SAKURJAYA – PANGANDARAN

Bekerja di hari libur sambil luangkan waktu ngopi dan nulis. Sruput dan kotret.

SAKURJAYA, akwnulis.com.  Sengatan matahari cukup terik menjangkau kulit tubuh ini, tetapi semangat untuk melihat perkembangan proyek pembangunan tidak surut. Karena sebuah kewajiban harus ditunaikan dan monitoring serta evaluasi adalah judul wajib yang harus dijalani.

Tetapi tentu dikala rehat sejenak dan berteduh di sebuah rumah yang menjadi basecamp pekerja dan personil pengawasan sekaligus kantor darurat untuk pertemuan atau rapat terbatas maka sedikit menghela nafas karena ada dua buah kipas angin yang mengolah sang bayu bisa mengalir deras menerpa wajah memberi sejumput kesegaran plus mengurangi cucuran keringat yang sejak tadi tak tertahankan.

Setelah menyeka keringat di dahi dan wajah yang begitu aktif mengucur, inilah saatnya ‘me time‘ sambil duduk bersandar dipojokan menggunakan kursi darurat yang dibuat untuk kepentingan rapat di lapangan.

Menarilah jemari diatas keyboard virtual smartphone kesayangan. Menuangkan beberapa kata menjadi kalimat sederhana tapi sarat makna. Sebuah cerita singkat tentang pengalaman khusus di pantai pangandaran ba’da magrib. Tentunya sebagai penguatan literasi bahasa sunda, penulisannya menggunakan bahasa sunda sederhana dengan genre bahasa sunda yang cenderung halus untuk memberi karakter suasana yang diciptakan sebagai kejadian nyata. Meskipun tentunya tulisan ini adalah sebuah fiksi reka saja tapi ide dasarnya memang sebuah kisah nyata.

Sebagai penguat semangat dalam bekerja di lapangan kali ini, tentu tidak lupa membawa si hitam tanpa gula yakni kohitala. Manual brew V60 arabica halu banana yang diseduh di rumah telah berubah menjadi pilihan minuman bersama yang menghangatkan suasana. Beberapa rekan menikmatinya hingga ‘peureum beunta‘ (merem melek) karena berusaha menikmati padahal jelas rasa pahitnya begitu kuat mengunci lidah tetapi setelah itu ada kesegaran dan kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuh.

Selamat ngopay eh minum kopi kawan, juga selamat bekerja dan berjuang untuk keseharian kita khususnya jangan lupa membaca kotretan singkat berbahasa sunda ini yang mungkin bisa memberikan penghiburan tersendiri.

Inilah ceritanya :

***

FIKMIN # DI BASISIR #

Pangersa, dihaturan, kadieu geura” Soanten leuleuy tapi ècès dina cepil katuhu. Luak lieuk teu aya nu calik atanapi caket ngadegna, aya oge rada anggang tapi da nuju ngawangkong sèwang – sèwangan.

Ieu dipayun, kadieu geura” soanten leuleuy aya deui sasarengan sareng jigrahna lambak payuneun. Siga nu ngagupay supados nyaketan. Lalaunan ngadeg tina korsi di sisi basisir, sampèan ngalèngkah nincak pasir nu karaos haneut meueusan.

Ditelek – telek, brèh di payuneun aya nu ngadeg. Dedeganna mah wanoja namung teu jelas. Rurusuhan dicaketan. Salèngkah dua lèngkah, pangambung ngangseu seuseungitan, matak ratug kana jajantung tapi beuki kabita nyaketan asalna sora.

Beuki caket, geuning nu nyauran teh wanoja geulis rancunit pikabitaeun. Imutna ngagelenyu nganggè karèmbong semu konèng.

Salengkah deui badè dugi payuneun nu sampulur konèng umyang.

Duk!!

Mastaka pengker asa aya nu ngagebug. Poèk.

***

Lalaunan soca beunta, geuning nuju diriung di tengah tajug.

Alhamdulillah Jang, kasalametkeun dina waktosna.”

***

Itulah tulisan singkatnya. Bagi yang sudah ngopi jangan lupa bersyukur atas kemudahan ngopinya. Untuk yang sudah membeca eh membaca tapi tidak mengerti maksudnya silahkan acungkan tangan dan bertanya kepada kami atau tetangga sekitar, minimal sambil bersilaturahmi hehehehe.

