CIJUMBLENG, http://www.akwnulis.id. Dikala rehat sejenak dari kesibukan yang ada, ternyata datang bertubi tugas untuk dikerjakan, dituntaskan dan dihadiri. Maka tidak ada pilihan lain, kontak istri tercinta dan sampaikan ada tugas negara yang harus dikerjakan. Alhamdulillah pasangan hidupku paham atau mungkin berusaha paham saja dengan keadaan tugas meskipun sebenarnya berharap suaminya bisa pulang dan berkumpul bersama anak istri di malam hari. Tapi itulah dinamika tugas, semoga besok lusa ada kesempatan waktu atau harus diciptakan keluangan waktu untuk bisa bercengkerama dengan keluarga khususnya disaat memasuki akhir minggu. Malam sabtu ternyata harus bergerak dan menuju satu tempat demi sebuah tugas membersamai pimpinan.
Di kantor kami sudah terbiasa dengan istilah TKW, bukan singkatan tenaga kerja wanita tetapi tenaga kerja weekend. Dimana diawali dari rutinitas divisi kami yang selalu saja kegiatan dinas itu justru semakin banyak di hari sabtu minggu. Baik undangan acara secara langsung juga disposisi para pimpinan untuk menghadiri, mewakili dan menyampaikan sepatah dua patah kata dalam format sambutan, keynote speech atau materi paparan tentang kejawabaratan.
Maka disaat itulah improvisasi harus hadir dan tampil keatas podium tentu dengan beban dan tantangan bisa merepresentasikan pimpinan atau minimal bisa menyampaikan poin penting tentang visi dan misi jawa barat. Jika sekedar membacakan teks sambutan yang sudah disiapkan maka bukan tugas yang berat, namun berdiri di podium sebagai wakil pimpinan itulah tantangan sebenarnya. Bagaimana audien gang hadir mau mendengarkan dan memperhatikan ucapan kita adalah tantangan berat.
Disinilah ide untuk membuat MIPAN atau mini pantun. Karena kalau pantun biasanya ada 4 baris tentu dengan akhiran yang sama, seperti contohnya :
Bunga mawar mekar di pagi, Wangi harum mengundang rasa. Senyum ceria hati bersemi, Bersama teman, hidup bahagia.
Namun dalam prakteknya apalagi mengusung momen spontanitas, akan kesulitan untuk menghafalnya dan langsung disampaikan di forum sambutan. Maka cara paling efektif adalah dengan MIPAN ini. Dari situlah ide tentang urusan MAKAN TAHU itu dimulai.
“Kenapa pantun mininya diawali dengan makan tahu?”
Jawabannya sederhana, karena kalimat makan tahu akan berima dengan kalimat ‘I love you’ tinggal ditambah saja dengan kalimat lanjutan yang relevan dengan suasana, nama orang, jabatan tamu VIPnya atau yang paling umum adalah :
Makan tahu pakai tangan kanan I love you para tamu undangan.
Berdasarkan pengalaman beberapa kali melontarkan mini pantun ini dapat membuat suasana lebih santai, akrab dan tentunya ceria. Setelah itu masuk ke dalam konteks tema kegiatan dan akhirnya tak terasa tugas mewakili pimpinan untuk berbicara di depan umumpun kelar.
“Apakah tidak khawatir, audien bosan dengan mini pantun makan tahu?”
Sementara tidak memusingkan itu, biarkan penugasan mewakili untuk.memberikan sambutan oleh pimpinan terus berjalan dan mini pantun ini terus diucapkan. Mungkin besok lusa ada titik jenuh dan mengganti dengan istilah lain. Semuanya mungkin karena perubahan itu adalah keniscayaan. Selamat menikmati mini pantun kami. Wassalam (AKW).
Makan Tahu di daerah Cipaku I love You para pembaca Blog akuuu…
BOJONG HALEUANG, akwnulis.id. Uih hajian ngahaja nepangan salah sawios dunungan di tempat damel. Maksad nu utami tangtos silaturahmi ogè sakantenan ngajengkeun widi badè cuti. Margi asa lenglengan kènèh. Saurna mah jètlèg.
“Wilujeng siang bapak, punten ngawagel waktosna”
“Sok kalebet, mangga calik heula” soanten agem dunungan nu katingal nuju pakupis sareng berkas dina luhur mèja damelna. Teu lami ngantos, nembè waè tiasa ngobrol ngadugikeun pamaksadan. Mung langkung seueur dunungan nu nyarios pangalaman anjeuna hajian dua puluh lima taun kapengker.
“Leres pisan Cèp, bapak kapungkur unggal payuneun Kabah ngadu’a pogot pisan hoyong dipasihan rejeki. Uih hajian dikabul. Alhamdulillah dugi danget ayeuna nyarengan.”
