Menata maksi 2.

Yuk ah menata maksi lagi..

Photo : Gado2 TA Berbaris / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Jikalau postingan yang lalu penataan gado-gado dalam rangka makan siang itu menggunakan model radial karena masih terbiasa dengan putaran seduhan kopi manual menggunakan teko leher angsa, maka kali ini mencoba menata dengan berbaris berjajar diatas piring putih bersih sebersih suasana hatiku kali ini kepadamu… cieeeh, maksa ih.

Bisa di baca di MENATA MAKSI.

Kenapa cape-cape menata, ntar dimakan juga khan?”

Celoteh singkat dari seseorang yang kebetulan lewat dan melihat kesibukan ini. Hanya senyum kecil yang dihadirkan, tanpa banyak kata dan kalimat yang terhambur. Biarkan saja siapapun berceloteh karena memiliki mulut, jadi santai aja.

Padahal yang dirasakan.. menata maksi, sebuah aktifitas sederhana yang ternyata menyembunyikan hikmah makna penuh cita. Nggak percaya?…. gini deh.

Setelah pesenan grabfood makanan ini datang, jangan lupa di semprot anti bakteri bungkus luarnya dan segera keluarkan isinya untuk di tata di atas piring putih ceper yang tersedia.

Pertama ambil potongan rebusan kol, bariskan. Kedua ambil potongan daun selada, bariskan. Ketiga, giliran toge rebus yang berbaris memanjang dan keempat adalah potongan kecil tahu yang giliran berbaris sebelun ditutup dengan jajaran atas bawah dari kuah kacang khas kado-gado TA serta diakhiri dipuncak atas sepotong telur rebus sebagai komandannya.

Hikmahnya apa?…. yang utama adalah memperkuat rasa syukur, bahwa Allah SWT begitu sayang kepada hambanya dengan memberikan kemudahan dalam segala hal termasuk sajian makanan ini yang terdiri dari beraneka unsur yang bahan sayuran, protein dan berbagai unsur lainnya sehingga menjadi satu kesatuan rasa.

Dilanjutkan dengan rasa syukur masih diberi kenikmatan mengecap, membaui dan merasakan bersatunya unsur makanan tersebut dalam kunyahan teratur dan berpadu dengan enzim baik yang berada di air liur mulut kita, Alhamdulillah.

Selain itu banyak sekali hal-hal yang harus disyukuri, ini hanya sejumput hal sederhana kawan, masih sangaaaat banyak keseharian kita yang perlu disyukuri dan ditafakuri.

Jadi menata maksi ini ternyata juga menata hati, memberikan ketenangan dan melatih ketelitian hingga akhirnya didokumentasikan untuk dihadirkan di dunia media sosial yang gegap gempita.

Yuk ah, maksi bray. Ambil sendok dan garpu, dan dimulailah prosesi makan siang penuh syukur kepada Illahi. Wassalam (AKW).

JAGA BUDAK – fbs

Tungtungna aya bongbolongan.

Tulisan singkat cerita fiksi berbahasa sunda : FBS, fiksimini basa sunda.

CIMOHAY, akwnulis.com. Katunduh geus salaput hulu, tinggal sareup reupeun. Tapi geuning budak mah kalah ka beuki cènghar, tengah peuting ngajak ulin. Geus diolo nyoo hapè kalahka ngagèlèhè, dicombo ku nongton pilem dina tivi kalahka beuki capètang bari noèlan pipi.

Hayang nyentak ngan paur sieun jadi matak, rèk diciwit bisi ngajerit. Komo dibekem mah, pimanaeun kolotna ngamuk, Uing diusir teu meunang dumuk.

Satèkah polah mikir meureut uteuk, susuganan aya ilapat mèh budak tèh tunduh tuluy sarè sakumaha ilaharna.

Jos!, bujur di tojos ku rokrak. Uing ngagurubug, budak badeur lumpat bari ngabarakatak.

Kasabaran bèak, langsung budak leutik tèh diudag. Gep leungeunna beunang, dirawèl awakna. Ngagedeblug duaan dina sisi panto dapur. Gogoakan.

Tonggèngkeun bujur nu tadi ditojos rokrak, beuteung sayaga langsung nambah tanaga, Bruuutt!!.. meuni pas pisan kana beungeutna.

Dadak sakala budak tèh bageur, nurut jeung jigrah. Teu loba pamènta tapi jadi singer jeung bageur. Tuluy ngolèsèd ka pangkèng, tunduh ceunah. Alhamdulillah. (AKW).

Dilema Hati.

Itulah kehidupan, pasti ada kesedihan.

BANDUNG, akwnulis.com. Pagi yang sebenarnya ceria tiba-tiba berubah drastis menjadi duka. Betapa semangat awal yang menggelora harus terhapus sirna tanpa kata karena pemandangan yang tersaji di depan mata.

Dia tergolek lemah tanpa bisa menggapai rasa, disampingnya sebuah harapanpun terdiam ditemani kesunyian. Sungguh dilema mendera hati tetapi konsekuensi kerasnya kehidupan memang tidak pandang bulu. Besar kecil menjadi relatif manakala hukum rimba menjadi kuasa, tapi itulah kenyataan yang ada.

Dilema mendera rasa, hati tersiksa tapi itu nyata. Bukan tidak ingin kejadian pagi hari ini mewujud dihadapan mata, tetapi sebuah dampak yang hadir karena kenakalannya beresiko terhadap banyak hal. Mau tidak mau pertimbangan diberikan sanksi setelah sekian purnama melakukan pelanggaran adalah keniscayaan.

