BATUJAJAR, akwnulis.com. Seiring sore menjelang selaras dengan asa yang kembali ingin berbagi cerita. Tentu disampaikan juga bahwa tulisan singkat ini berbahasa sunda.
(DISCLAIMER) Tulisan ini hanya cerita fiksi atau rekaan saja tetapi ide awalnya memang dari pengalaman di dunia nyata.
Inilah ceritanya : …..
Fikmin # Numpak WHOOSH #
Haté keur bungah sabab diajak dunungan numpak Whoosh ka Jakarta. Asup ka stasiunna caraang harèrang lalega. Komo basa naèk ka lantèy 2, gok tèh hareupeun. Karèta Whoosh kelir bodas hawuk jeung beureum. Alhamdulillah.
Petugas somèah ngabèjaan kudu diuk dina gerbong nu mana. Gèk diuk, nikmat pisan. Ngan hanjakal beuteung ujug-ujug ngusial. Tapi da reugreug, pasti aya wèsè dina karèta.
Teu lila Whoosh maju, beuteung beuki ngusial. Lalaunan nantung bari muru ka panto nu muka otomatis. Wèsèna kosong, langsung asup. Kaambeu sareungit, ngeunaheun, porosot calana, gèk nagog.
Keur anteng ngaluarkeun eusi beuteung, karasa asa eureun karèta tèh. Panasaran muka tulak nempo kaluar. Gebeg tèh. Penumpang keur tarurun, “Euleuh naha?”
Teu loba carita, calana diangsrodkeun. Muru lawang kaluar. Teu sirikna ngajleng. 10 detik tiharita karèta maju deui, da ukur eureun 2 menit di stasiun Padalarang.
“Nyaan Whoosh tèh karèta cepat, karèk nagog geus nepi” Uing gogodèg bari nempokeun leungeun nu ramètèk.
***
Itulah cerita singkatnya, seperti biasa jika terjadi ketidakmengertian arti dan pemahaman maka tinggal acungkan tangan ataupun tulis di kolom komentar. Bisa juga dengan DM dan japri via whatsapps. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).
Mencoba menikmati ketegangan karena ketidaktahuan.
Ruang tunggu VIP Studio 7 TVRI Jakarta / dokpri
JAKARTA, akwnulis.com. Berusaha datang lebih awal dari penjadwalan adalah sebuah cara untuk mendisiplinkan diri sekaligus juga menghargai pihak pengundang agar tidak banyak menunggu. Sekarang raga ini sudah duduk dan terdiam sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada saat tadi memasuki area TVRI pusat di Jakarta ada rasa berbeda, sebuah deg degan di denyut jantung terasa meningkat apalagi tugas yang diemban kali ini agak berbeda.
Diawali dari kontak pesan dari seorang kolega dilanjutkan dengan sepucuk surat undangan resmi menyebut nama ini untuk hadir mewakili pada sebuah acara taping video yang berkaitan dengan peran fungsi dinas sosial dihubungkan dengan momentum hikmah di bulan ramadhan.
Awalnya sih oke oke saja, tetapi setelah pihak TVRI pusat menghubungi dan ternyata akan taping dengan seorang ustad yang merupakan perwira di angkatan udara republik indonesia serta sudah belasan tahun atau puluhan tahun mengasuh acara ceramah di TVRI nasional, makin dagdigduglah hati ini. Apalagi dalam kontak via telepon, beliau menyampaikan tentang rencana taping video ini berkaitan dengan tema di bulan ramadhan. Walah langsung tertekan nich, mencoba mengingat kembali kapan terakhir menyampaikan kultum.. itu tuh kuliah atau ceramah tujuh menit. Itu sudah lama sekali, beberapa tahun lalu. Disampaikan setelah menjadi imam shalat dhuhur dan kultumnyapun dengn bercucuran keringat.
Tapi…
Ada hal menarik yang menjadi catatan disini, yaitu dari makna tantangan dan kesempatan. Diri ini meyakini bahwa semua hal, segala memontum kehidupan ini tidak tiba-tiba atau tidak disengaja. Tetapi semua sudah ada skenario dan catatan langitnya. Hanya saja manusia diberi batas untuk tidak mengetahuinya. Jadi mari kita jalani kedagdigdugan ini serta kejutan – kejutan selanjutnya.
Sofa krem setia menemani / Dokpri.
Sepiring roti dihadapanpun seolah tidak bisa.membangkitkan selera padagal tadi sudah dipersilakan oleh perwakilan pengelola. Baru berani menikmati sebotol kecil air mineral untuk menenangkan gejolak rasa yang tidak menentu.
Sebagai antisipasi tentu bahan bacaan dilengkapi. Salah satunya dari para kepala bidang yang memberikan data dalam bentuk paparan terkait dengan kondisi masalah sosial yang ada.