“Masyaalloh, mustajab nya bapak”
“Nyaèta du’ana harita henteu dibeunjeur bèaskeun, janten wè sanès harta banda nu katampi tèh”
Sebuah catatan kecilku dalam membersamai even FDI (Festival Dulag Istimewa)
Apel persiapan FDI H-1 / Dokhum
BANDUNG BARAT, akwnulis.id. Gema takbir silih berganti dengan sukacita menandakan hadirnya bulan syawal yang begitu gempita. Rasa sedih hadir karena bulan ramadhan segera betakhir, tetapi juga gembira karena bisa melewati satu bulan momentum hari – hari puasa dengan mengisinya beraneka aktifitas yang bukan hanya bicara tentang lapar dan dahaga tetapi yang terpenting adalah melatih diri untuk menjaga derajat taqwa serta mensucikan diri menguatkan niat untuk melakukan ibadah – ibadah terbaik di sebelas bulan yang terbentang dihadapan mata. Sebelum bersua dengan bulan ramadhan tahun depan, Insyaalloh.
Berawal dari diskusi sederhana bersama bapak bos kita, pak KDM, bapak Gubernur Jawa Barat tentang aktifitas memukul bedug di bulan puasa ternyata berlanjut dengan tantangan yang tidak biasa, inilah pwrcakapannya :
“Ari nakol bedug sabaraha warna?” “Tilu warna pak” (baca tiluarna)
Diartikan dalam bahasa indonesia menjadi :
“Kalau memukul bedug berapa warna?” “Tiga warna” (baca dari luarnya).
Tim hadiah – piagam & tropy FDI
Sebuah tatarucingan eh tebak – tebakan sederhana yang sudah menjadi percakapan biasa bagi anak – anak dan remaja di lembur atau di kampung tentang memukul bedug. Tahu kan bedug?… itu yang ada di mesjid, biasa digunakan atau dipukul menjelang berkumandangnya adzan. Bentuknya seperti tong besar yang terbuat dari berbagai bahan baik dari kayu, drum bekas yang dibungkus dengan kulit kambing atau sapi dan satu sisinya bolong / kosong sebagai tempat keluarnya suara.
Bedug ini dipukul menggunakan pemukul atau disebut panakol, bisa dari kayu yang dibentuk seperti korek api tapi ukuran besar atauapun kayu/besi yang ujungnya dililiti kain atau karet sehingga nyaman digunakan sebagai pemukul.
Nah aktifitas memukul bedug itu disebut dengan ngadulag. Malah baju lebaran juga sering disebut baju dulag. Sehingga bedug dan ngadulag adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Sekaligus menjadi dasar perintah bagi pak KDM, Kang Dedi Mulyadi memerintahkan kami agar merancang, merencanakan dan menghadirkan even FDI (festival dulag istimewa) 1446 H di halaman gedung pakuan Provinsi Jawa Barat.
Begadang H-1 cek ricek piagam.
Maka bergeraklah kami dengan segera, mempersiapkan pelaksanaan festival dulag istimewa ini dengan segenap kemampuan kami yang ada. Tentu tantangan pertama adalah ketidakpahaman kami bagaimana sebuah even ngadulag eh nakol bedug ini secara teknisnya, sementara mau bertanya lagi kepada pak KDM, masih takut takut kita. Maka langkah awal adalah mencari referensi melalui media online sekaligus bertanya kepada orang – orang atau pejabat di kabupaten purwakarta, bagaimana gelaran festival ngadulag dilaksanakan di alun – alun purwakarta semasa pak KDM menjabat sebagai bupati purwakarta beberapa waktu yang lalu.
Tentu ditengah – tengah tugas lain yang perlu konsentrasi. Maka langkah demi langkah persiapan yang diawali dengan pembagian tim, penentuan nama dan siapa berbuat apa. Lalu menyusun timeline dengan target akhir adalah pelaksanaan FDI festival dulag istimewa ini yang akan dilaksanakan pada malam takbiran atau hari terakhir bulan ramadhan.
Dua pertanyaan besar yang menghantui kami, yakni : “Bagaimana format sebenarnya yang diharapkan oleh pak Gubernur terkait festival dulag inj dan apakah pelaksanaan shalat idul fitri atau hari pertama lebaran itu tanggal 31 maret 2025 atau bisa saja tanggal 30 maret 2025 memgingat pemberitaan sidang isbat akan dilaksanakan di tanggal 29 maret 2025 oleh kementerian agama?…”
Tim Inti lapor pak Sekda Jabar.
Suasana mulai menegang… Teman – teman di Biro Kesra segera mempersiapkan segalanya. Tentu dengan segala ketidaktahuan, namun semangatnya sama. Ini adalah tantangan yang harus dan bisa diwujudkan bersama-sama. Dengan dikomandani oleh bapak Kabag TU (syeh) Ahmad dan ketua teknis Aa Sofyan dan tim TU tidak hanya humas namun kolaborasi semuanya untuk mewujudkan konsep awal even ini.
Begitupun dari Bos Sekda, intruksi teknis tentang festival dulag ini menjadi pedoman bagi kami dan dituangkan dalam Kerangka acuan kerja, paparan versi canva, konsep di media sosial konsep sertifikat juga beraneka surat menyurat baik dalam benfuk nota dinas di internal sekretariat daerah juga surat keluar yang ditujukan kepada berbagai OPD pendukung.