Akhirnya dapat ditemukan sosok yang selama ini bergerak lincah di gelap sepi menikmati makanan atau bahan makanan yang seolah sengaja tersaji, padahal disimpan untuk dinikmati di kemudian hari. Terjerat lemah di tengah alat perangkap ditemani sepotong indomie mentah yang ternyata bukan hanya disukai oleh manusia.

Maafkan semua ini harus terjadi, tapi itulah kehidupan tidak ada yang abadi. Hiks hiks hiks, Semoga ini adalah kejadian yang terakhir. Karena betapa sulit membangun semangat jikalau kita terpuruk dalam kesedihan. Menjumputi serpihan harapan dan merajutnya menggunakan perekat kepercayaan. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

Menata Maksi.

Menata maksi dan menata hati…

Photo : Gado-gado polos TA / dokpri

BANDUNG, akwnulis.com. Sang waktu mengingatkan akan datangnya siang dengan memberi lonceng kukurubukan (perut keroncongan) sebagai pengingat agar tidak telat makan siang.

Biasanya rutin mekdi (Bukan McD or McDonald ya..), mekdi ini singkatan dari ‘mekel di imah’ (bawa bekal dari rumah) yang merupakan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru di era pandemi sekaligus bermakna iritisasi.

Kali ini sengaja membeli karena ingin mencoba sensasi jajan sendiri setelah sekian lama menjalani maksi mekdi.

Pilihannya adalah seporsi gado-gado tengku angkasa.

Setelah pesanan maksi ini tiba, maka saatnya menata. “Lho kok menata, bukannya langsung makan saja?”

Jangan terburu-buru kawan, menata makanan sebelum dinikmati itu adalah bagian dari menata hati lho (uhuy jadi inget ajaran Aa Gym, menata dan jagalah hati). Maksudnya adalah buka dulu bungkusannya dan periksa kelengkapannya. Karena gado-gado itu berarti gabungan atau campuran dari aneka unsur kehidupan. Jangan sampai campurannya adalah potongan kayu atau paku dan semen…. halah emang moo ngapain?..

Dimulai dari rebusan toge, rebusan irisan kol, potongan daun selada, potongan kentang rebus, sepotong telor rebus, potongan tahu goreng, dan dilengkapi saus khusus saus kacang yang banyak sekali plus sambel dan krupuk.

Photo : Gado-gado TA siap makan / dokpri.

Nah segeralah disusun dan ditata sedemikian rupa sehingga hadirkan harmonisasi rupa dan tentu sedapnya rasa. Maafkan kentang dan kerupuk di-cuti-kan dulu, tiada maksud apa-apa tetapi itulah keputusan yang ada.

Maka hadirlah sajian ciamik yang menggugah selera dan menemani makan siang kali ini dengan penuh sukacita. Jangan lupa baca bismillah dan doa sebelum makan dimulai dengan am… dan dilanjutkan dengan nyam nyaam… kunyah kunyah… enak, segar… dan am lagi.

Ternyata menata sajian makan siang kali ini juga menjadi bagian penting dari menata hati dan ketelitian diri. Sesuaikan dari sisi warna dan komposisi hingga akhirnya menghadirkan harmonisasi, enak di pandang, enak di photo dan pastinya… enak dimakaaaan. Selamat maksi kawan, Wassalam (AKW).

Menulis tanpa Kopi.

Hayu ah tetap menulis dan memamah biak..

Photo : Fruit Chicken Salad / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Pagi yang cerah memanggil semua insan untuk segera melakukan peredaran di muka bumi ini demi mencari rejeki dan tentunya menjalankan tugas sebagai hamba untuk beribadah sesuai dengan pedoman Sang Pencipta.

Begitupun raga ini, masih terjebak kenikmatan selimut dunia meskipun shalat shubuh sudah sedari tadi ditunaikan. Memang kuat banget aura selimut di jam-jam segini. Begitu hangat dan menenangkan sekaligua mengantukkan hehehehe.

Itulah godaan, hayu mariii kita lawan dengan semangat kebersamaan.

Kali ini ingin bercerita tentang hari-hari tanpa kopi, tanpa sruputan yang pernah menjadi bagian sehari-hari. Sungguh berat menahan dan mengendalikan diri ini.

Apalagi kesempatan menikmati kopi sangat terbuka lebar, tetapi kembali ke prinsip awal. Belajar berjanji dan berkomitmen untuk melakukan perubahan memang diperlukan pengorbanan.

Jadi dikala teman sejawat menikmati secangkir capucino dan sajian makan siangnya beef cordon bleu… aku hanya bisa menyaksikan tanpa geming dan tiada ekspresi berlebihan.

Cukuplah dengan sebotol air mineral dan sejumput pemandangan serta dilengkapi sajian chicken salad yang berpadu dengan buah-buahan.

Itulah sebuah perjalanan kehidupan, ada perubahan dan ada kenyataan yang tidak bisa kita lewatkan. Yang terpenting adalah peganglah niat dan komitmen dengan kuat manakala sudah dilisankan untuk dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Ternyata kenikmatan chicken salad yang tersaji cukup lengkap. Potongan ayamnya cukup mewakili rasa protein hewani dilengkapi potongan aneka buah plus sayuran dan tentunya dengan dressing yang tepat… meskipun belum mengenyangkan hu hu huuu..

Selamat menikmati cerita akwnulis.com di awal bulan september 2020 ini. Prinsipnya sederhana, jangan berhenti menulis, lanjutkan dan terus berkarya. Minimal tulisan ringan keseharian dan jangan khawatir dengan cacian atas tulisan yang dibuat, biarkan mengalir dengan membawa sebagian beban kehidupan yang tak kan berhenti selama berada di alam fana ini. Wassalam (AKW).