Menikmati LEMCOFF

Mencoba menikmati segarnya kopi

CIMAHI, akwnulis.com. Udara siang yang panas teralihkan oleh buaian sang angin yang menyusur lembut menerpa badan ringkih ini.

Ih jangan bilang badan ringkih, kamu khan sehat”

Iya bener juga, menggunakan tongkat penyangga bukan berarti ringkih dan lemah, tetapi sebuah proses kesabaran dalam meraih kesembuhan seperti sediakala.

Channel youtube : MENIKMATI LEMCOFF

Kamu teh sakit apa?” Banyak rekan bertanya setelah melihat keadaan ini. Penulis awalnya termangu, kenapa pada nggak tahu ya. Padahal rutin di broadcast berbagai tulisan yang menjelaskan musibah yang terjadi hingga harus diiperasi dalam bentuk cerita dan gambar rontgent yang ada.

Jawabannya seragam dan sederhana, “Oh kirain dongen fiksi rekayasa, hampura nya.. sing enggal damang”

Terima kasih atas doa dan dukungannya, serta terima kasih juga atas persepsinya tentang ‘tukang nulis cerita fiksinya’ … sebuah kehormatan dan… bikin penasaran, “Pada baca tulisanku atau hanya baca captionnya saja?”

Terserah aja ah….

Siang ini selain angin berhembus penuh rasa persahabatan ditambah dengan sajian kopi dingin yang agak berbeda dari biasanya. Ada rasa yang menggelitik untuk mencoba kopi yang dicampur dengan lemon versi barista di Cafe Otutu  sekaligus nemenin sopir yang sedang menunggu mobil dicuci steam oleh para pegawai pencucian.

Keterangan : Cafe otutu itu cafe cozy di wilayah cimahi selatan sekaligus tempat cuci mobil yang buka pagi-pagi, jam 07.00 wib sudah siaga. Meskipun cafenya baru jam 10an bukanya.

Maka pesanlah satu menu kopi yang kayaknya menyegarkan  namanya lemcoff. Kayak nama menu di negara eropa. Supaya nggak penasaran maka dibuntutilah sang pelayan hingga bersua ke meja barista. Lalu minta ijin untuk dokumentasi agar menghilangkan rasa kepo berlebihan ini.

Nah ternyata bukan manual brew tetapi menggunakan mesin pembuat kopi dan diawali dengan prosesi untuk menghasilkan espresso….

sok atuh lanjutkan.

Lalu sang barista balik badan dan menggabungkan dengan bahan lain, alah teu katingali… geser kanan dan geser kiri… ohhh ternyata ditambah lemon dan es batu yang dituangkan dalam gelas perak untuk jugling, lalu dikocok kocokk.. dikocok kocok sambil tangan barista ke atas dan kebawah, mirip joget euy… tarik mang… semongko.

Dituangkanlah di bejana kaca dan terlihat selain sajian kopi ada busa coklat diatasnya, kayaknya seger tuh… dan pasti dingiiin… karena terlihat juga kawanan es batu berbentuk persegi kecil hadir juga di dalam bejana kaca.

Silahkan kakak, ini lemcoffnya”

Makasih, lemcoff itu singkatan ya?”

Iya kakak, itu singkatan dari lemon dan coffee..”

Agak mengernyit dahi ini karena kalau gitu lemonnya harus banyak dan sisanya kopi, ini mah cocoknya cofflem…. eh tapi ya terserah yang kasih nama ketang… yang penting kita coba rasanya.

Tuangkan dulu di gelas, ucap basmallah…. baru srupuuut…

Suegerrrr…… eh tapi kok manis ya?.. kerasa banget ada unsur sirupnya…. langsung manggil sang barista, “Kang ini pake sirup ya?”

Iya kak, kenapa kurang manis?”

Ga papa, tapi sekarang order lagi ya. Tanpa sirup”

Barista mengangguk tapi wajahnya terlihat bingung. Ternyata memang standarnya menggunakan sirup gula.

Tapi perbedaan ini tidak menjadi masalah, bergula atau tidak ternyata bisa menghadirkan sajian lemcoff yang segar menggugah selera. Tinggal pilih saja mau ditambah rasa manis atau tidak.

Penulis memilih tidak, karena memang sudah manis dari sononya hehehehehe.

Selamat weekend kawan, jangan lupa ngopi dan memaknai hari. Wassalam (AKW).

Citra – Medsos – Kopi.

Secuil citra dalam menjaga konsistensi diri, jadinya ngopi.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah kekuatan rasa akan hadir dengan kerjasama apik dari aneka kata yang terserak berbeda. Dirajut dengan perlahan dan hadirkan kalimat yang mengikat niat. Meskipun bisa hadir sebuah dampak untuk menggiring sidang pembaca mengkristalkan persepsi tentang keseharian seseorang.  Apalagi dilengkapi dengan sajian video via youtube, reel-instagram dan tiktok, maka kristalisasi aktivitas begitu mengemuka.

