“Bro, tulungan, sok aya nu noong mun keur mandi” pamènta ti babaturan awèwè nu ngiluan diklatsar. “Siap, keun ku Ibro urang bèrèskeun” Uing ngajawab pertèntang. Peutingna sanggeus apel malam langsung sasadiaan, nèangan gantar. Alhamdulillah aya beusi urut tihang bandèra. Lumayan.
Jam 03.00 hudang, beusi panjang dibawa. Keketeyepan muru jamban asrama putri. Muka panto, asup bari nèangan posisi strategis, keur ngagareuwahkeun nu beuki noong. Teu lila aya tiluan siswa awèwè nu rèk marandi. Pas ngaliwatan uing, tiluannana surti.
Nu tiluan mimiti nyoo cai dina bak panjang, maklum jamban asrama mah bak babarengan.
Kaciri dina para aya nu leumpang lalaunan ngadeukeutan.Pas diluhurueun, besi panjang dirojokkeun.
Coss! “Waddawww…”
Kolèang murag ti para.
Gejebur!!!… “Taaah, beunang……” Babaturan awèwè rècèt. Uing ngadeukeutan nu murag, rèk diteunggeul beungetna sina kapok.
Peureup geus ngeupeul tinggal neunggeul, panon olohok. Eureun saharita.
Dihareupeun dina jero bak panjang. kaciri pelatih latsar, awak jibrug tarang bohak getihan. Cag. (AKW).
Ngahuleng dina golodog bari ningalikeun nu ngaliwat. Sakapeung unggeuk mun aya nu uluk salam, tapi sok olohok ogè dina mangsana nu ngaliwat jiga hayam. Teu jadi ambek atawa kumaha, keun waè di ridokeun. Boa teu uluk salam tèh da teu ningali uing nu keur cinutrung.
Diuk di golodog tèh lain saukur keur ngabangbrangkeun rasa tapi justru dina jero hatè keur wirid nguatkeun du’a. Aya kahayang, aya pamaksadan. Ieu imah nu boga sagala carita, harita dina mangsana mitembeyan kahirupan rumah tangga jeung si jenat, rèk dijual.
Sugan wè bisa jadi rejeki duit nu leuwih barokah. Sanajan dina nyatana keur hèsè ayeuna mah, tapi tarèkah kudu tuluy diihtiaran bari teu poho, ngadu’a ka Allah nu Maha Kawasa.
Sabot melong kosong ka jalan nu geus suwung patalimarga. Reg tèh aya mobil boks eureun. Gebeg, asa kagareuwahkeun.
“Ua punten nyanggakeun pakèt kanggè Uwa istri” gorowok supirna.
Can gè ngajawab, geus kareungeu nu lalumpatan ti jero imah. “Alhamdulillah pakèt tos darugi, nuhun Aa”
Jikan jeung maruna marahmay, bari muru pakèt sèwang – sèwangan. (AKW).
Dibalik momen haru dan sedih, ada penyempurna yang hakiki. jejak digital terpatri.
BANDUNG, akwnulis.com. Siang ini (19/02) adalah sebuah momentum penting bagi seluruh pegawai di Gedung sate karena hadir bersama pada acara perpisahan dengan bapak Penjabat Gubernur Jawa barat yakni Bapak Bey Triadi Mahmudin dan Ibu Amanda Soemedi yang telah menakhodai pemerintah provinsi jawa barat selama 17 bulan lebih.
Tulisan ini tidak mengulas suasana perpisahan yang mengharu biru, campur aduk antara haru dan biru eh sedih. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dan dijalani.
Nah di momen terakhir sambutan bapak Sekda, hadirlah di layar LED sebuah pantun berbahasa sunda. Jengjreng…. awalnya biasa saja. Dibaca sekilas dan berlanjut dalam sebuah rangkaian acara.
Tapi…. kok agak hafal untuk kalimat di barisan pertama dan kedua. Ada 2 kalimat yang terasa tidak asing. Tulisannya adalah : ‘mapay desa nu baranang, manggih domba disimbutan. ..’
2 kalimat ini terasa akrab karena merasa pernah menuliskannya di suatu tempat. Tapi tentunya juga perlu pembuktian. Mengapa 2 kalimat itu memiliki hubungan khusus dengan diri ini. Langsung disalin saja 2 kalimat tersebut dan ditempelkan di kolom searching mbah google.
Tadaaa…..
Ternyata hadirlah urusan searching pertama dan kedua, salah satunya adalah alamat blog pribadiku. Tak sabar dibuka dan benar saja, 2 kalimat itu adalah tulisanku di tahun 2018 atau tepatnya 7 tahun yang lalu.
Capture hasil pemcarian di Google.
