BORANGAN – fbs

Wios borangan ge ah.

BANDUNG, akwnulis.com. Alhamdulillah akhirnya bisa kembali menuangkan kata menjadi cerita meskipun sedikit terbata – bata karena berbagai alasan yang nyata tapi inilah hasilnya.

FIKMIN # BORANGAN #


Tos lami teu liar wengi jalaran rumaos yuswa beuki nambihan. Tangtos nu utami ngiatkeun niat ngempelkeun bekel pikeun jaganing di ahérat. Supados lungsur langsar dina enggoning kekempel bekel téh ayeuna mah ka masigit langkung remen sanaos teu lima waktos. Netepan lohor nu tara kalangkung mah, margi moal sieun ngadadak janten imam. Cekap ku modal Allohuakbar tur samialloh, tiasa lancar ngaimaman.


Wengi ieu kapaksa kedah nyarengan dunungan, calik dina korsi nu teu patos caang. Saurna téh, “Réncangan sakedap nya Bah, ulah kamamana, calik waé bari ngaleueut.”


Mung unggeuk nu tiasa kapihatur, padahal dada ngaguruh haté tagiwur. Ningali barudak beunceuh bobolékakan ngalangkung payuneun raray. Kirang bahan, kaluhur kahandap. “Astagfirullohal adzim” mung istigfar nu teu liren di dawamkeun.


Om ikut duduk ya bentar” ujug – ujug soanten halimpu kadangu, bréh dipayuneun aya bidadari sampulur tur rancunit. Soca olohok raga teu walakaya. Sieun nu teu aya papadana, sieun nyaah sapertos baheula nu tungtungna janten sangsara. (AKW).

KOHITALA PULLMAN JKT

Rapat malam di Hotel Pullman, jangan lupa sruput kohitala gratisan tapi elegan.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebuah catatan dalam rentang waktu tertentu pasti dibatasi oleh sesuatu objek yang jelas sehingga sebagai penanda menjadi satu kepastian memori dan memudahkan untuk mengingatkan kembali. Sebagai kelanjutan petualangan menikmati sajian kopi kali ini tidak lepas dari catatan terakhir tentang NGOPI DITAHURA & SABILULUNGAN.

Tuntas di acara tersebut bukan berarti kegiatan selesai karena raga ini harus bergerak dan meluncur ke kota jakarta untuk memenuhi penugasan selanjutnya. Tidak ada kata lain selain berangkaaaat…

Perjalanan sore hari menuju jakarta relatif lancar dan tidak terlalu banyak hambatan. Hanya kepadatan di sekitar tol cikampek KM54 saja. Selanjutnya waktu tempuh relatif normal hingga memasuki tol kota. Seperti biasa padat merayap dan kesabaran menjadi kuncinya. Lalu bundaran besar semanggi hingga akhirnya mencapai bundaran Hotel Indonesia dan memgikuti arus kendaraan yang ada akhirnya bisa tiba di hotel pullman thamrin tempat penyelenggaraan acara, meskipun ada sedikit drama karena harus putar – putar jalan dulu karena ternyata akses masuk hotelnya dari belakang dan terlewati.



Ya sudah, jadikan pengalaman untuk lebih fokus dan teliti” begitu petuah bagi diri sendiri dan sesama rekan yang membersamai.

Masuk lobi dan diarahkan naik ke lantai 2 dimana disambut dengan meja registerasi bin absensi tetapi tidak langsung berkegiatan karena dipersilahkan dulu menikmati sajian makan malam, Alhamdulillahirobbil alamin.

Disinilah batasan awal cerita kopi kali ini, karena pada saat berkeliling langsung bersua dengan mesin kopi yang komplit dan otomatis dengan petunjuk yang mudah dan tentunya kopi dan susunya penuh sehingga tinggal pencet pencet tombolnya saja. Tombol capucino yang menjadi pilihan pertama. Tunggu sesaat lalu cangkir terpenuhi dan bersiap dinikmati. Tapi tidak lupa ada hal penting yakni photo dulu, sruput nanti tapi dokumentasikan yang pasti.