Have a nice wekeend with your family, meskipun kami sekarang tetap bertugas dan monitoring tapi nanti sore bisa kembali ke rumah dan bergabung dengan keluarga tercinta. Wassalam (AKW).

TMC Coffee & Things BIJB

Nyari kopi di bandara Kertajati.

MAJALENGKA, akwnulis.com. Menikmati liukan warna pastel nan lembut yang menaburi motif megamendung menjadi pertanda bahwa raga ini sedang berada di bandara kebanggaan jawa barat. Apalagi disaat kepala menengadah melihat ke atapnya maka terlihat motif bulu burung merak raksasa yang nyata yang hadir sebagai pembeda.

Itulah salah satu pemandangan yang terpampang, menyambut kehadiran calon penumpang pesawat di bandara internasional jawa barat atau lebih dikenal dengan sebutan Bandara Kertajati, karena memang dibangun di kawasan kecamatan kertajati kabupaten majalengka.

Sebuah kebanggaan menyeruak, rasa senang dan syukur hadir bercampur aduk. Meskipun bukan siapa – siapa, tetapi raga ini bolehlah mengaku pernah bersentuhan dengan beberapa momentum jatuh bangunnya bandar udara ini.



Apalagi sekarang melihat pemandangannya dan suasana ini begitu menyenangkan. Konter tiket menyambut kehadiran para calon penumpang yang akan bergerak dan diterbangkan ke berbagai tujuan di pulau – pulau nusantara. Apalagi dengan gencarnya promosi multi pihak dengan tagar #betterkertajati semakin yakin bahwa bandara ini akan maju dan berjaya.

“Akang sedang ngapain di bandara?”

Sebuah pertanyaan sederhana yang perlu dijawab dengan paripurna. Mau menjawab karena akan segera cek in lalu boarding disalah satu pesawat, padahal enggak. Mau bilang cuma jalan – jalan di sekitar bandara, kayaknya orang juga nggak percaya. Tapi itulah drama dunia, terkadang dengan satu pertanyaan sederhana mengingatkan kita akan makna hakiki perjalanan manusia di dunia.


Sudah jelas khan berada di bandara, nenteng tas koper dan di saku sebelah kiri tersembul kertas putih agak tebal dengan ciri ujung kanannya adalah logo maskapai penerbangan. Jelas itu sob. Tetapi tentu dengan dibaluti adat pasundan yang lemah lembut dan penuh kesantunan. Maka jawaban senyuman seimbanglah yang hadir dan anggukan kepala perlahan menandakan persetujuan atas pertanyaan tadi.

Tapi selain fungsi bandara sebagai tempat naik dan turun atau turun dan naik pesawat tentu ada hal penting yang harus dituliskan disini. Kodenya TMC Coffee & Things.

“Pasti urusan kopi lagi ya kang?”

Betul sekali tentu berkaitan dengan sikopihitam kohitala (kopi hitam tanpa gula) menjadi hal utama dalam website pribadi ini. Meskipun tentu kebanggaan terhadap bandara kertajati ini tetap utama. Maka bertemu dengan tempat ngopi yang asyik di dalam bandara kertajati adalah kesenangan tersendiri. Lokasi berada di sebelah kiri ujung dekat ke toilet dan mushola bandara di area keberangkatan. Jadi bisa didatangi sebelum cek in atau setelah cek in untuk mendapatkan tiket.



Otomatis non penumpangpun bisa akses guys, tenang saja. Nama cafenya itu tadi yang disebut diatas yakni TMC Coffee & Things. Maka cara terbaik adalah datangi dan pesanlah kohitala (kopi hitam tanpa gula) sesuai menu yang ada.

Maka sajian menu yang pertama sebagai pengganti manual brew V60 adalah colddriftnya dari cafe ini. Rasa dinginnya begitu nikmat menenangkan hati yang sedikit panas karena suatu sebab.

Lalu sajian kedua adalah cafelate bergambar dedaunan yang berusaha keras dibuat oleh sang barista tapi akhirnya tetap saja gambar daun yang hadir sebagai penerus rasa.



Setelah 2 sajian kopi ini dinikmati, maka perlahan tapi tergesa menuju arah petunjuk selanjutnya. Ada 3 pilihan, pertama menuju toilet karena kebelet lalu kedua adalah bergegas ke pintu area boarding dan ketiga balik kanan menuju gerbang keluar dan pergi dengan kesedihan hati.