Meskipun ternyata 2 kalimat tersebut hadir juga di laman kumparan.com juga website lainnya. Tapi yang membuat hati ini senang karena dengan jejak digital dapat dilihat siapa yang menulis duluan. Mayoritas beberapa website menulis dengan judul ‘Contoh pantun sunda‘ padahal sejatinya itu dibuat dan diupload oleh jemari ini pada tanggal 27 Nopember 2018 atas permintaan seorang kakanda yang beralih tugas dari jabatan Camat Boget Kabupaten Sukabumi dalam momentum perpisahan.
Ada terselip rasa senang karena sebuah tulisan 7 tahun lalu bisa hadir kembali dalam sebuah momentum resmi yang secara kebetulan adalah di lingkungan kerja sekaligus disaat perpisahan pimpinan tertinggi di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat khususnya dengan para pejabat tinggi pratama, para pimpinan BUMD dan seluruh pegawai di Sekretariat daerah provinsi jawa barat.
Tulisanku 2018 itu adalah : Mapay desa nu baranang Manggih domba disimbutan Aya mangsana datang Aya oge mangsana amitan.
Dan sekarang di layar LED terpampang : Mapay desa nu baranang Manggih domba disimbutan Aya mangsana Pak Bey datang Aya oge mangsana Pak Bey amitan.
***
Terima kasih Pak Bey & Ibu, Selamat Jalan.
Rasa haru semakin bertambah, awalnya karena memang begitu terasa keteladanan dari Pak Bey selama menjabat Pj Gubernur Jawa Barat. Kasih sayang, kesederhanaan, ketelitian dan kemudahan komunikasi serta bejibun kebaikan – kebaikan yang beliau tunjukan sebagai seorang pemimpin yang hari ini menjadi saat – saat terakhir sebagai peje dan akan kembali bertugas menjadi eselon I di Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta.
Dilengkapi dengan penyempurnaan dari hadirnya kalimat pantunku sebagai pengantar dari ungkapan perpisahan. Itulah indahnya momentum kehidupan dilengkapi dengan catatan dari jejak digital. Bagi yang penasaran, bisa dibuka tautannya disini :…. PANTUN PERPISAHAN – akw.
Selanjutnya sebagai penutup, maka pantun singkat langsung dibuat : Makan tahu di pinggir pantai sambil naik kuda. I love u bapak Bey dan Ibu Amanda.
Daun selasih tersemat lagi di depan mata. Terima kasih dan selamat kembali ke Jakarta.
***
Itulah tulisan singkatku kali ini, sebuah tulisan yang dihadirkan dalam masa – masa perpisahan. Wassalam(AKW).
1 hari 5 tempat, gaskeun. purwakarta bekasi karawang subang bandung cimahi.
BANDUNG, akwnulis.id. Semerbak harum pagi menyambut langkah optimis untuk selalu menjaga syukur atas semua berkah Illahi. Memasuki kendaraan yang langsung tancap gas memasuki tol gate Pasteur dan meluncur membelah suasana pagi yang ditemani semburat sinar mentari.
Tak terasa kawasan rest area 97 sudah ada dihadapan mata. Kendaraan dikurangi kecepatan dan belok kiri menjadi secercah harapan karena ada hal yang harus dituntaskan.
“Apa yang harus dituntaskan kawan?”
Jawabannya singkat, SARAPAN.
Yuk ritual makan pagi yang harus dijaga dan jangan terlewati. Meskipun sedikit tetapi menjadi kewajiban demi menjaga daya tahan tubuh dan menjalan tugas pekerjaan yang sedang diemban.
“Lha khan biasanya sarapannya dengan menu khusus yang ada roti gandumnya, telur rebus putihnya saja dan beberapa iris jeruk sunkist?”
Apel pagi di Puskesmas Cikarang Bekasi
Hari ini agak lain, karena menu tersebut tertinggal tadi di rumah. Sehingga alternatifnya tetap harus ada yang masuk ke dalam perut yang sudah bergejolak lapar ini. Maka pilihannya adalah sajian bubur ayam panas dengan pola self service di Kedai Mandiri dan tak perlu berlama – lama langsung dinikmati bersama kawan seperjalanan.
Perut tuntas terisi maka perjalanan dilanjutkan menuju titik pertama yakni di wilayah Kabupaten Bekasi tepatnya di Puskesmas Cikarang. Sebuah kegiatan kedinasan yang diawali dengan pelaksanaan apel pagi bersama seluruh pegawai puskesmas dilanjutkan dengan peninjauan pelaksanaan kegiatan yang diicanangkan pemerintah yaitu CKG (cek kesehatan gratis) bagi warna yang berulangtahun.
Tak berapa lama segera bergerak dari Cikarang, sebuah daerah yang begitu gercep. Karena setiap disebut apapun maka jawabannya adalah CEKARANG eh SEKARANG. (lol).