Cetrek!
Cetrek!



Sruput perlahan menjadi sebuah kenikmatan secangkir kohitala. Memang capucino ada susunya tetapi perbandingan kopinya jauh lebih banyak. Terpenting harus diingat adalah hindari gula nikmati kopinya. Apalagi di hotel Pullman, kesempatan ini menjadi momen langka karena setelah acara pasti keluar hotel dan mencari hotel sesuai standar yang ditentukan.

Apakah lebih enak kopi di hotel Pullman pak?” Sebuah pertanyaan menyasar diantara kesibukan meeting malam ini, tentu jawabannya sederhana, “Alhamdulillah, enak dong”

Saya selalu berusaha menikmati secangkir kopi tanpa gula itu dari berbagai sisi dan itulah yang harus dimaknai dan disyukuri sehingga pilihan sedehananya hanya dua, kopi enak dan enak sekali. Kali ini karena berbasis mesin kopi tentu ada standarnya berbeda dengan penyeduhan manual yang bisa beraneka rupa cara serta hasilnya. Maka pilihan capucinno ini dilanjutkan dengan yang murni kopi saja yakni espresso. Cairannya sedikit tapi rasanya begitu mantabs dirasa dimulut dengan body strongnya yang membuat ‘beunta’ lebih lama.


Berulah setelah secangkir capucino dan secangkir espresso masuk ke dalam raga, meeting malam ini dimulai.  Lumayan bisa membuat mata ini tetap terjaga meskipun sang waktu beranjak menuju tengah malam untuk berganti esok hari.

Setelah meeting tuntas, bersegaralah pamitan dan keluar area hotel di daerah bundaran Hotel Indonesia ini untuk menuju daerah Halim dimana hotel itu berada. Begitulah cerita kohitala kali ini, jangan bosan ya. Besok.lusa pasti ada lagi cerita kopi dan kohitala lainnya. Wassalam (AKW).

NGOPI DITAHURA & SABILULUNGAN ESELON II

Kesegaran alami dan kenikmatan rasa berpadu dengan meeting dan Sabilulungan.

BANDUNG, akwnulis.com. Rindangnya pepohonan dengan kehijauan alami menyambut kehadiran diri dengan senyuman ramah tanpa tendensi. Maka tanpa ragu langkah kaki menjejak mantap menelusuri jalan setapak yang nyaman dilalui meskipun berkelok tetapi diyakini memiliki tujuan akhir yang sesuai dengan ekspektasi.

Selangkah, dua langkah dan seterusnya terasa begitu menyegarkan udara yang terhirup ke dalam rongga dada. Itulah sebuah keadaan yang tidak bisa ditemukan dalam rutinitas sehari-hari yang berkelindan keluar masuk gedung serta ruangan berdinding yang terkadang mengurung kita tanpa disadari. Sementara sekarang ini tarikan nafas bisa begitu bebas meraup oksigen yang ada dan menyegarkan raga kita juga membuat otak kembali gembira tanpa memikirkan masalah yang ada.

Setelah berkelok dan jalan setapaknya sedikit menurun maka bersua dengan jembatan besi kecil berwarna hijau dibawahnya terdapat sungai kecil atau lebih tepatnya parit dengan airnya yang cukup deras bergerak menuju kolam raksasa berupa danau buatan yang semakin memperindah kawasan ini. Ada juga seorang bapak dibawah jembatan sedang menikmati kebahagiaan hidup versinya dengan berdiam tenang memandang permukaan air sungai dan tangan kanannya waspada memegang alat pancing dalam kerangka menolong ikan yang tenggelam alias memancing ikan hehehehe.