Seperti permohonan dewan juri ke Disparbud, dukungan tim kesehatan dari Dinkes, dukungan publikasi dan live streaming youtube ke Diskominfo, dukungan media luar ruamg termasuk LED outdoor dan yang pasti kehadiran pak Gubernur itu sendiri ke Biro Adpim serta permohonan mencetak undangan resmi plat merah. Juga Dinas Perrhubungan dan Satpol PP serta Polrestabes Bandung untuk pengamanan, ketertiban, pengaturan lalu lintas sekaligus jangan lupa tentang perijinan keramaian.
Panitia FDI bersiap – siap.
Karena jelas intruksi pak Sekda, disaat Panitia inti melakukan audiensi diminta seluruh OPD mengirimkan satu tim dulag yang berjumlah 4 orang serta perwakilan kabupaten / kota dari 27 daerah dengan 2 perwakilan yaitu kategori dewas dan kategori pemuda. Termasuk konsep performance dari masing – masing peserta dengan menggunakan kendaraan masing – masing untuk melewati tribun depan gedung pakuan. Lakukan penampilan, dinilai dan bergerak meninggalkan area halaman gedung pakuan.
Maka detailing waktu menjadi ketat karena diharapkan bisa tuntas di pukul 22.00 wib. Pasukan Kesra semua bahu membahu dengan dikawal para Ketua Tim dan jelas dikawal oleh Bapak Agis JF Madya satu – satunya di biro Kesra.
Rapat internal via zoom meeting menjadi kunci kebersamaan sehingga pergerakan teman – teman fokus kepada aneka persiapan dan juga disaat pelaksanaan. Kang Dadan mengkordinir hadiah dan piagam pontang – panting dibantu pak Juan, pak Asep Achyar juga Fahmi, Septian, Sakti dan maafkan nama – nama yang belum disebutkan. Ternyata piagam yang di tandatangan gubernur harus jelas usulannya, ada nota dinas, kajian, berita acara yang ternyata dengan jaringan kekompakan dengan BKD dan Biro Hukum dapat dituntaskan segera.
Tantangan hadir tentang besaran hadiah yang harus berjibaku dengan usulan perubahan komponen, pemotongan pajak hingga penyerahan hadiah tersebut apakah via transfer ataupun tunai. Seru pisan pokoknya, Neng Rani dan tim perencana berjuang belakang layar dikawal aa Sofyan serta Tim TU sementara waktu pelaksanaan terus mendekat tinggal menghitung hari.
Ada juga pak Haji Encep dan pak Damir sebagai tim pengendali cuaca yang bertugas memastikan dengan ihtiar dan doa agar di malam festival dulag istimewa ini tidak ada hujan dan langit tetap cerah. Nah ternyata dukungannya tidak main – main langsung BPBD, BNPB dan BMKG dalam pelaksanaan rekayasa cuaca sehingga curah hujan beberapa lokasi di jawa barat diihtiarkan agar turun di lautan sehingga mengurangi potensi bencana banjir di kawasan jawa barat.
Pleno Dewan juri
Tim pencari obor sekaligus persiapan untuk makan minum acarapun tak kalah sibuknya. Ada pak Juan, pak Mamat, pak Agis, bu Muftia yang sibuk mencari obor. Juga tim bu Amelia dan bu Imas BMS yang mengkordinasikan konsumsi dari mulai angka 550 pak menjadi 1000 pak disaat even berlangsung yang disupport full oleh Biro Umum Setda Jabar.
***
Sementara urusan kemungkinan hari lebaran kapan, berdasarkan perbandingan sederhana dengan melihat sidang isbat 5 tahun ke belakang, penanggalan 1 syawal selalu sejalan dengan rencana awal pemerintah. Dikaitkan juga dengan arahan pak Sekda di saat tim kami melaporkannya. Berarti jelas, pelaksanaan Festival Dulag Istimewa 1446 H akan dilaksanakan pada tanggal 30 maret 2025 setelah shalat isya sampai malam. Noted.
Pak Kabag TU dilantik jadi Karo Adpim.
Terdapat kejutan yang membahagiakan keluarga besar Biro Kesra Jabar adalah dengan dilantiknya Bapak Syeh Kabag TU menadi Kepala Biro Adpim yang baru. Menjadi JPT Pejabat tinggi pratama atau level eselon II, Alhamdulillahirobbil Alamin… kami ikut bangga dan bahagia meskipun terselip kesedihan karena harus berpisah secara kedinasan. Tapi kerjasama tetap abadi, semoga pengganti beliau adalah orang yang berintegritas dan paripurna seperti beliau.
Balik lagi urusan FDI, waktu tersisa tinggal 2 hari. Tetapi ada hal yang masih mengganjal dalam hati yakni format atau konsep acara yang sudah kami susun, apakah sesuai dengan konsep dan harapan pak KDM, gubernur kami?.. ternyata karena Karo Adpimnya adalah alumni Biro Kesra maka kami diberikan slot waktu untuk menghadap.langsung kepada bapak Gubernur di kediaman pribadinya, di lembur pakuan Subang.