Gaskeun…..
Bersama Aki nini di Teluk jambe Karawang.
Titik selanjutnya adalah berada 32 menit dari Cikarang yakni di daerah Teluk Jambe Kabupaten Karawang. Tepatnya di satuan pelayanan Griya Ramah Lansia yang menampung 75 orang lansia terlantar dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Barat. Terdapat 31 orang lansia wanita dan sisanya adalah lansia laki – laki yang lebih nyaman dipanggil Abah atau aki.
Pertemuan singkat dengan mereka memberi energi baru dalam berkarya. Meskipun terkadang harus ber akting dan sedikit drama karena memposisikan sebagai anak atau malah menjadi cucu bagi mereka yang begitu haus dengan perhatian dari keluarga dan sanak saudara yang dengan berbagai alasan tidak bisa hadir untuk sesekali membersamai mereka, apalagi berkunjung rutin atau mengajak kembali ke rumah keluarga dan hidup di hari tua bersama-sama.
Silaturahmi di Jalan cagak Subang.
Makan siang menjadi momen lintas kabupaten kembali, karena dengan perjalanan hanya 1 jam saja via tol cipali dengan keluar pintu tol subang kota maka bisa menunaikan ibadah shalat dhuhur sekaligus makan siang gurame bakar di daerah kabupaten subang. Silaturahmi berlanjut lagi dengan jajaran pengurus utama BPR Jabar baik komisaris utama dan Direktur utama serta jajaran di direksi dan komisaris lainnya di kantor pusat sementara yang berada di daerah Jalan Cagak kabupaten Subang.
Sore hanya bergeser lagi ke acara di Perbatasan tangkuban parahu tepatnya di kawasan astro ciater highland dengan sebuah acara rapat kerja yang digelar oleh jajaran DKM Mesjid Raya Bandung dalam rangka evaluasi kinerja 2022 – 2024 dan rencana kerja 2025. Di kegiatan ini tentu menjadi ajang diskusi dan silaturahmi sekaligus menguatkan kolaborasi yang didetailkan dalam dokumen rencana aksi.
Diskusi sore di Ciater
Setelah adzan magrib bergema barulah bergerak ke titik akhir yakni kembali ke area Jalan Diponegoro 22 alias kantor Gedung sate untuk mengecek dokumen – dokumen yang ada dan harus dilakukan paraf dan tandatangan secara langsung khususnya terkait urusan kontrak dan keuangan. Hingga tak terasa jarum jam menunjukan pukul 21.20 wib. Barulah sedikit rehat dan bercengkerama ringan dengan para petugas kebersihan yang masih stanby menemani kehadiran. Tidak lupa disajikanlah kopi hitam tanpa gula dengan metode seduh manual V60 dengan berbagai biji kopi yang tersedia dan dilakukan penggilingan secara mendadak.
Harum semerbak kopi memenuhi ruangan, menguatkan harapan dan memberikan kedamaian. Meskipun beberapa kawan masih tergagap disaat menikmati kopi hitam tanpa gula yang disajikan. Tapi menjadi sebuah hiburan bersama dan rasa lelah sedikit terlupa meskipun beredar lintas wilayah, karena saling berbagi tawa disaat melihat wajah mengkerut karena menikmati sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang rasanya mendekati rasa brotowali. Selamat berkarya dan ngajegang kawan, Ngariung Ajeg Sagala Bidang. Wassalam(AKW).
Beuteung geus kukurubukan deui, padahal cikénéh di asupan kulub jagong jeung leupeut. Ahéng ogé, tapi dalah dikumaha, geuning kitu kaayaanna. Nya teu loba tatanya, digares wé nu aya hareupeun, gigireun jeung tukangeun. Aya rangginang sésa, bandros urut jeung wajit saetik. Belewek asuk kana baham muru beuteung nu beuki bentelu.
Karék ngarénghap tandaning wareg, jol téh si Etéh mawa bongsang. Jerona tahu sumedang, haneut tur seungit. Langsung dirawu, leungeun nyelesep. Tahu haneut karampa, teu antaparah dihuapkeun dituturkeun ku céngék domba nu ngiluan dina sisi bongsang ayana.
Cacamuilan jeung céplak ngahiji dina sungut nu samutut, parebut pahibut paheula-heula ngadahar tahu. Antukna silih surungkeun, aya ogé nu neunggeul. Atuh jegur téh paséa rongkah. Papuket silih cakar patinggorowok, embung éléh. Tahu sésa mancawura, pacampur jeung taneuh garing oge daun kacapiring.
Beuteung masih kukurubukan, tapi ayeuna mah teu lapar teuing sabab napsu kapegung geus manggih tungtung. Bisa bubak babuk ka batur bari babaung.