Padahal….

Apa yang dilihat di medsos dan atau ditulisan blog tersebut hanya sebagian kecil saja serpihan fragmen kehidupan yang secara sadar ditampilkan demi alasan tertentu. Tentu kalau mayoritas adalah berpegang pada nilai eksistensi dengan indikatornya ramainya jempol serta komentar serta akhirnya viral… dan terkenal.

Tetapi ada juga yang ikut-ikutan karena dianggap tidak gaul jika nggak meramaikan jagad medsos, tapi ternyata setelah dapet respon dari netizen… malah keterusan serta ternyata rasanya menyenangkan.

Meskipun secara pribadi, memang sekarang sudah tidak bisa mengelak dengan perkembangan jaman yang begitu cepat. Termasuk eksistensi di media sosial yang akhirya tetap ikut posting di medsos, tentu dengan filterisasi pribadi yang ketat.

Nah kalau blog pribadi ini, diihtiarkan istiqomah bin konsisten, tulis apapun temanya meskipun tema utamanya adalah Ngopay dan Ngojay serta Mantay alias Seputar Kopi, kolam renang dan mereguk vitamin-Sea di pantai.

Juga sekarang sedang menggiatkan upload di akun youtube dan mencoba mendaki untuk memenuhi target minimal monetisasi, jadi jangan bosan dukung dengan like, share, subscribe dan juga komen yaaa…. akunnya ini ya : @andrie kw.

Termasuk cerita kisah nyata tentang musibah patah kaki dan operasinya, berurutan diposting dan ternyata banyak pembaca yang menilai ini cerita fiksi bin rekaan saja hehehe…. maklum karena seringnya menulis cerita fiksi bin rekaan saja.

Maka bagi para penikmat tulisanku ini, semoga tetap berkenan meluangkan waktu untuk membaca dan menikmati untaian kata yang mungkin miliki makna atau minimal silaturahmi virtual tetap terjaga.

Sebagai penutup, maka kita tampilkan photo sajian kopi arabica halu poek banana yang di seduh dengan bejana dan gelas kaca senada. Urusan rasa dan pengalamannya serta tempatnya nanti ditulisan pada postingan selanjutnya. Selamat malam semua, Wassalam (AKW).

Novel Bedebah

Ternyata memang bedebah..

CIMAHI, akwnulis.com. Suara bertubi dari celotehan mulut mendera rasa yang tak biasa, melengkapi panasnya suhu udara hari ini.  Tetapi itulah indahnya di dunia, selalu ada tantangan dari setiap tahapan kehidupan.

Maka kegiatan menulis di blog ini adalah sebuah obat pengurai tekanan dan memberi sejumput kedamaian dalam keseharian yang terus berjalan.

Selain menulis tentu saja membaca novel adalah sebuah kebahagiaan, jikalau membaca situasi adalah keseharian maka membaca novel perlu waktu dan tempat yang tepat hingga tuntas sampai jilid akhir.

Kali ini mencoba membaca Novel karya Tere Liye yang berjudul ‘Bedebah Di Ujung Tanduk’, sebuah novel seru yang mengenalkan diri terhadap wawasan level dunia dengan istilah ‘Shadow Economy

Maka begitu lembaran novel terbuka, langsung masuk dalam dunia ‘lain’ yang penuh dinamika. Bagaimana sebuah koneksi antar benua serta tata hubungan ekonomi global yang hanya diatur oleh sekelompok orang yang ambisius dan sangat pintar.

Disinilah peran Thomas menjadi pembuka dan mengalirlah cerita penuh kejutan lintas benua plus perkelahian yang lengkap baik tangan kosong baku hantam hingga pertempuran helikopter di udara khatmandu yang di sopirin… eh serasa mobil, maksudnya di piloti oleh seorang ninja wanita berdarah jepang.

Banyak lagi karakter lainnya serta berbagai strategi pertempuran yang ternyata tipis batas antara sportif dengan licik juga idealis ataupun oportunis.

Yang pasti, kepentingan untuk mencengkeram dunia terutama di jalur sutra adalah kekuatan lama yang sudah ratusan tahun berjaya, meskipun akhirnya harus meredup seiring siklus hidup dan akhirnya menjadi bab penutup.

Udah ah gitu aja, yang pasti kembali bisa menikmati sebuah novel adalah rejeki bagi diri ini yang mulai sibuk (lagi) dengan dunia nyata meski kruk penyangga tetap menemani dengan setia. Wassalam (AKW).