Benar saja, hari jumat siang menemui pak KDM dan ternyata format acara festival ngadulag yang diharapkan adalah nirkendaraan tetapi bedugnya dan para penakolnya eh petugasnya stanby di halaman gedung sate dan disuarakan bersama-sama. Lalu juri bergerak menilai satu persatu penampilan para peserta dan alhirnya merumuskan hasil penilaian yang dituangkan dalam 18 juara. Tanpa banyak basa – basi, pulang menemui pak Gubernur langsung di gelar rapat virtual marathon mulai dari dewan juri, para perwakilan OPD dan 27 kabupaten kota sebagai calon peserta serta petugas dan tim semuanya karena perubahannya sangat signifikan.
Lapor ke Pak Gubernur, bp KDM.
Maka bergeraklah bersama mempersiapkan segala hal dengan aneka perubahannya. Pak Agis menjadi koordinator absensi bagi teman – teman semua sekaligus didapuk sebagai plt Kabag TU melanjutkan tugas pak Ahmad. Pak Ahmad sendiri tetap mendukung kegiatan ini dengan kapasitasnya sebagai pejabat eselon 2 yang mengatur agenda Gubernur.
Pak Sofyan pontang – panting mengawal persiapan teknis kegiatan. Pak Dadan dan tim mempersiapkan piagam, trophy, souvenir dan hadiah. Bu muftia pabeulit sama obor dan tuntaa oleh pak agis, pak juan dan pak rahmat karena bukan hanya obornya saja yang harus ada tetapi lengkap dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Bu Oi dan tim penerima tamu sibuk wara – wiri. Apalagi tim registrasi, sudah ready dari minggu pagi demi menerima dan mengarahkan peserta hingga mengkordinasikan tanda tangan dan visum dari para peserta kabupaten / kota.
Pak Gub betikan hadiah kepada juara FDI
Pak rahmat dan pak Juan alih profesi menjadi sopir mobil bak demi mengangkut bedug besar dari mesjid raya Bandung ke halaman gedung pakuan. Tim dokumentasi humas terus bergerak, tim acara berkoordinasi intens dengan protokoler. Termasuk diri ini yang juga harus bersiap tampil menyampaikan laporan kegiatan. Sebuah mantra menjadi pembuka, hadirkan senyum bersama – sama : MOBIL FIAT MOBIL SEDAN, TEU KIAT HOYONG LAPORAN.
Akhirnya di malam takbiran tanggal 30 maret 2025 kegiatan Festival Dulag Istimewa 1446 Hinriah resmi dilaksanakan di halaman gedung pakuan. Total 70 tim hadir dari 27 kabupaten kota dan perwakilan OPD di lingkungan provinsi jawa barat.
Bersama pak Gub KDM & Dewan Juri FDI.
Sukacita peserta dan warga menyatu dalam bahana suara bedug yang dipukul bersama begitu menggetarkan jiwa. Menggabungkan marwah nafas islami, tradisi budaya sunda serta makna mendalam tentang memukul bedug sebagai PENGINGAT bagi umat manusia khususnya muslim muslimah untuk selalu tepat waktu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala.
Menghasilkan 18 juara dari 3 kategori, yakni juara I, juara 2, juara 3, juara harapan 1, 2 dan 3. Dimana dalam prosesi penilaian yang dikawal ketat oleh Bu Neni dan tim BMS menyisakan juga sebuah pengorbanan dengan hilangnya smartphone bu Neni ditengah hiruk pikuk penilaian penampilan dulag dari masing-masing kelompok.
Terima kasih Bapak Gubernur Jabar atas tantangannya, Bapak Sekda yang selalu membimbing kami, seluruh pimpinan OPD serta Baznas Provinsj Jawa Barat yang mendukung terselenggaranya acara FDI ini. Para Dewan Juri yang berjibaku menilai secara objektif yang merupakan representasi dari akasemisi, praktisi dan seniman yakni ada kang Erlan – seniman, Abah Faruq – LASQI & Kang Rizky Hamdani – ISBI serta seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini.
Tuntas acara bersama sebagian tim & pak Sekda Jabar.
Super thanks for Keluarga Besar Biro Kesra Setda jabar yang begitu kompak, militan, tetap bertahan dengan segala perubahan dan sampai lepas tengah malam menuntaskan even FDI ini hingga setuntas-tuntasnya. Bravo Biro Kesra.Wassalam(AKW).
Cerita bermula dari rasa kesal yang membuncah melihat bapak – bapak dan pemuda serta beberapa anak sibuk dengan kongkur, sebuah sebutan untuk memancing ikan berjamaah di satu kolam yang sudah disepakati bersama. Ya sebutannya kongkur, raga ini belum tahu pasti asal muasal istilah tersebut tetapi menjadi pelafalan umum dan semua yakin dengan pengertian dan pemahaman yang sama.
