RUMAH DINASKU

Catatan kecil menikmati rumah dinas yang penuh sensasi.

CIBABAT, akwnulis.com. Sebuah momentum pelantikan jabatan menjadi gerbang perubahan kehidupan yang begitu signifikan. Tentu baru pelantikan level terendah, menjadi seorang kepala seksi di sebuah kecamatan. Tetapi bagi diri ini begitu membanggakan, karena setelah beberapa tahun mengabdi sebagai pegawai level pelaksana akhirnya mendapatkan kepercayaan untuk memegang sebuah amanah jabatan. Tentu sebuah kewajiban untuk bersyukur dan memberikan pengabdian dan kinerja yang lebih baik dibandingkan yang sudah dilakukan selama ini.

Maka setelah pelantikan usai, segera kembali ke kantor awal. Menemui pimpinan terdekat untuk mengucapkan terima kasih atas dukungan dan arahannya selama ini sekaligus meminta wejangan untuk menghadapi tugas baru ini serta diakhiri beres – beres berkas dan barang pribadi hingga akhirnya berpamitan.

Bapak mohon maaf selama menjadi staf bapak jika ada yang kurang berkenan. Juga rekan – rekan, maafkan aku yach”

Kalimat pamit yang menggetarkan, ada rasa sesak di dada meninggalkan bapak Unus, bapak Ahut, kang Slamet yang selama ini menjadi partner setia, begadang bersama, kerja lembur bersama hingga dini hari tiba demi membuat bahan presentasi pimpinan yang dikejar deadline terutama bersama badan anggaran. Selamat tinggal kantor Bappeda Sumedang.

Selamat jalan yi”
“Selamat bertugas di tempat baru”
“Jangan lupa besok lusa ditunggu, ini tetap kantormu!”

Berbagai kalimat penyemangat dan penuh rasa kekeluargaan, cukup berat untuk meninggalkan. Tetapi tugas baru sudah menanti seiring amanah jabatan yang sudah tersemat di pelantikan tadi pagi.

***

Esok paginya dengan langkah perlahan tapi pasti turun dari motor dan bergegas memasuki kantor kecamatan Sumedang Selatan. Beberapa pasang mata memandang, dijawab dengan senyuman saja dan bergegas masuk ke pintu depan. Kebetulan ada meja resepsionis di situ.

Selamat pagi bu, Bapak Camatnya ada? Saya mau lapor penugasan disini”

Selamat pagi bapak, silahkan isi buku tamu ya. Bapak Camat ada, tetapi kami cek dulu agenda beliau”

Tanpa berlama-lama, langsung diantar ke ruang Camat. Kebetulan belum ada agenda acara sehingga bisa langsung menemuinya.

Selamat pagi bapak, ijin melaporkan penugasan kami disini, mohon arahan”

Wah kamu begitu formal, santai saja. Selamat datang di kantor kecamatan dan selamat bergabung menjadi pelayan dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya” Ujar pak Camat dengan wajah sumringah.

Suasana kaku segera mencair dan pembicaraan mengalir. Lalu pak Camat memanggil para pejabat kecamatan dari mulai sekretaris kecamatan, para mepala seksi, kasubag hingga staf yang ada. Suasananya begitu akrab, sehingga lebih menenangkan bagi diri ini yang baru saja harus beradaptasi.

Hingga menjelang sore berkeliling dan berbincang dengan sahabat baru. Melihat ruangan – ruangsn kantor termasuk berkeliling sekitar kantor kecamatan dan area rumah dinas.

Ternyata sesuai pembicaraan bersama pak Camat tadi, sesuai tugas sebagai Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban atau disingkat Kasi Tramtib maka berkewajiban dan bertanggungjawab 24 jam terhadap kondisi ketentraman dan ketertiban kawasan kecamatan termasuk area kantor. Otomatis harus tinggal di sekitar kantor kecamatan.

