Gairah di Pantai Sanur

Menjejak langkah di pantai Sanur.

Photo pantai & kolam renang di Sanur / dokpri.

Sanur, akwnulis.com. Kecipak air memanjakan pendengaran yang terus terpapar oleh kompleksitas pekerjaan serta berbagai rutintas kehidupan. Bukan suara air sembarangan, karena ini merupakan perpaduan dari suara alami air di pinggir pantai yang mewujud dalam bentuk debur ombak menyentuh karang. Beberapa meter dari suara alami itu, gemericik air menjadi deburan penuh keriangan yang terjadi di kolam renang…. Yups kolam renang pinggir pantai, sungguh menyenangkan.

“Dimana itu mas?”

“Ih kepo”

“Jangan pelit info donk mas, plis plis” suara berharap dengan memelas, meruntuhkan benteng pertahanan keengganan. Munculnya trenyuh berpadu senang karena sudah bikin penasaran seseorang, padahal informasinya juga bukan hal baru. Tetapi itulah kehidupan, sebuah cerita akan berbeda makna apabila disajikan dengan dasar pengalaman dan diramu penuh cinta untuk hasilkan catatan abadi bagi diri, juga mungkin bisa berguna bagi orang lain suatu hari nanti.

‘Oke, balik lagi ke cerita yaa’

“Tempatnya di Pantai Sanur Bali yaa”

“Oh di Bali, ih kamu jalan-jalan melulu, kapan kerjanya?” pertanyaan nyinyir dari seorang kawan yang merupakan kombinasi antara rasa iri dan ‘kabita’(kepengen) langsung bikin makin semangat untuk bercerita lebih banyak. Bukan untuk bikin makin iri tetapi membuka wawasan bahwa di sela-sela bekerja, bisa juga meluangkan sedikit waktu untuk mengintip tempat wisata dan jangan lupa menjadi bahan cerita.

Photo kapal berlabuh di Pantai Sanur / dokpri.

Lha wong klo ngobrol kerjaan, ya sami mawon, gitu-gitu aja. Tinggal bagaimana mengkemas dan memaknai semua gerakan kehidupan menjadi jalinan kalimat penuh makna.

“Kembali ke urusan air di sanur ya guys!”

***

Sebelum sesi pertemuan malam hari, maka jalan sore di pantai menjadi menu wajib. Pantai Sanur yang berpasir putih memiliki daya tarik untuk segera dinikmati. Secara kebetulan penginapan dan acara pertemuan bertempat di Grand Inna Sanur Hotel yang miliki akses langsung ke pantai Sanur. Jadi lebih efektif dan efisien.

Photo pantai sanur sebelum pasang / dokpri.

Pantai Sanur memiliki panjang pantai cukup panjang… “Ih nggak jelas!’ itu pasti respon netizen. Tetapi itulah kenyataannya, pertama melalui jalur search via mang gugel ada yang nyebut panjangnya + 3 km, ada juga yang 9 km, entahlah… lagian penulis pas nyoba jalan, lumayan panjang juga, tetapi menyenangkan, suasana segar nan bersih, klo panas sih udah pasti tetapi dengan semilir angin pantai yang terus mengelus perasaan maka rasa senangnya yang lebih dominan.

Pantainya pun terasa landai karena ada barrier batu karang yang menjadi pelindung dari ganasnya ombak lautan. Sehingga kami bisa bergerak agak ke tengah laut, sekitar 100 meter dari bibir pantai dengan kedalaman air laut hanya mencapai betis.

Photo : mencoba terbang hindari air pasang / mr. Ronni pic.

Beningnya air hampir saja melenakan kami yang terus bergerak ke tengah lautan, sebuah teriakan mengingatkan,

“Awas air pasangg!!”

“Astagfirullahal adzim, lari Mang!!” suaraku berbaur dengan gerakan cepat dari rekan-rekan.

Terengah dan tersengal terasa melegakan setelah sampai di bibir pantai berpasir, meskipun harus merelakan dompet ikut basah karena terendam sedalam pusar.

Smartphone aman karena dipegang dengan tangan dan mengacung menggapai langit.

Alhamdulillahirobil alamin, hampir saja musti berenang di air asin hehehe, padahal niatnya cuma moo berpose di pantai dengan tinggi air sebatas betis, ternyata datangnya air pasang nggak terdeteksi terhalang keceriaan dalam kebersamaan.

***

Esok hari menjadi menu wajib untuk mengabadikan hadirnya sang mentari disaat mulai menyinari bumi, inilah hasilnya :

Photo Sunrise di Pantai Sanur / dokpri.

Semburat keemasan menyapa permukaan air laut di Pantai Sanur, memberi nuansa gairah yang membangkitkan keinginan untuk bahagia. Siluet nyiur melambai memberi harapan bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang.

“Info kolam renangnya gimana?”

“Sabarr, tunggu tulisan berikutnya yaa” Hatur nuhun. (AKW).

Kalakay – fbs

Kalakay mapay kahayang.

Heureut létah midulur jeung cicingeun, kitu oge éraan moal jauh jeung baladna, kecing. Tapi lain hartina cicing pasrah sumerah kana takdir, euweuh ihtiar teu gadag ngudag kahayang. Cicing camperego niténan nguliatna jaman nu geus mangsana ngarobah diri pikeun jadi wujud anyar, jaman nu teu maké wates, jaman nu geus cararanggih, sieun.

Duit numpuk ayeuna jadi kalakay, teu payu. Mayar nanaon ukur maké kartu, cukup ku ditapelkeun atawa digésék, lunas wé. Uing nu teu boga kawasa kitu, ukur ngaheruk. Hayang dahar teu bisa barang beuli, hayang indit numpak ojég geus euweuh nu narima duit kertas, kalah ka maké édécé.*)

Aral, duit kertas kabéh digundukeun. Cekés! Korék nyiptakeun seuneu, nyamber kalakay nu geus teu walakaya. Di anteur ku angin nu sarua mawa amarah, kalakay ngabebela. Uing jigrah, ngahibur raga nu geus teu mangrupa. Rumasa teu bisa ngigelan jaman, jajatén musna ku papastén. (AKW).

***

Catatan :

édécé *): mesin EDM (electronic data capture), yaitu alat untuk menerima pembayaran dihubungkan antar rekening bank, fungsinya untuk memindahkan dana secara realtime.

Takut ada yang keluar

Ternyata oh ternyata.

Pekanbaru, akwnulis.com. Tadinya ada rasa ragu berkelindan di kalbu, disaat menatapnya. ___ Tak berani mengusapnya karena khawatir #asap yang keluar dari ujung moncongnya lalu berubah menjadi suatu bentuk. ___

Tapi penasaran terus menggelayut, sepintas mirip ceret atau teko, mungkin buat tambah #minum bagi yang masih haus, entahlah. ___

Ternyata eh ternyata, diakhir masa makan sore usai, sang ceret perak memperlihatkan fungsi yang begitu lekat dengan dunia #sanitasi — sebagai alat mencuci tangan dan wadah bawahnya sebagai penampung air bekasnya.

___ Amboi betapa #kuper bin kupdetnya diri, kudu banyak beredar ini mah, ___ cekidot. (AKW).