“Mengapa dikau kesal adinda?” Sebuah tanya menyeruak dan langsung fokus padaku. Seorang santri kecil yang sedang belajar agama. Sejenak terdiam tetapi selanjutnya jawaban lantang hadir untuk meraih keadilan, “Bukan tidak suka aktifitasnya, tetapi teriakan dan celoteh serta sumpah serapahnya yang mengganggu konsentrasi kami membaca dan menghafal kitab sapinah dan jurumiah. Padahal sebentar lagi Imtihan Guru”
Guruku, Ustad Saemul tersenyum. Wajahnya yang teduh dan kharismatik memberikan rasa damai padaku, kepada kami pada santri cilik yang berkumpul dihadapannya dalam formasi sorogan kitab kuning. Beliau berkata, “Bersabar dan bertawakal saja, kita doakan mereka tersadar untuk tidak terlalu ribut sehingga tidak mengganggu kita”
“Iya pak Kiai, maafkan kami” “Iya tidak apa-apa, ayo kita kumpul lagi dan membahas hadits pendek dan artinya”
Tapi esok harinya setelah diperhatikan secara seksama, kegiatan kongkur terus berlanjut seakan mengejar jadwal jangan jeda konkur sepanjang bulan ramadhan. Jam 07.00 wib sudah hampir sepertiganya hadir di pinggir kolam dan bersiap ‘menyelamatkan ikan yang tenggelam’. Teriakan dan gaya ngobrolnya yang keras, agak mengganggu suasana pagii di pesantren asrama laki-laki. Tapi itulah kenyataannya.
Hanya saja hari ini berbeda, disaat mulai menaiki jalan menanjak dan cukup ekstrim maka tiada kata seindah doa kepada Allah Subhananu Wataala agar dilancarkan dan dimudahkan dalam pekerjaan juga kehidupan pribadi. Perbedaannya adalah para pemain ini dalam aktifitas kongkur ini terlihat merokok padahal jelas – jelas ini bulan ramadhan dan diwajibkan berpuasa. Maka jiwa mudaku berontak melihat fenomena merokok siang hari tersebut, mengingarkan untuk jadwal shaum harus segera diikuti.
Tapi langkah kaki mungil ini terdiam sesaat, mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi. Apalah daya badan anak kecil ini dihadapan orang – orang dewasa yang terlihat begitu kuat dan garang. “Perlu cari strategi yang tepat”.
Maka segera pergi ke belakang kobong (asrama santri) menuju area rahasia. Menyibakkan beberapa daun pisang kering dan segera diambillah lodong, sebuah meriam bambu lengkap dengan amunisinya. Ada botol plastik kecil berisi cairan minyak tanah, satu botol berisi air dan satu botol berisi pecahan karbit siap pakai.
Dhuaar…
Meriam bambu dipikul karena ukurannya lumayan sambil menenteng peralatan. Menuju lokasi yang tepat di dekat kolam yang masih banyak semak – semaknya. Lalu meriam bambu di pasang dalam posisi yang tepat dengan perhitungan akurat menuju sasaran di kolam. Tapi tetap tersembunyi dari pandangan para pemancing tersebut.
Setelah dirasa semua siap, maka mulai mengamati sasaran. Ternyata beberapa peserta kongkur sedang menikmati bekal makan siang, padahal ini bulan ramadhan. Semakin bergemeretaklah gigi ini dan menahan rasa kesal yang begitu dalam kepada orang – orang yang tidak berpuasa padahal diyakini mereka beragama islam. Tanpa fikir panjang, langsung saja racikan air dan minyak tanah menjadi adonan pembuka. Terakhir pecahan karbit sebagai pembangkit tenaga dorong.
Setelah terlihat bahwa racikan bahan peledak sederhana ini sudah memanas dan tepat moncongnya menuju sasaran. Maka langkah terbaik adalah menyalakan api pada posisi cairan dalam lodong sudah mendidih.
Tep… Dhuaaaar…
Suara membahana memekakkan telinga, seiring dengan lidah api keluar dari moncong meriam bambu ini. Suara yang menggelegar membuat para pemancing terjengkang kaget. Ada 2 orang yang tigejebur.. eh loncat ke kolam karena rasa kaget yang tidak tertahan. Sisanya terjengkang ke belakang. Ikan di kolampun berloncatan, menyambut kegembiraan dan keseruan.
Dirikupun merasa senang, karena bisa memberikan pengalaman tak terlupakan dari para pemancing yang tidak berpuasa ini. Meskipun mereka ternyata masih melanjutkan aktifitas di pinggir kolamnya. Tapi minimal sebuah peringatan hadir tanpa diduga dengan perantara tangan mungil ini.
Tidak hanya di sekitar kolam pancing yang heboh, tapi juga di asrama atau di kobong. Beberapa senior santri berlarian menuju sumber suara. Tetapi tidak ditemukan siapa – siapa, hanya meriam bambu yang hampir belah saja yang ada. Sementara raga mungil ini sudah menghilang dengan menggunakan ilmu lanvkah seribu dan berdiam di tempat aman. Wassalam(AKW).
Wanci burit geus kaliwat lila pisan, bèak ku nu ngawangkong ngabahas sagala rupa. Tadina sugan tèh wanci sareureuh budak mah geus lekasan. Tapi geuning ngadeukeutan wanci indung peuting, nu badami beuki rongkah. Patèmbalan embung èlèh. Padahal ukur ku nyebut nuhun bari imut kanjut, moal lila babadamian tèh.
