi bagian dari proses menjaga peradaban. Wassalam (AKW).

INTISHOR NAMA MESJID.

Apalah arti sebuah nama? tapi arti harus dicari.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah peralihan adalah bagian dari petualangan hidup, maka sinyal adaptasi dan rasa penasaran menjadi modal utama. Begitupun dikala langkah kaki menuju mesjid di kawasan tempat bekerja sekarang dan disaat berada di dalam mesjid langsung mengeja nama mesjidnya, yaitu AL INTISHOR.

Tring.. apa artinya ya?

Maka segera bertanya kepada beberapa jemaah yang akan bersama-sama menunaikan ibadah shalat dhuhur. Tetapi dari 6 orang yang ditanya, mayoritas yang hadir adalah sunggingan senyum untuk melengkapi kebelumtahuan. Nggak perlu kecewa, tinggal buka hape dan minta bantuan mister guggel serta yang terbaru menggunakan ChatGPT.

Ternyata ini menjadi petualangan juga karena yang pertama adalah kesalahan pengetikan pada kesempatan pertama sehingga hasil pencariannyapun berbeda. Kata yang diketik dengan jempol terpeleset sedikit, yaitu Al Ikhtisor. Maka pengertian yang muncul adalah metode pembelajaran untuk menguasai cara membaca dan memahami kitab kuning atau lebih dikenal dengan arab gundul yang dikembangkan di pesantren – pesantren terutama di wilayah pulau jawa sebelah timur.

Maka dengan pedenya menjadi pengetahuan baru dan di beberapa kesempatan disampaikan. Sok JNE (Jiga nu enya) tea. Padahal ada satu hurup krusial yang berbeda. Tidak mengapa, minimal menjadi tambahan pengetahuan saja.

Tersadar bahwa istilah tersebut berbeda dengan nama mesjid yang dikamsud eh dimaksud. Metode untuk membaca kitab kuning adalah IKHTISOR, sementara nama mesjid itu adalah INTISHOR. Walah satu huruf ini tentu membedakan artinya.

Semangat lagi mencari arti nama mesjid ini, tapi beberapa orang yang ditanya, kembali menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala yang khas. Maka sebagai penguatan mencari istilah, mang gugel harus dilengkapi dengan chatGPT. Sugan we lebih jelas.

Ketik ketik geser… ketik. Tring.

Nah sekarang muncul hasil pencarian via mang gugel bahwa INTISHOR itu adalah memiliki arti KEMENANGAN. Beberapa situs website memiliki keseragaman arti, namun yang menggelitik adalah istilah kemenangan ini juga cocok untuk penamaan bagi anak perempuan ceunah. Ini agak sedikit jadi tambahan pertanyaan, karena mesjid juga tentu berkait erat dengan laki-laki. Tapi tidak apa-apa, sebuah arti kata KEMENANGAN, tentu cocok dengan nama sebuah mesjid, karena bisa dijadikan tempat untuk meraih kemenangan dari keimanan, ketakwaan dan juga hubungan antar manusia.

Tapi khan masih penasaran, mencoba mengunakan ChatGPT. Ternyata hasilnya berbeda, INTISHOR ini memiliki banyak arti, tidak hanya bermakna KEMENANGAN saja. Tetapi juga memiliki arti PENYEBARAN / PERSEBARAN.  Namun, dalam beberapa konteks tertentu, seperti dalam konteks pertempuran atau perang, kata “intishar” dapat digunakan untuk merujuk pada “kemenangan”. Sebagai contoh, “al-intishar fi al-harb” dapat diartikan sebagai “kemenangan dalam perang”. Namun, ini bukanlah makna umum dari kata “al intishor” dalam bahasa Arab.

Dari studi literisi online maksa (SLOM) ini maka makna dari INTISHOR ini adalah KEMENANGAN, Alhamdulillahirobbil alamin. Bungkuss.

Selamat menunaikan ibadah shaum hari ke tujuh ini bagi kaum muslimin dan bagi para pembaca  diberikan kekuatan dan kesehatan dalam meniti kehidupan dunia yang sementara ini penuh keberkahan.

Jika masih penasaran, maka dengan tangan terbuka untuk saling melengkapi dan membahas penamaan ini. Bisa chat, komen atau berkirim email. Terima kasih, Wassalam. (AKW)..

NGOPI tapi NGETEH di Gd Negara Cirebon.

Silaturahmi dan Kopi adalah abadi.

CIREBON, akwnulis.com. Suasana pagi menjelang siang ini begitu bersahabat, langit teduh menemani kehadiranku di Kota Udang, Cirebon. Tentu menambah semangat untuk berkeliling dan menikmati suasana yang jarang ditemukan pada rutinitas sehari-hari.

Pertama adalah silaturahmi bersama kawan – kawan Cleaning service yang bertugas. Duduk lesehan sambil diskusi tentang banyak hal, terutama urusan penting tentang kepastian dan keberlanjutan kehidupan. Diskusi berjalan lancar dalam suasana kekeluargaan, apalagi dilengkapi dengan hadirnya ceret atau teko berisi air panas bergejolak karena mendidik yang tadi dijerang di dapur.