Kalau pembaca mau pilih yang mana?.. silahkan tulis di kolom komentar ya. Wassalam (AKW).

NGOPI ATAU TIDAK?

Ngopi dan tidak ngopi, menyisakan rasa dan keihlasan

CIMAHI, akwnulis.com. Semangat tinggi menuju kantor dan selalu berusaha berfikir optimis karena itulah modal dasar kita sebagai pelayan masyarakat yang tentunya akan dijalani bukan 1 atau 2 tahun tetapi puluhan tahun, ya minimal 30 tahun menjadi abdi masyarakat. Dimana salah satunya adalah yang memberi motivasi itu adalah seduhan kopi manual di pagi hari dari biji kopi aranica honey dari cisurupan garut yang menggugah selera dengan keharuman hakiki.

Kok tahu sih harumnya yang hakiki?”

Tentu mengetahui dengan gamblang karena dua hari yang lalu sudah membuka bungkus kopinya dan merasakan keharuman biji kopinya. Apalagi pada saat di giling, keharuman semakin menyeruak dan selera sruput kopi semakin menggila, aslina mang.

Sayangnya prosesi penyeduhannya gagal karena di dera oleh agenda kegiatan yang bertubi – tubi dan malah berlapis seakan raga ini sebaiknya dikloning saja sehingga bisa hadir di dua tempat berbeda dalam waktu yang sama. Akhirnya pilihannya sederhana, salah satu dikorbankan untuk tidak dihadiri atau pontang – panting di dua agenda tentu dilengkapi drama nafas tersengal dan dada terasa berat karena naik turun tangga adalah jalan tercepat.

Maka pagi ini setiba di area kantor, langsung parkir sepeda motor lalu bersegera menuju ruang kerja. Eh lupa, helm dicopot dulu atuh, baru bergegas kembali. Dengan semangat tinggi menuju ruang kerja dan melewatinya karena target utama ruangannya di belakang sana yakni dapur bersama.

Tapi, itulah kehidupan. Sebuah harapan besar dengan optimisme yang nyata terpaksa berhadapan dengan keadaan yang berbeda. Biji kopinya ada, air panaanya sudah siap, bejana kaca dan kertas filter manual brew V60 juga bersiaga. Hanya saja corong V60nya tidak berjumpa, tidak ada batang hidungnya.

Kemanakah gerangan dikau, corong v60ku?”

Mata dan tangan bekerjasama mencari – cari corong V60 ini tetapi nihil kawan. Akhirnya terpaksa mencoba melakukan penyeduhan kopi tanpa menggunakan corong. Tentu ujung – ujung kertas filternya berusaha dipegang serta oleh jari jemari yang sudah tidak sabar menikmati keharuman kopi ini.

Air panas yang sudah berada di teko stainless kecil dan kopi arabica bubuk sudah siap untuk bersentuhan. Maka pelan – pelan air dituangkan dengan tangan kanan dan tangan kiri seluruh jemarinya memegang pinggir kertas filter V60. Seduhan pertama masih aman dan biji kopi hasil gilingan bertemu dengan air panas menghasilkan hubungan ekstraksi yang saling menguntungkan.

Pada seduhan kedualah ujian kesabaran terjadi. Air panas yang mengenai kukit jemari tangan kiri secara reflek membuat jemari melepaskan cengkeramannya pada kertas filter V60. Akibatnya kertas filter, bubuk kopi dan air sisa yang sedang berekstraksi jatuh ke dasar bejana kaca yang seharusnya menjadi penampungan akhir kohitala.

Sesaat termenung menatap kegagalan menyeduh kopi manual kali ini. Ketidakhadiran corong V60 menjadi kendala utama. Meskipun perlahan mencoba dipaksakan ternyata tanpa kehadirannya hasil akhirnya gagal total. Sebuah pemaknaan dari langkah kehidupan, dimana satu unsur tidak ada, harus dipikirkan dulu untuk mencari penggantinya sesuai SOP yang ada. Jangan paksakan karena akan berakhir dengan kegagalan.

Selamat tidak sruput kopi dulu kali ini kawan, belajar bersabar karena ternyata agenda kegiatan harian telah menyeringai dan mengintai. Tidak ada pilihan lain, ikhlaskan kegagalan dan bersiap hadapi tugas dan kenyataan. Wassalam (AKW).

Catatan :
Biji kopinya Arabica Natural Aceng Cisurupan Garut.