KOPI & BAYI YG MENYAYAT HATI.

Sruput kopi bersama bayi – bayi yang menyayat hati.

BATUNUNGGAL, Akwnulis.com. Keberangkatan berdinas pagi ini adalah sebuah janji yang berulangkali dijadwal ulang karena berbagai pertimbangan dan alasan. Alhamdulillah baru menjelang sianglah raga ini mulai bergerak menuju wilayah buahbatu tepatnya di kawasan batununggal Kota Bandung.

Judul resminya monitoring dan evaluasi program dan kegiatan terutama pengelolaan anggaran semester I yang telah berakhir di akhir bulan juli lalu, jadi pasukan tim perencanaan dan pelaporan hadir bersama-sama. Maka dari Cimahi melewati tol gate baros 2 dan keluar di toll gate buahbatu, lalu lintas cukup padat seperti biasa. Lalu setelah dijalur utama ada belokan ke kiri ke kawasan batununggal dan disitulah tujuan kita hari ini.

Penyambutan begitu hangat dari Kordinator Satuan pelayanan anak dan balita yang merupakan satuan pelayanan dari UPTD PPS Griya ramah anak yang terletak di daerah pagaden subang. Sekaligus juga hadir ibu Kepala UPTDnya yang kebetulan sedang monitoring ditempat yang sama. Ditambah pak kepala bidang rehabilitasi sosial ikut bergabung sehingga menyempurnakan kunjungan kerja monev kali ini.

Karena judul kegiatannya adalah silaturahmi dalam rangka monitoring dan evaluasi maka berkeliling area satuan pelayanan ini menjadi langkah pertama. Meskipun baru lantai 1 saja dan dilanjutkan dengan meriung bersama di ruang pertemuan untuk berdiskusi dan membahas berbagai hal termasuk tema tentang pengasuhan anak alias fortesker… eh salah, Foster Care.

Maka penjelasan awal dari ibu Kasatpel PSAB dilengkapi ceriwisnya ibu Kapus GRA membuka wawasan dan pemahaman bahwa pelayanan sosial ditempat ini berbeda dan menyimpan aneka cerita dan drama.

Tapi sebelum jauh membahas tentang drama dan sinetron, maka menikmati kopi hitam tanpa gula yang sudah tersaji didepan mata adalah keharusan yang nyata. Hayu sruput dulu.

Kopi tersaji di cangkir putih, mengubah hati ceria dan tidak lagi tertatih. Memikirkan aneka cerita yang begitu menyayat hati tentang kenyataan dan hadirnya para bayi di tempat ini.

Para bayi, begitu banyakkah?”

Bagaimana kondisinya?”

Pertanyaan ini tentu menyeruak, dan jawaban singkatnya adalah terdapat 17 bayi dan 10 anak yang ada di satuan pelayanan ini. Bayi – bayi tak berdosa ini ada di lantai 2 dan akan segera dihampiri setelah diskusi ini diakhiri.

Disarankan makan siang dulu bersama sebelum naik ke lantai 2, khawatir suasana hati menjadi gundah setelah bertemu dengan bayi-bayi dan selera makan menghilang. Padahal penulis mah santuy urusan makan mah, makin sedih makin lapar, makin galau makin lapar apalagi pas lagi senang, tentu makin banyak ruab-raeb*) makan banyak. Pantesan badan makin membulat dan masagi.

Dikala raga dibawa kedua kaki melangkah menaiki tangga ada rasa berbeda di hati ini, entah sugesti karena cerita tentang nasib anak bayi atau alasan lain, yang pasti secuil sedih terbit di sanubari.

Sebelum memasuki ruang balita diwajibkan menggunakan hand sanitizer yang tersedia di samping kanan pintu masuk. Crot crot crot.. usap usap usap di kedua tangan dan masuklah ke ruangan perawatan.

Jeng jreeng…. wajah wajah bayi mungil bersih terawat dan penuh harap terpampang nyata di depan mata. Dikala kedua tangan terulur maka langsung disambut dengan semangat bayi yang baru bisa berdiri dan dikala digendong dan dipeluk, senyuman indah dari mahluk kecil ini meluluhkan hati. Apalagi pas coba dikembalikan ke boxnya, tangannya tetap terulur untuk bersiap digendong lagi…. hap gendong lagiiii… terjadi sampai 3x tapi para pengasuhnya segera ambil alih dan sang bayi langsung menangis, mungkin marah atau sedih karena tidak boleh digendong lagi.

Bayi lainnya ada beberapa yang cacat sejak dilahirkan, hingga usia 3 tahun ini hanya tergolek lemas dengan kondisi mengenaskan. Bayi ini hadir kedunia karena kasus inces ayah kandung memperkosa anak kandungnya sendiri dan melahirkan bayi-bayi ini. Lalu bergeser ke box yang lain, terlihat senyuman lebar bayi putih montok yang sebelumnya ternyata dibuang oleh ibunya sesaat setelah melahirkan dan tergolek di lantai rumah kosong bersama ari-ari tanpa dibungkus selembar kain sekalipun.

Ada juga yang terbaru, bayi mungil yang dibuang di pinggir sungai citarum daerah nanjung. Bayi di tas dengan posisi terbalik dan hampir terjatuh ke aliran sungai, alhamdulillah ada warga yang menemukan dan menyelamatkan. Ada juga yang dibuang di dalam dus dan satu lagi bayi yang terlahir di belakang pasar dari seorang ibu yang menderita ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) sehingga setelah melahirkan ditinggalkan saja sang bayinya begitu saja.

Ah cerita – cerita pahit yang nyata dan sekarang bayi – bayinya hadir di depan mata. Salah satunya sedang digendong dengan wajah ceria, jauh berbeda dengan kondisi mengenaskan dikala ditemukannya.

Kopi pahit yang tersaji tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan nasib mahluk – mahluk kecil yang begitu menyedihkan ini. Tapi disinilah ihtiar negara untuk hadir, merawat, menyayangi dan mencintai mereka sehingga tumbuh menjadi anak ceria.

Sebagai penenang hati maka raga ini beranjak pergi meninggalkan ruang perawatan bayi dan kembali ke ruang rapat tadi. Mencari dan menyambar secangkir kopi lalu menyeruputnya sambil berdoa kepada Illahi, semoga semua kenyataan ini bisa dijalani dan anak bayi ini segera ada keluarga yang menyayangi dan mencintai sepenuh hati.


***

Sebagai pengobat gundah gulana yang melanda karena melihat kenyataan yang ada. Segera berpamitanlah kepada ibu kasatpel dan ibu kapus bersama jajarannya. Maka janjianlah dengan pak Kabid rehsos untuk mendiskusikan langkah lebih lanjut di tempat ngopi sekitar  kantor satpel ini, yaitu di Cafe Coffee ON terletak di jalan terusan buah batu no.181 kujangsari kecamatan bandung kidul Kota Bandung.

Sajian manual brew V60 dengan pilihan biji arabica natural menemani perbincangan sore ini dilengkapi dengan sajian kedua manul brew V60 japanese yang menyegarkan. Mengalirkan ide dan berbagi pandangan tentang mekanisme foster care dan adopsi juga dibahas tentang kriteria COTA dan aneka cerita. Wassalam (AKW).

Unknown's avatar

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

2 thoughts on “KOPI & BAYI YG MENYAYAT HATI.”

Leave a comment