Perjalanan masih berlanjut karena jalan setapaknya terus mengular dan banyak pencabangan. Tetapi dengan insting dan petunjuk arah maka bisa sampai di tempat yang ditentukan sesuai waktu yang direncanakan. Apalagi ada petunjuk khusus yang begitu mudah dikenali yakni keharuman seduhan kopi manual yang semerbak menembus udara dan menelusup diantara dedaunan.

Yes, ada kohitala disana.

Benar saja, mendekati lokasi acara sudah terlihat patung bapak Ir H. Juanda menyambut di boulevard dan disamping kiri sebuah aktifitas yang begitu didamba telah hadir. Sang barista dengan seragam putih hitamnya lengkap dengan papan nama dan emblem korprinya sedang menyeduh kopi secara manual menggunakan metode filter V60 juga tersedia mesin kopi espresso base bagi penyuka latte, capucinno dan americano.

Alhamdulillahirobil alamin, pak pesen satu, manual brew V60 hot ya”

Oke pak, silahkan ditunggu” begitu ramah barista menyambut permintaanku sementara tangannya terampil menyiapkan peralatan perangnya dan memilih biji kopi yang tersedia.

Mau biji kopi apa pak?” barista bertanya.

Yang rekomended dari aa barista aja, apa sebaiknya untuk diseduh pake V60?” Menjawab tapi balik bertanya.

Saya pilihkan biji kopi arabica palasari ya pak, dijamin cocok”

Baik pak, terima kasih, ditunggu racikannya” sebuah senyuman hadir dan dengan excited melihat bapak barista ini mengolah kopi, menggiling, menyeduh membuat ektraksi menjadi sebuah atraksi yang hadirkan sensasi dan sebuah philosopi bahwa ‘Sebuah proses yang terlihat lama adalah untuk hasilkan asa dan rasa yang ssmpurna’. Itu buat penikmat kohitala versi manual. Kalau untuk penikmat kopi instan mungkin berbeda, tetapi tidak perlu khawatir kawan karena perbedaan itu adalah anugerah.

Akhirnya secangkir plastik eh cangkir kertas berisi kopi manual brew V60 telah hadir di hadapan dan pelan tapi pasti langsung di eksekusi… hmmmm segar dan nikmat kawan. Bodynya yang lembut, acidity sedang serta aftertaste fruttynya melengkapi keceriaan acara hari ini.

Tak lupa juga meminta versi esspreso basenya yakni secangkir capucino sehingga lengkap sudah sajian kohitala kali ini. Baik versi kopi seduh manual juga kopi pakai mesin. Hidup ngopi, srupuuut.

Alhamdulillah kebahagiaan yang sederhana dilanjutkan makan siang bersama dan menghadiri rapat pimpinan di alam terbuka tak lupa menyaksikan para pejabat tinggi pratama para eselon II menandatangani shadow target dan diakhiri dengan sebuah kebersamaan menyanyikan lagu sabilulungan.

Sebuah lagu tanah pasundan yang diciptakan maestro sunda Mang Koko, menjadi satu cara untuk kembali merekatkan kebersamaan dalam ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara dari bapak Sekretaris daerah dan Penjabat Gubernur Jawa barat saat ini. Bagi yang penasaran ingin melihat para gegeden bernyanyi bersama, kebetulan penulis merekamnya dan disimpan di platform youtube, silahkan klik saja SABILULUNGAN RAPIM ESELON II. 

Demikianlah perjalanan memaknai waktu kali ini, meskipun masih enggan raga ini beranjak dari keintiman pepohonan dan kedamaiam dedaunan tapi tugas selanjutnya memaksa raga ini bergerak berpisah dengan tahura. Sampai jumpa di cerita selanjutnya, Wassalam (AKW).

MENITIP MEMORI

Titipkan memorimu dan menulislah.