Agak termenung juga, karena jika masih tinggal di rumah sekarang tentu jaraknya jauh yakni di kawasan Jatinangor yang berbatasan dengan area kabupaten bandung. Sementara perlu sekitar 1 jam untuk sampai ke kantor kecamatan. Mau kost atau ngontrak juga pertimbangan ekonomis, ya udah termenung dulu saja.

***

Pak Kasi belum pulang?” Suara pak camat membuyarkan lamunan. Sedikit terdiam tapi segera menjawab, “Belum pak, rencana mau survey kontrakan sekitar sini pak”

Oh iya, bagus itu. Tapi bisa juga sebagai alternatif rumah dinas saya digunakan. Pilih saja kamar yang cocok.”

Serius pak?” Mataku berbinar.

Iya serius, lagian rumah dinasnya kosong. Silahkan digunakan”

Terima kasih pak”

Pembicaraan singkat yang berharga. Tanpa membuang waktu segera beranjak dan mengajak 4 orang anggota satpol PP untuk menemani menuju rumah dinas camat yang posisinya tepat di samping kanan kantor kecamatan.

***

Bapak serius mau tinggal di rumah dinas pak camat?” Pak Dadan anggota satpol PP bertanya.

Iya dong, memang kenapa?” Saya bertanya balik. Pak Dadan dan pak Tatang saling berpandangan. Saya terdiam, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi langkah kaki tetap bersama-sama bergerak menuju rumah dinas.

Ternyata jawabannya sederhana, rumah dinas camat ini sudah 9 tahun kosong dan kondisinya menyedihkan. Luasnya lumayan dari mulai ruang tamu, ruang tengah, kamar depan, kamat tengah, kamat mandi, dapur dan gudang. Tetapi kondisinya bocor dan dapurnya praktis tidak bisa digunakan. Lantainya lembab dan beberapa tempat berlumut, sepertinya dibangun di bekas rawa atau sawah. Ada juga ditemukan katak yang bersarang disana. Laba-laba dan jaringnya cukup banyak ditemukan. Termasuk yang cukup mengagetkan adalah ular sawah yang bersembunyi di tumpukan kayu di gudang.

Keputusan harus segera diambil karena tugas ini tidak bisa menunggu. Daripada mencari kost atau kontrakan dengan harga sekitar Rp 300.000 – Rp 350.000 per bulan di semitar sini atau sepertiga gaji yang diterima setiap bulan lebih baik membenahi rumah dinas saja sehingga dana tersebut dapat digunakan membayar cicilan rumah di jatinangor.

Ayo bantu saya beres – beres, mulai besok saya tinggal disini”

Anggota satpol PP yang menemani langsung serempak teriak, “Siap Komandan” dan mulai bekerja. Meskipun terdengar beberapa saling berbisik entah berkomentar apa.

Ruang tengah yang agak kering ditutup plastik dan diberi tikar dan sajadah sebagai mushola bersama, sementara yang lembab berair dibiarkan saja. Kamar depan dibersihkan dan diisi 2 meja panjang sisa pemilu. Baru dipasang kasur busa. Jendela diperbaiki begitupun pintu masuk. Tidak lupa tambah meja untuk penempatan komputer dan lemari. Semua jadinya kerja bakti dibantu pegawai kecamatan lainnya.

***

Esok harinya berjumpa dengan beberapa pegawai wanita dan pertanyaannya senada, “Bapak serius mau tinggal di rumah dinas camat?”

Serius, memangnya kenapa?”
“Euh nggak apa – apa, tapi harus banyak berdoa pak”

Saran yang bagus, tetapi menjadi pertanyaan besar, “Apakah rumah dinas itu berhantu?”

Mereka terdiam dan berlalu. Tapi memang disaat ditawarkan kepada beberapa pegawai yang piket  harian di kantor untuk menemani tidur di rumah dinas, serempak semuanya menolak. Lebih baik tidur di kantor saja, daripada menemaniku. Ya sudah, Bismillah saja.