Ku sabab sarua pinter, antukna guntreng tèh kana sagalarupa. Bubat babèt urusan lian, tapi tuluy silih tagenan. Atuh parèa-rèa omong tèh beuki mahabu. Tungtungna ngabeledag, sora bedas meupeuskeun rasa. Nu keur pacèntang – cèntang ngajengkang katukang.
Nu lainnya ogè katindihan, aya nu ngacleng kaluar jandèla sabab awakna leutik tur ipis. Nu awakna kandel mah nagen, ukur ngèsèr saetik. Kabèh ngahuleng, teu nyangka geuning tanaga pasèa tèh badag kacida.
Kabèh ngaheunggeu teu puguh rasa. Tapi aya nu sarua, baham rapet teu bisa disada. Ukur leungeun nu pakupis pepeta. Bari beungeut sepa, teu aya getihan.
Dijuru dua mahluk hideung halughug sareuri bari tutunjuk, “Matak tong patugeng-tugeng. Belegug.” (AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Senja belum menjadi malam tapi ide menulis hadir harus segera dituangkan dalam jalinan kata yang mungkin memberi aneka makna. Tak lupa karena semangat belajar untuk ikut melestarikan bahasa sunda, maka cara belajarku adalah dengan menuliskan sebuah cerita singkat dalam format FBS (fiksimini basa sunda).
Ini dia tulisan singkatnya :
FIKMIN # PAPANGGIH #
Ulin ka basisir jayanti tapi balikna apruk-aprukan nepi ka asup wewengkon leuweung larangan. Mimitina mah ban motor ngagaur meulah jalan satapak, ban pacul anyar nganjuk ti bengkèl Mang Kosim. Tapi beuki jauh tèh lain manggih lembur, ngadon nanjak loba tangkal geledegan.
Sabot ngaliwatan tangkal kihujan, pes tèh mesin motor ngadadak pareum, erèmna ngonci saharita. Awak ngacleng ka hareup, untungna geus jagoan labuh, jadi teu lila nangtung deui.
Ngarèrèt katukang, kaciri motor ngait kana akar. Leumpang ngadeukeutan. Gebeg!, gigireun motor aya mahluk belang koneng hideung panonna moncorong.
Tapi lain Jang Osid nu borangan ieu mah, komo geus meunang parancah ti Uyut, yèn mahluk ieu mah tong dipikagimir. Tapi deukeutan lalaunan, nyambat karuhun. Teu poho leungeun ngodok kana tas. Geus deukeut teu antaparah deui, asem kawak langsung diulaskeun kana beungeut jeung huntuna. Maung cicing bari nyengir.
Teu lila kèom tuluy calangap, ngagaur handaruan. “Huaaaaahhhrgggg!!!” Reup poèk mongklèng. Cag.
***
Fiksimini Basa Sunda atau FBS, sebuah genre menulis fiksi atau karangan berbahasa sunda dengan maksimal 150 kata sudah membangun sebuah cerita lepas. (AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Cerita kali ini adalah kisah nyata yang dialami langsung bersama istri sepulang kerja. Sungguh tidak menyangka akan mengalami suasana yang menegangkan dan cukup membuat jantung ini berolahraga mendadak.
Kejadiannya bukan tengah malam kok, tapi sekitar jam tujuh malam. Awalnya perjalanan pulang kerja itu biasa saja tidak ada hal – hal yang aneh. Baru mulai terasa berbeda adalah setelah melewati bundaran air mancur leuwigajah dan melewati jembatan lalu belok kanan. Ternyata suasana sepi dan agak gelap, jikalau terang itu karena lampu motor dan mobil yang sesekali lewat. Kendaraan terus melaju dan posisi di memegang setir sambil melihat pemandangan tidak biasa. Toko – toko gelap termasuk supermarket dan minimarket yang ada.
“Kok nggak pake genset ya? Giliran mati lampu jadi gelap semua” “Iya jadi sepi banget” Istri menimpali.
Semakin mendekati komplek perumahan melewati pemakaman kerkof, suasana semakin sepi dan belok kanan memasuki komplek perumahan suaka indah. Fiks gelap gulita, kecuali lampu mobil yang menerangi kenyataan yang ada. Terasa berbeda sekali suasana komplek perumahan kami kali ini. Sepi dan berasa misterius saja, “Tidak seperti biasa”
Bersama istri sesekali berpandangan tapi tidak banyak kata yang terucap, apalagi gerimis yang sedari tadi menemani telah berubah menjadi hujan lebat yang melengkapi suasana gulita ini. Dingin tidak hanya diluar kendaraan saja, tetapi suasana di kabin kendaraanpun terasa senyap dan hampa. Mobil kami bergerak perlahan dan belok kiri lurus, belok kiri lagi dan lurus hingga melewati taman RT 04 yang sedang direnovasi kembali.
Mendekat gerbang rumah di sebelah kiri ada gang, dan ketegangan di mulai. Diawali melihat sosok putih agak samar di pinggir gang tersebut, tapi dilewati saja perlahan. Mungkin hanya salah lihat saja.
Hanya saja karena penasaran, mencoba melihat suasana belakang kendaraan melalui spion depan. Deg, jantung sesaat terdiam, karena sosok putih tadi bergerak mendekati belakang mobil kami yang sudah berhenti depan gerbang rumah, menunggu gerbangnya dibuka.