Tapi ternyata suasananya berbeda, betapa sulitnya menyimpan angka dan data di dalam kepala. Seolah mental alias terlempar… karena denyut jantung tidak teratur dan masih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Menitan di smartphone sudah menunjukan pukul 14.55 wib jika sesuai jadwal yang sudah direncanakan. Sementara perut mulai keroncongan karena tadi makan siang tanggung, sepiring caesar salad dan segelas latte sudah masuk duluan. Eh ternyata sekarang baru terasa ada terselip rasa lapar. Ya sudah roti di piring, coba dinikmati. “Ditampi pak suguhannya.”
Nggak ada yang menjawab, tapi minimal secara lisan sudah diijabkan dan setelah dibuka plastiknya maka berpindahlah roti ini ke dalam perutku. Alhamdulillah perut agak tersenyum karena ada yang bisa sedikit mengganjalnya.
CIBABAT, akwnulis.com. Senin pagi tadi begitu berat untuk menjalaninya. Tapi bagaimanapun juga komitmen harus dijaga dan kehadiran tepat waktu di tempat kerja adalah salah satunya. Kedisiplinan adalah kata yang harus dijaga, dipedomani dan tentu dilaksanakan sebaik-baiknya. Jadi lawanlah kemalasan sekuat tenaga dan hadirlah tepat waktu dengan senyum ceria.
Ternyata kelamaan liburan berakibat menumpuknya kemalasan dan dilegitimasi oleh kelelahan karena long weekend ini digunakan untuk memforsir raga meskipun tidak pergi kemana-mana. Cukup di rumah saja bersama keluarga tercinta dan jikalau sedikit beredarpun hanya sekitar komplek perumahan saja. Ada keengganan untuk beredar ke pusat kota karena melihat titik – titik kemacetan yang nyata. Jadi diam di rumah atau beredar tipis – tipis saja yang menjadi pilihannya.
Jadi kegiatan rumahan saja yang dilakukan dari mulai nonton televisi, rebahan sambil nonton, makan sambil nonton, eh ada juga yang berkeringatnya yaitu jalan pagi 7.234 langkah namun kalorinya langsung tertutupi oleh sajian indomie rebus telor keju yang begitu menggoda. Oh ya ada juga aktifitas mencuci baju menggunakan mesin cuci portabel mini yang buat anak kost merk MITO, ternyata hanya cukup 6 – 7 potong pakaian saja. Ya sudah sisanya di gusrek manual saja, mengingatkan kembali masa lalu dikala masih sendiri dan segalanya harus dilalukan sendiri. Tak lupa bercanda bersama anak dan istri, sambil jalan kaki atau sekedar berebut remote tivi karena ternyata beda kepala beda selera.
Nah ada satu lagi aktifitas ‘me time’ yang dilakukan sendirian setelah hampir tengah malam. “Sedikit mencurigakan yach?”
Tenang kawan, ini adalah adaptasi terhadap kemajuan jaman. Yaitu iseng – iseng mengikuti live tiktokshop yang mulai heboh dengan diskon adalah menjelang tengah malam. Berbagai barang dijual dengan diskon yang lumayan, mulai dari smartphone, tab, mic karaoke hingga pakaian. Pakaian ini dari mulai jaket, kemeja, kaos, celana, kaos dalam, celana dalam hingga rompi dan aneka aksesoris pendukungnya.
Nah kebetulan celana dalam dan kaos dalam sudah menipis, maka opsi iseng belanjapun membuncah. Akhirnya nongkrongin tuh live tiktokshop yang ternyata penjualnya ada artis, selebgram hingga pedagang biasa yang super super jago bercakap, pintar pidato sehingga menguatkan rada ketertarikan kita. Disini kendali diri menjadi pegangannya. Caranya gampang, isi uang digitalnya seminim mungkin, diriku mah 200ribu aja isi di shopeepay atau di ovo. Titik.
Capture penawaran live shopping / dokpri.
Ternyata efektif kawan, bisa menekan jiwa belanja kita yang meronta-ronta dan akhirnya membuat kita fokus kepada skala prioritasnya untuk memilih barang yang akan kita beli secara online. Percayalah, cara ini mujarab.
Maka hunting keperluan, eh nggak terlalu perlu juga, eh tapi perlu ya. Ya udah dipantengin saja. Ternyata banyak pilihan barang yang dijual online secara live dengan harga di 100ribu saja. Berarti cukup dengan, “Bang pinjem seratus” ... itu sudah dapat barang – barang keperluan. Salah satunya tadi urusan pakaian, jikalau celana panjang chino dapat 1 buah, maka celana pendek ada yang menawarkan 5 buah / 100ribu untuk ukuran biasa dan 3 buah untuk ukuran jumbo… wah seru.