Malam pertama tidur di rumah dinas cukup lelap meskioun tengah malam sedikit terbangun karena ada kegaduhan di ruang tengah. Tapi sepi kembali dan raga ini kembali terlelap hingga pagi. Hanya saja di pagi hari sebelum turun dari ranjang darurat harus melihat sekeliling. Seekor ular sawah ukuran sedang ternyata ikut berada dikamar, mungkin naik dari sawah belakang mencari katak dan juga kehangatan. Perlahan diusir keluar, baru bisa beraktifitas dengan tenang.

Hari kedua dan ketiga ular diganti dengan kalajengking dan beberapa katak kecil. Benar – benar rumah yang menyatu dengan alam. Harus waspada setiap saat khususnya bangun pagi.

Dimalam ke empat, kebetulan malam jumat. Saya berpatroli bersama tim gabungan dari kecamatan, polsek dan koramil berkeliling ke beberapa desa yang menyelenggarakan acara dangdutan organ tunggal hingga melewati tengah malam. Tepat jam 01.00 wib dini hari baru kembali ke kantor kecamatan. Setelah basa -basi sesaat, maka saya menuju rumah dinas dan anggota satpol PP seperti biasa bermalam di kantor saja.

Kunci rumah dinas dibuka tak lupa ucapkan salam, “Assalamualaikum”  lalu melewati ruang tamu dan ruang tengah. Tiba – tiba sudut mata menangkap sebuah bayangan hitam yang berada di sudut ruang tengah dalam cahaya lampu temaram lalu terdengar suara berat tertahan, “Baru pulang pak?”

Iya baru pulang” sebuah jawaban otomatis meloncat begitu saja dari mulut yang menganga karena melihat secara nyata sesuatu yang begitu besar, berbulu kasar abu – abu kecoklatan di sekujur tubuhnya dengan rambutnya yang acak-acakan  dan wajah tersembunyi oleh bulu – bulu kasar dengan sepasang mata merah yang cukup menggetarkan jiwa duduk dengan santainya diujung ruang tengah, seolah memang disitu singgasananya.

Dalam hati doa tolak bala dibaca tergesa, terasa kulit diseluruh tubuh berdiri bukan hanya di bulu kuduk saja tapi semuanya. Satu hal yang diyakini adalah manusia mahluk mulia, lebih mulia dari mahluk lainnya ciptaan Allah Subhananahu Wataala.

Segera mata berkedip tapi ternyata mahluk itu tetap ada disana. Ya sudah segera bergegas menuju kamar depan, membuka pintu dan mengunci dari dalam lalu naik di ranjang darurat lalu berselimut tanpa mengganti pakaian juga sepatu masih terpakai. Membaca segala doa yang dikuasai dan berserah diri pada Illahi. Sambil berkata dalam hati, “Kita berbagi, silahkan gunakan ruang tengah, tapi tidak di kamar ini”

Tiba-tiba sekilas sepasang  mata merah dengan wajah rata terasa hadir di hadapan dan memberikan anggukan, lalu bayangan itu menghilang. Kembali doa – doa dibacakan dan diteriakan meskipun dalam ruang kesunyian hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.

***

Esok harinya terbangun dengan pakaian dinas dan sepatu masih melekat di badan, tetapi badan terasa segar dan penuh semangat menghadapi tugas dan kehidupan. Beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu lalu shalat shubuh. Dilanjutkan senam pagi mandiri, mandi dan sarapan di warung depan lalu bergabung di kantor untuk apel jumat pagi.

Sejak itu tinggal dan bermalam di rumah dinas menjadi hal yang biasa. Jika shalat ada yang ikut menjadi makmum tapi pas salam atahiyat akhir ternyata tidak ada siapa-siapa, itu hal biasa. Jika pulang patroli malam ada yang menyapa di ruang tengah, ya sudah jawab saja lalu masuk ke kamar untuk beristirahat. Yang pasti tidak khawatir meninggalkan barang berharga di rumah dinas meskipun tidak terkunci karena ada teman dan penjaga abadi yang mungkin sudah berpuluh atau malah beratus tahun tingggal di rumah dinas ini. (AKW).

***