Maka senjata andalan coba dihadirkan dalam kondisi kali ini. Sebungkus kopi siap seduh yang tinggal buka dan ada telinganya dari kertas dikanan kiri sebagai penyangga lalu dipasangkan di gelas dan diseduh dengan air panas mendidih.

Sret, bungkus kopi berwarna hitam yang dibawa dari kamar hotel sewaktu nginep di jakarta. Lalu diambil dalamnya dan sedikit tertegun, karena yang berada di genggaman buka kopi siap seduh manual sebagaimana bayangan, tetapi mirip teh celup dengan ukurannya lebih besar. Ya sudah gimana lagi, kopinya digeletakin di gelas kaca lalu di siram perlahan dengan air teko yang masih mendidih. Pelan tapi pasti hingga bungkusan kopinya tenggelam di tengah gelas. Seduhan berhenti dan sekarang giliran kopinya diangkat turun naik mirip buat teh celup.

Naik turun,
Naik turun,
Naik turun.
sudah ah, kayaknya sudah cukup deh.

Maka tersajilah kohitala instan yang diproses seperti buat teh celup, tadaaa…. warnanya sih agak hitam bening, kayaknya meyakinkan.

Bismiillah, segera di sruput deh. Hmm rasanya ringan dan less acidity dengan harum kopi yang cukup menyegarkan rasa. Lumayan membayar kerinduan untuk ngopay di tempat yang penuh kekeluargaan ini. Srupuuut.

Kegiatan selanjutnya adalah bertemu dengan Rusa Tutul yang jumlahnya 32 ekor sebagai penghuni mini zoo di halaman kantor Eks Bakorwil III Cirebon ini. Awalnya berjumlah 30 ekor dan sekarang bertambah 2 ekor anak lusa yang rucu…. eh anak rusa yang lucu.

Bang totolnya ada berapa di badan rusa?” Seorang pengunjung bertanya dengan wajah antusias.

389 buah totol per ekor”

Wah beneran bang, emang udah pernah ngitung?”

Saya jawab dengan tenang, “Nggak percaya, coba itung sendiri!”

Pengunjung yang bertanya terdiam sambil melihat raut wajahku yang serius. Lalu dia mengangguk-anggukan kepala, mengamini informasi tentang jumlah totol di badan rusa tersebut.

Pembaca tulisan ini nggak yakin?.. maka dipersilahkan datang sendiri ke Cirebon dan hitung dengan seksama hehehe.

Tuntas menghitung totolnya tubuh rusa maka silaturahmi dilanjutkan dengan jajaran keamanan dalam dari Gedung negara Cirebon ini ditemani 3 orang nu ngageugeuh, kumpul agak resmi karena duduk di kursi serta meriung dan tidak lupa berpantun.

Bawa botol dibiarkan menggantung
Ternyata dibiarkan jadi berisi kadal

Rusa totol tuntas dihitung
Lanjutkan diskusi sama temen kamdal

Begitulah sekelumit aktifitas ngopay dan silaturahmi kali ini di Kota Cirebon. Sebuah kata pamit hanyalah catatan, karena esok lusa akan berlanjut dengan aneka pertemuan. Wassalam (AKW).

BEGÈR – fbs

Yuk ah nulis lagi…

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah ide terkadang tidak sejalan dengan kesenggangan waktu. Tapi sebuah ide yang hadir lalu diolah menjadi rangkaian kata maka akan hadir sebuah cerita. Meskipun singkat tapi ada maknanya, juga bagi pembaca tidak perlu meluangkan waktu lama, cukup 5 tarikan nafas saja. Dengan catatan yang memahami bahasa sunda, kalau yang masih roaming ya bisa bernafas sepuasnya hehehe.

Ide ini mengambil tema masa sekolah smp di kampung halaman disaat pertama kali melihat guru olahraga yang baru dan berpakaian olahraga yang serba pas. Maka reaksi anak ingusan menjadi beragam. Inilah salah satunya. Selamat menikmati.

FIKMIN # BEGÈR #

Adma olohok basa ningali guru anyar karèk turun tina avanza, aya burinyay nu teu biasa. Jajangungna ratug teu puguh rasa, dibarung ku panasaran hayang ningali deui ningali deui. Bu Susana leumpang andalemi muru rohang guru, dituturkeun ku panon Adma nu hèsè ngiceup deui.

Adma di kelas gulinggasahan, meus meus ningali kaluar jandèla, jiga nu jauh panineungan. Guru nerangkeun ukur pajangan, sabab lelembutanna aya diluar jeung guru olahraga nu anyar.

Sanès bolèkak nu matak eureun rènghap, tapi bulu bitis nu jadi inggis. Ngagurilap nyaangan soca, masihan rasa nu teu biasa. Kitu peta basa Rahwana teu dihaja ningali bitis Dewi Sinta. Ogè Maharajasa waktos ngawitan micinta Kèn dèdès dina carita babad tanah jawa.

Geus tong loba malaweung, èta susut heula lèho‘, Oji babaturan sabangku ngabèjaan. Teu dijawab tapi leungeun langsung nyusut irung, enya geuning loba meunangna.

Di lapang hareupeun kelas, Bu Susana kaciri sumanget ngalatih barudak kelas salapan. Meuni geulis kacida. (AKW).

***