Untuk merk tentu dengan harga seratus ribu agak membuat ragu, tapi kenapa tidak kita coba. Para penjual live ini terus nyrocos bicara dan menjadikan tengah malam ini ramai. Serta yang menarik adalah barang – barang yang dijual variatif, tetapi pengakuan sang penjual rata – rata mengklaim harga jauh lebih murah untuk pakaian ini karena buatan dalam negeri atau UMKM. Ini menarik, berarti jika membeli, membantu juga kembali tumbuh subur usaha garmen lokal asli indonesia.
Maka terlarutlah dalam keramaian pasar virtual live dan mulai memastikan menggamati dan mendengarkan ocehan para penjual yang begitu semangat di tengah malam meskipun matanya terlihat memerah karena menahan kantuk yang tidak terelakkan.
Kohitala Arabica puntang wine / dokpri.
Diri ini relatif stabil karena sambil menonton pasar virtual live ini juga ditemani segelas kohitala, kopi hitam tanpa gula. Jadi sebelum berjibaku dengan live shopping ini mempersiapkan dulu peralatan perangnya. Yakni biji kopi arabica puntang wine lalu digiling dan diseduh manual dengan filter V60 yang akhirnya hadir segelas kopi hitam yang harum dan menenangkan.
Srupuut….
Lanjut yaa…
Akhirnya dengan bermodal 200 ribu saja. Sudah bisa membeli 10 buah celana dalam boxer dan 6 buah kaos polos. Lalu proses pembayaran via dompet digital dan berproses hingga pengiriman serta akhirnya pamet tiba di tempat dengan dibungkus ketat plastik bubble wrap.
Nah ternyata, benar sekali bahwa produk yang dipilih itu adalah produk lokal. Serta terlihat bahwa kecenderungannya adalah urang bandung atau urang sunda yang humoris. Ini buktinya :
Boxer NUKIEU / dokpri.
Celana dalam boxer dengan bahan yang lumayan kuat dan tebal serta dengan merk terkenal NUKIEU atau dalam bahasa sunda artinya adalah ‘YANG INI‘.
Maka langsung coba dipakai celana boxernya dan pas diperlihatkan kepada istri tercinta bukan hanya tawanya yang terbahak membahana tapi setuju dengan makna tulisannya. Hidup produk UMKM dan hidup NuKIEU.
Itulah cerita hari pertama masuk kantor setelah 4 hari long weekend yang penuh dinamika. Selamat pagi dan selamat beraktifitas. Wassalam (AKW).
Reup. Listrik di kamar hotèl pareum. Uing ngagebeg. Sanajan 5 detik tuluy hurung deui. Tapi matak ngarènjag jeung ngaleungitkeun katunduh. Padahal bieu tèh geus mimiti nundutan sanajan panon masih maksakeun mencrong kana tipi.
“Ah meureun listrikna aliran, tuluy diganti ku gènsèt” kitu nu kabayang dina uteuk tèh. Ngaranna gè di hotèl.
Reup deui, 5 detik tuluy hurung deui. Tah mimiti rarasaan teu ngeunah. Sabab pas keur pareum tèh asa aya nu mencrong ti jamban. Kabeneran pantona teu ditutup, katempo tina eunteung.
“Ah titingalieun èta mah” Uing leumpang muru jamban, ditingali euweuh nanaon. Panto jambanna ditutupkeun. Balik deui kana ranjang.
Anteng deui wè nongton tipi, tapi rarasaan masih teu ngeunah. Babacaan sabisa-bisa, mèh hatè teu cus cos kaditu kadieu.
Reup, pareum deui, rada lila. Aya kana 15 detik mah. Diluar jempling jiga gaang katincak. Simpè. Teu loba carita nangkarak waè dina ranjang lalaunan, ngahèrang. Pèk tèh geuning diluhureun, ucang-ucangan. (AKW).
Imut ngagelenyu mojang geulis camperenik dina angkot hèjo katingal ècès pisan. Kaleresan calikna dina jok pengker napel kana kaca mobil. Ngagas mio diatur supados posisi tetep pengkereun angkot. Nu imut beuki ngirut, matak ratug kana jajantung.
Citt!!! Angkot ngerèm ngadadak, aya nini – nini meuntas.
Mio teu kabujeng ngerèm, nubruk bèmper beusi angkot satakerna. Jedak!!! Karaos awak ngapung, poèk wèh.
***
Pas soca lalaunan muka, geuning imut nu ngagelenyu tèh aya payuneun. Meuni atoh geuning aya Neng geulis nu imut tadi. Dina acukna aya sulaman, seratanna STIKES Harapan Rasa. Tapi awak asa pasiksak sareng pareurih. Utamina dina panangan katuhu sareng cangkèng kenca, nyanyautan pisan.
“Aa sing kiat nya, sakedap deui kulawargi Aa kadieu. Kanggè masihan pernyataan ngadukung tindakan operasi”.
Curinghak, “Naha Opèrasi?”
Nèng geulis ngusapan, “Sing sabar ya Aa” Lalaunan ningali kana sampèan. Gebeg tèh, les kapiuhan. (AKW).