BANDUNG, akwnulis.com.  Ternyata seiring waktu berjalan banyak hal yang trlah dilalui dan dijalani. Tentu campur aduk sebegaimana konsepsi kehidupan yaitu antara suka dan duka seperti hadirnya malam untuk melengkapi siang sebagai pasangannya. Banyak hal yang sudah dilalui tentu terekam jelas dalam ingatan dan juga sanubari, apalagi jika kejadiannya bermakna mendalam dan spesial. Tentu semakin terngiang dan selalu hadir dalam ingatan.

Bagaimana dengan rutinitas ataupun hal – hal sederhana yang sudah dilalui, apakah ingat semuanya?”

Disinilah letak perbedaan satu sama lain meskipun yakin secara umum banyak hal sederhana atau dianggap sederhana dalam keseharian terutama urusan rutinitas terlewati begitu saja dan terlupakan, seolah itu adalah hal biasa. Padahal menurut penulis, semua momentum kejadian kehidupan itu tidak ada yang sederhana. Semuanya bisa terjadi atas ijin Allah Subhana Wataala. Sehingga sebagai hambanya yang tak berdaya sudah menjadi kewajiban untuk senantiasa mensyukurinya.

Raga ini bersama jemari berusaha menuliskan ini adalah bagian dari rasa syukur sekaligus juga melengkapi dokumentasi diri bahwa saat ini sedang apa, sedang memikirkan apa, sedang punya ide apa ataupun memang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kohitala (kopi hitam tanpa gula).

Maka saya sampaikan bahwa menyimpan memori rutinitas kehidupan sebaiknya tidak hanya dalam ingatan tetapi juga dilengkapi dengan media lain yang dengan mudah kita cari, buka dan mentafakuri kejadian yang telah berlalu tersebut. Karena kejadian yang telah berlalu langsung menjadi sejarah kehidupan kita dan tidak akan terulang kembali. Cara paling jitu adalah mensyukurinya dan jangan lupa menyimpannya dalam catatan, gambar dan video baik di media riil seperti kertas, file digital di hardisk ataupun mengumpulkannya dan mencetak menjadi sebuah buku. Bisa juga seiring kemajuan jaman adalah menyimpannya di media sosial.

Titip file ya‘ itu sebuah caption yang ditulis untuk membersamai puluhan photo kegiatanyang sudah dilaksanakan seseorang.  Lalu muncullah klik like dan juga komentar dari postingan tersebut lalu dibalas oleh pemilik akun dan ramailah poatingan tersebut.  Tetapi ada juga postingan photo yang sepi dari like, jempol dan tak ada satupun komentar. Tidak perlu bersedih jikalau tidak ada interaksi atau respon, karena kita bukan siapa – siapa. Poafing dan simpan titip di media sosial sebagai sarana pengingat memori yang akan berguna di kemudian hari.

Media sosial apa yang ideal?”

Ini tergantung selera dan pilihannya beragam baik di facebook, instagram, twitter, tiktok hingga youtube ataupun aplikasi lainnya termasuk blog online yang bertebaran jumlah dan pilihan fiturnya.

Masih belum puas takut suatu saat lupa pasword media sosialnya ya sudah gunakan metode lama. Simpan di hardisk komputer atau eksternal dan simpan di kamar saja. Besok lusa mau lihat lagi tinggal dicolokan kabel datanya ke PC atau laptop.

Bisa juga berbagai photo jepretan smartphone kita dicetak dengan kertas glossy dan ditempelkan di album photo. Seperti masa masa yang lalu.

Termasuk menulis ini, ini adalah sarana pembelajar pribadi untuk menyimpan dokumen berupa ide, gagasan, kegalauan yang dituangkan dalam kata kata dan besok lusa menjadi dokumen pribadi yang membantu kita mengingatkan tentang berbagai hal. Bisa tulisan serius, santai atau sekedar guyon demi mengendurkan urat syaraf yang mulai menegang. Selamat menulis dan menyimpan memori anda dimanapun. Wassalam (AKW).