Mata tajam melihat kaca spion tengah dan terlihat sosok putih tadi semakin dekat ke belakang mobil dan.. hilang.
Dilihat di spion tidak terlihat ada sosok putih tadi, hanya kegelapan menyelimuti belakang mobil kami.
Adrenalin terasa mengalir, dan nafas jadi memburu. Doa – doa dibacakan untuk memohon perlindungan Allah Subhana Wataala.
Dada semakin berdegup disaat sosok putih tadi semakin mendekat di kaca sebelah kanan. Mata coba terpejam beberapa kali sambil ucapkan doa tolak bala, tapi bayangan putih itu tetap ada. Diperhatikan sekilas, tetap tidak jelas karena kegelapan yang ada, hanya saja terlihat kilatan mata yang membuat suasana semakin menegangkan.
Tapi ya sudah daripada ketakutan berdua, segera kaca mobil dibuka…. dan, “Astagfirullohal adziiim!!!!” Mulut spontan berteriak sambil melihat seraut wajah dengan senyuman yang sudah dikenal selama ini. Lalu terdengar suara, “Ini kunci rumah pak, tadi saya lihat mobil bapak belok depan komplek”
Istri juga berteriak tapi sekaligus senang, karena yang disangka bayangan putih penuh ketegangan itu adalah Mang Jajang, Sopir kantor yang ditugaskan mengunci rumah yang sedang proses untuk dijual. Mang Jajang mengejar mobil kami dengan mengendarai motor, lalu perkir di gang karena bisa jalan pintas. Lalu mendekati mobil kami dengan menggunakan jas hujan berwarna krem terang.
Selamat malam para pembaca yang budiman, ini bukan kisah horor tapi kisah nyata yang berakhir dengan tertawa senang. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Alhamdulillah akhirnya bisa kembali menuangkan kata menjadi cerita meskipun sedikit terbata – bata karena berbagai alasan yang nyata tapi inilah hasilnya.
FIKMIN # BORANGAN #
Tos lami teu liar wengi jalaran rumaos yuswa beuki nambihan. Tangtos nu utami ngiatkeun niat ngempelkeun bekel pikeun jaganing di ahérat. Supados lungsur langsar dina enggoning kekempel bekel téh ayeuna mah ka masigit langkung remen sanaos teu lima waktos. Netepan lohor nu tara kalangkung mah, margi moal sieun ngadadak janten imam. Cekap ku modal Allohuakbar tur samialloh, tiasa lancar ngaimaman.
Wengi ieu kapaksa kedah nyarengan dunungan, calik dina korsi nu teu patos caang. Saurna téh, “Réncangan sakedap nya Bah, ulah kamamana, calik waé bari ngaleueut.”
Mung unggeuk nu tiasa kapihatur, padahal dada ngaguruh haté tagiwur. Ningali barudak beunceuh bobolékakan ngalangkung payuneun raray. Kirang bahan, kaluhur kahandap. “Astagfirullohal adzim” mung istigfar nu teu liren di dawamkeun.
“Om ikut duduk ya bentar” ujug – ujug soanten halimpu kadangu, bréh dipayuneun aya bidadari sampulur tur rancunit. Soca olohok raga teu walakaya. Sieun nu teu aya papadana, sieun nyaah sapertos baheula nu tungtungna janten sangsara. (AKW).
Warna terakota – perjuangan mencari dan sekelumit sejarah serta dokumentasi acara.
Pupuhu & sesepuh berbalut warna terakota.
Cimahi, akwnulis.com. Pertemuan keluarga besar kartadibrata atau disebut KBKD telah berjalan dengan baik, lancar, ceria dan bersahaja. Bertemu muka bercengkerama sambil menikmati hidangan yang tersedia tidak lupa berphoto bersama dengan sanak saudara. Itulah makna silaturahmi dan acara halal bihalal yang telah terselenggara di Gedung serbaguna Dinsos Jabar (28/04/2024).
Ada satu hal yang menggelitik hati kali ini adalah berkaitan dengan satu kata, terakota.
“Mengapa ini menjadi menarik?”
Pupuhu & penerima tamu / Dokpri.
Jawabannya adalah satu kata ini yang membuat sekitar 127 orang keluarga besar kartadibrata mencari – cari warna tersebut dalam bentuk kain untuk dijahit, baju yang sudah jadi ataupun kaos untuk anak – anak karena terakota ini diputuskan oleh keluarga besar kartadibrata sebagai ‘dresscode‘ pertemuan keluarga tahun ini.
Untuk sampai ke tahap keputusanpun tidak serta merta dan bukan intruksi dari pimpinan keluarga besar ataupun sesepuh. Tetapi diawali dengan beberapa usulan di WAG lalu saling menanggapi dan ramai pembahasannya karena warna terakota ini berada dalam komposisi antara merah, orange dan coklat atau dikenal dengan sebutan merah bata.
Maka penulis mencoba menelusuri referensi tentang terakota ini. Penelusuran pertama tentu berdasarkan asal kata yaitu terracota, terracotta, terra-cotta yang berasal dari bahasa italia memilik arti ‘tanah bakar, sementara dari bahasa latin disebut terracocta yang artinya tembikar yang terbuat dari tanah liat.
Sumber tulisan lainnya membahas tentang pasukan terracotta yang menjadi temuan besar dan bersejarah di china dimana ribuan patung prajurit yang dibentuk dari tanah liat ditemukan pada tanggal 29 maret 1974 oleh petani Yang Zhifa yang hingga saat ini masih diselimuti misteri (Sumber : http://www.liverfoolmuseums.org.uk ). Sementara berbagai sumber tulisan lain khususnya tentang warna terakota ini membahas tentang perpaduan warna antara merah dan coklat serta secara umum merupakan warna yang terlihat atau melekat pada bata merah, begitulah warnanya saudara – saudara.
Maka keluarga besar kartadibrata yang akan menghadiri undangan halal bihalal KBKD ini ada yang pergi ke toko baju dan toko lain lanjut ke tukang jahit. Ada juga yang belanja di onlineshop meskipun beberapa terpaksa gigit jari karena ukurannya kurang besar sehingga tidak berjumpa kancing kemeja dengan lobang kancingnya alias kekecilan.
Batik burung hantuku / Dokpri.
Disinilah muncul ide bahwa dresscode acara halal bihalal keluarga besar kartadibrata selanjutnya diharapkan informasi tentang dresscode ini bisa diumumkan sebelum hari raya idul fitri agar semua anggota keluarga besar bisa menyesuaikan dengan warna tersebut untuk hari lebaran dan bisa dipakai ulang pada saat hari halal bihalal KBKD yang digelar setelah pelaksanaan hari raya idul fitri. Setuju?… pasti setuju, karena bisa menghemat budget dan waktu untuk mencari baju baru.
Itulah sekelimut cerita tentang keseruan berburu baju dengan warna terakota. Penulis sendiri pesan via online kemeja berwarna terakota ukuran custom alias 3XL. Ternyata setelah pesanan tiba, adalah kemeja model slim fit meskipun ukurannya sesuai namun tidak cukup untuk digunakan…. akhirnya batik coklat bergambar burung hantu yang dipakai pada saat halal bihalal di gelar.
TerakotaBersama Istri tercinta / Dokpri.
Tapi sebagai penguat rasa dan pengingat makna, maka dalam tulisan bahasa sunda bisa diartikan tentang teracota ini adalah singkatan dari jalinan kalimat dan kata yaitu :
TERAKOTA dikawitan tina haTE anu bersih RAramean di ieu tempat Ulah hilap mendeKO ka Allah Subhana Wataala pikeun ngajagi darajat TAkwa
Terjemahan bebasnya adalah : Dimulai dari hati yang bersih Melaksanakan keramain hari ini Jangan lupa berdua kepada tuhan yang maha esa Untuk menjaga derajat takwa.
Demikianlah tulisan singkat tentang terakota dari sisi sejarah, makna kata dan singkatan bahasa sunda yang mungkin terasa memaksa tetapi benar adanya. Wassalam(AKW).
BOJONGHALEUANG, akwnulis.com. Dari fase ngabeubeurang (beurang = siang) menuju fase ngabuburit (burit = sore) pada hari libur memang harus pintar memanage waktu, apalagi di bulan ramadhan ini. Bawaanya yang aman adalah tidur seperti lagu,
Kalau pendekatan religi maka bertadarus atau melanjutkan hafalan surat – surat pendek dalam. Alquran. Tapi jikalau memilih jalan tengah, maka menulislah. Ini dia…..
***
FIKMIN # KONGKUR #
Keuheul ningali nu kongkur ampir unggal poè. Nu jadi lantaran mah lain teu panuju ka tukang nguseup tèh. Ari judulna ngabuburit nungguan adzan magrib, ngan nyekel jeujeurna bari udud. Ngelepus bari gogonjakan, padahal kobong tèh gigireun. Aranteng wè diparelongkeun ku santri.
Babaturan tingkuciwes, tapi pas wawartos ka Ama haji tèh mung diwaler, “Cing salabar, keun janten pertangelwaleran aranjeuna ka Gusti Alloh”
Uing ogè keuheul tapi inget papagah Ama Haji, ditahan wè. Dinten ka 16 romadhon mah ngududna ditambih nyandak bekel sangu bungkus, ngadon botram.
Lodong badag congona lempeng ka balong, karbit sakilo jeung minyak tanah tos ngagolak dijerona.
“Punten Ama, Uing teu tumut kedah sabar tèh”
Lodong diseungeut, DHUAAAAAR….. bumi inggeung, nu kongkur becir, aya ogè nu ngajengkang kapiuhan. Joran paburantak. Lauk ngarajleng rareuwaseun. Balong bedah saat saharita.
Alhamdulillah ti harita teu aya deui kongkur jeung botram di bulan ramadhan. Cag.
***
Demikian celoteh singkat suasana ramadhan masa kecilku di kampung halaman. Selamat melanjutkan fase ngabuburit menjadi fase berbuka puasa. Wassalam(AKW).